Selasa 19 Nov 2019 15:43 WIB

Sepeda Motor Sumbang Polusi Udara Terbesar di Jakarta

Sepeda motor di Jakarta masih banyak menggunakan bahan bakar minyak beroktan rendah.

Red: Nora Azizah
Ilustrasi pengendara sepeda motor.
Foto: Republika/Wihdan
Ilustrasi pengendara sepeda motor.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Direktur Komite Penghapusan Bensin Bertimbal (KPBB), Ahmad Safrudin, mengatakan bahwa sepeda motor masih menjadi penyumbang polusi udara terbesar di Jakarta dengan angka 45 persen. Sementara posisi ke dua ditempati bus dengan angka 21 persen.

"Polusi udara masih tinggi, sebab banyak kendaraan masih mengonsumsi BBM yang memiliki oktan rendah, meski memang harga BBM jenis tersebut paling murah," kata Safrudin dalam 'Dampak BBM Kualitas Rendah Bagi Lingkungan' yang diselenggarakan di YLKI Jakarta, Selasa (19/11).

Baca Juga

Kemudian, lanjut Safrudin, truk menyumbang 18 persen, dan mobil pribadi 14 persen. Sementara sisanya disumbangkan mobil diesel yang juga berdampak polusi udara Jakarta.

Safrudin mengatakan, kendaraan bermotor roda dua masih banyak yang menggunakan BBM dengan oktan rendah. Hal ini membuat emisi gas buangnya masih buruk.

Untuk mengurangi polusi tersebut, Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) meminta harga bahan bakar minyak (BBM) ramah lingkungan lebih terjangkau masyarakat. Saat ini, masih banyak BBM, yang digunakan masyarakat belum ramah lingkungan.

Ketua Pengurus Harian YLKI, Tulus Abadi, mendorong pemerintah konsisten menjalankan regulasi bahan bakar minyak ramah lingkungan untuk kendaraan bermotor di Tanah Air. Hal ini sesuai Peraturan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) tentang Baku Mutu Emisi Gas Buang Kendaraan Bermotor.

"Indonesia sudah jauh tertinggal dibanding negara-negara ASEAN lainnya dalam penggunaan BBM ramah lingkungan. Di Malaysia, jenis BBM terendah yang beredar adalah berangka oktan (RON) 95, sementara Indonesia masih beredar RON 88 yang tidak lulus Euro 1," kata Tulus.

Dalam kesempatan yang sama, Kepala Subdirektorat Standardisasi Minyak dan Gas Bumi Kementerian ESDM, Yunan Muzaffar mengatakan, langkah pemerintah untuk fokus mengembangkan energi bersih bagi masyarakat sudah terimplementasi dalam program biodiesel B30. Hal ini untuk mengurangi emisi gas buang dengan meminimalkan penggunaan energi fosil.

"Program B30 akan tercipta dampak yang signifikan di bidang ekonomi, yaitu mengurangi impor BBM," ujar Yunan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement