Senin 11 Nov 2019 15:40 WIB

Prabowo Ingin Libatkan Rakyat di Pertahanan Indonesia

Prabowo mengenalkan konsep Pertahanan Rakyat Semesta.

Rep: Arif Satrio Nugroho/ Red: Teguh Firmansyah
Menteri Pertahanan Prabowo Subianto bersiap mengikuti rapat kerja dengan Komisi I DPR di Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta, Senin (11/11).
Foto: Republika/Prayogi
Menteri Pertahanan Prabowo Subianto bersiap mengikuti rapat kerja dengan Komisi I DPR di Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta, Senin (11/11).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Pertahanan RI Prabowo Subianto mengungkapkan visinya untuk melibatkan rakyat Indonesia nonmiliter dalam menjaga pertahanan Indonesia. Konsep yang dinamai Pertahanan Rakyat Semesta ini disampaikan Prabowo di DPR RI, Senin (11/11).

Prabowo mengakui, secara teknologi, pertahanan Indonesia hampir mungkin bisa mengalahkan kekuatan teknologi bangsa yang telah maju. Namun, Prabowo ingin memasukkan konsep pertahanan rakyat agar ikut bergabung melakukan pertahanan bila dibutuhkan.

Baca Juga

"Pertahanan kita yang berdasarkan pemikiran, konsep pertahanan rakyat, semesta perang. Kalau terpaksa kita terlibat dalam perang, perang yang akan kita laksanakan adalah perang rakyat semesta. The concept of the total people war," kata Prabowo di Kompleks Parlemen RI.

Konsep itu, kata Prabowo, lahir dari sejarah Indonesia bahwa setiap warga negara berhak dan wajib ikut membela negara. Sehingga, kata dia, meskipun secara infrastruktur Indonesia dapat dihancurkan, rakyat akan terus berjuang.

Dalam rapat bersama Komisi I DPR RI itu Prabowo memaparkan perlunya komponen cadangan dari nonmiliter untuk membantu pertahanan. Komponen utama, yakni pertahanan militer yang dilakukan oleh TNI. Sementara itu, pertahanan nonmiliter, kata Prabowo, meliputi unsur rakyat.

"Tentunya akan banyak peran dari kementerian dan lembaga di luar pertahanan. Sebagai contoh, kita harus kerja sama dengan kementerian pendidikan untuk menyusun komponen cadangan," kata Prabowo.

Ia menyebut, Indonesia membutuhkan komponen cadangan dari SMP hingga perguruan tinggi yang dibekali pengetahuan yang soal pertahanan. "Sebagai contoh, kalau kita lihat di negara Amerika, sumber perwira itu mereka dapatkan dari akademi militer, mungkin 20 persen, 80 persen adalah perwira cadangan dari universitas-universitas," ujar dia.

Lebih lanjut, Prabowo juga mengatakan, pertahanan Indonesia tak bisa disandarkan pada sekadar doa. Menurut dia, butuh tindakan konkret dan terukur dalam penerapan.

"Prayer is not strategy. Policy dan strategi ujungnya adalah investasi. Investasi adalah sumber daya manusia dan teknologi. Doktrin dan strategi yang tepat kemudian kekuatan yang memadai," ujar Prabowo menegaskan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement