Rabu 27 Nov 2019 04:13 WIB

Persis: Standardisasi Dai MUI Rancu

Adanya standardisasi kompetensi dai seperti itu tentu sangat merugikan dakwah

Rep: Muhyiddin/ Red: Esthi Maharani
Majelis Ulama Indonesia (MUI)
Foto: Republika/Yogi Ardhi
Majelis Ulama Indonesia (MUI)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Wakil Ketua Umum Persatuan Islam (Persis), Ustaz Jeje Zainudin mengatakan, menjadi dai dan mendakwahkan ajaran Islam pada asalnya adalah menunaikan kewajiban sebagai muslim terhadap agamanya. Menurut dia, seorang muslim diakui dan diterima sebagai pendakwah ditengah masyarakat karena ilmu dan kiprahnya dalam berdakwah.

Namun, menurut dia, dengan adanya program standarisasi yang dibuat Komisi Dakwah dan Pengembangan Masyarakat Majelis Ulama Indonesia (MUI) maka akan menjadi rancu.

"Standardisasi kompetensi biasanya identik dengan sertifikasi profesi, sehingga mengesankan dakwah telah dijadikan profesi dan para pendakwah yang telah tersertifikasi adalah dai profesional, dan yang tidak bersertifikat sepertinya dipandang dai-dai amatiran . Hal ini tentu saja menjadi suatu kerancuan," ujar Ustaz Jeje kepada Republika.co.id, Selasa (26/11).

Menurut dia, akan lebih rancu lagi jika standardisasi kompetensi dai tersebut diarahkan kepada upaya pembungkaman terhadap dai-dai yang kritis terhadap kebijakan pemerintah dan ketimpangan sosial. Atau, lanjut dia, jika program itu menyasar para dai yang distigma radikal hanya karena tegas dan keras menentang kemunkaran, penyimpangan dan kemaksiyatan di tengah masyarakat.

"Maka adanya standardisasi kompetensi dai seperti itu tentu sangat merugikan dakwah," ucap Ustaz Jeje.

Namun, jika standardisasi kompetensi dai itu dimaknai sebagai upaya dan proses penyamaan visi dan persepsi para dai dalam menyampaikan dakwahnya kepada masyarakat, Ustaz Jeje sepakat dengan program standarisasi dai tersebut.

"Maka standardisasi sebagai penyamaan persepsi dan kode etik berdakwah sangatlah baik," kata Ustaz Jeje.

Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
سَمّٰعُوْنَ لِلْكَذِبِ اَكّٰلُوْنَ لِلسُّحْتِۗ فَاِنْ جَاۤءُوْكَ فَاحْكُمْ بَيْنَهُمْ اَوْ اَعْرِضْ عَنْهُمْ ۚوَاِنْ تُعْرِضْ عَنْهُمْ فَلَنْ يَّضُرُّوْكَ شَيْـًٔا ۗ وَاِنْ حَكَمْتَ فَاحْكُمْ بَيْنَهُمْ بِالْقِسْطِۗ اِنَّ اللّٰهَ يُحِبُّ الْمُقْسِطِيْنَ
Mereka sangat suka mendengar berita bohong, banyak memakan (makanan) yang haram. Jika mereka (orang Yahudi) datang kepadamu (Muhammad untuk meminta putusan), maka berilah putusan di antara mereka atau berpalinglah dari mereka, dan jika engkau berpaling dari mereka maka mereka tidak akan membahayakanmu sedikit pun. Tetapi jika engkau memutuskan (perkara mereka), maka putuskanlah dengan adil. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang adil.

(QS. Al-Ma'idah ayat 42)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement