Rabu 04 Dec 2019 22:58 WIB

Wamenkeu: Waspadai Bila Modal Asing Kabur Lagi

Arus modal asing yang masuk ke Indonesia hingga 21 November mencapai Rp 220,9 triliun

Red: Ichsan Emrald Alamsyah
Wakil Menteri Keuangan Suahasil Nazara. Arus modal asing yang masuk ke Indonesia hingga 21 November mencapai Rp 220,9 triliun
Foto: Antara/Galih Pradipta
Wakil Menteri Keuangan Suahasil Nazara. Arus modal asing yang masuk ke Indonesia hingga 21 November mencapai Rp 220,9 triliun

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Wakil Menteri Keuangan Suahasil Nazara mengingatkan derasnya aliran masuk modal asing ke domestik bisa saja terhenti dan berbalik kabur atau mengalir ke luar, jika reformasi struktural perekonomian seperti kemudahan berusaha dan pembangunan infrastruktur tidak berjalan.

Dalam Mandiri "Market Outlook 2020" Suahasil mengatakan pemerintah juga menginginkan derasnya aliran investasi berbentuk penanaman modal asing (PMA), tidak hanya aliran modal asing berbentuk portofolio.Dia mengakui kondisi perekonomian global yang masih dirundung ketidakpastian sekaligus perlambatan yang bisa berdampak kepada Indonesia, terutama dari aspek aliran modal asing yang masuk (Capital Inflow).

"Kalau selama ini kita mengandalkan aliran modal yang masuk ke RI, sekarang ini perlu diwaspadai. Di jangka menengah masih semangat untuk masuk. Tapi namanya modal ya mudah masuk, mudah keluar. Itu hakekatnya investasi portofolio," ujar dia, di Jakarta, Rabu malam (4/12).

Sejak awal tahun hingga 21 November 2019, menurut data Bank Indonesia, arus modal asing yang masuk ke Indonesia mencapai Rp 220,9 triliun, yang terdiri dari Rp 174,5 triliun ke Surat Berharga Negara, dan Rp 45,3 triliun ke saham, dan Rp 1,6 triliun ke obligasi korporasi.

Wamenkeu menginginkan investasi berbentuk Penanaman Modal Asing (PMA) dapat lebih deras masuk ke Indonesia. Maka itu, ujarnya, pemerintah pusat mengajak pemerintah daerah untuk serius memangkas birokrasi perizinan yang tidak perlu, dan melanjutkan agenda pembangunan infrastruktur.

"Kalau aliran masuk yang lebih 'ajeg', yakni 'Foreign Direct Investment/FDI' yang juga ingin kita kejar. Ini sangat dipengaruhi iklim usaha. buka pabrik gampang tidak, atau mudah tidak dapat lisensi. Infrastruktur mencukupi atau tidak ? Di sinilah pekerjaan rumah kita semua," ujar dia.

Menurut dia, di tengah perlambatan pertumbuhan ekonomi global seperti saat ini, investor global sedang berburu untuk berinvestasi di negara dengan fundamental ekonomi yang baik dan resilien terhadap perkembangan ekonomi global.

Indonesia masih menjadi primadona investasi. Terlebih, dengan pertumbuhan ekonomi yang masih berada di kisaran 5,0 persen. Pertumbuhan ekonomi kuartal III 2019 yang sebesar 5,02 persen (yoy), ujar dia, masih baik, di tengah perlambatan pertumbuhan ekonomi yang melanda negara-negara ekonomi sepadan (peers).

Untuk 2019, Suahasil memperkirakan ekonomi Indonesia akan tumbuh 5,05 persen (yoy).

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement