Kamis 12 Dec 2019 15:20 WIB

Muslim Birmingham Serukan Islam Toleransi Jelang Pemilu

Percakapan politik di Inggris jelang pemilu dipenuhi debat Brexit dan islamofobia.

Rep: Idealisa Masyrafina/ Red: Ani Nursalikah
Muslim Birmingham Serukan Islam Toleransi Jelang Pemilu. Foto ilustrasi Muslim inggris dalam seuah peretemuan.
Foto: telegraph.co.uk
Muslim Birmingham Serukan Islam Toleransi Jelang Pemilu. Foto ilustrasi Muslim inggris dalam seuah peretemuan.

REPUBLIKA.CO.ID, BIRMINGHAM -- Para pemimpin di sebuah masjid di Birmingham mendesak ulama menciptakan suasana semangat rasa hormat dan toleransi jelang pemilu Inggris. Para imam dari Green Lane Mosque and Community Center telah menulis surat kepada umat Islam yang mendorong mereka mewujudkan karakter dan prinsip moral yang terhormat.

Surat itu datang karena lebih dari 10 anggota Partai Konservatif membuat komentar islamofobik baik secara lisan maupun di media sosial. Dilansir di Alaraby, Kamis (12/11),pernyataan itu ditandatangani oleh sejumlah imam dan pemimpin di masjid itu yang memiliki lebih dari 3.000 jamaah.

Baca Juga

"Dalam beberapa tahun terakhir, percakapan politik dipenuhi perdebatan seputar Brexit, islamofobia, dan anti-semitisme. Akibatnya, komunitas Muslim telah menjadi lebih terlibat secara politik," katanya.

Surat itu berlanjut untuk berbicara tentang pemilihan Muslim, yang mereka katakan bisa kritis dalam pemilihan mendatang. Dengan sekitar lima persen dari populasi Inggris terdiri dari Muslim, mereka menulis, sangat penting untuk menjadi bagian dari proses demokrasi, terutama mengingat mereka membentuk struktur beragam pengalaman multi-budaya Inggris.

Surat itu melanjutkan dengan mengatakan pemilihan umum memicu peningkatan yang signifikan dalam kepentingan politik di kalangan umat Islam. "Dalam semua hal, kita harus mewujudkan karakter dan prinsip moral yang terhormat. Di era media sosial, menjadi sangat mudah untuk mencoreng dan menghina orang lain di depan umum," katanya.

Insiden islamofobik meningkat 375 persen pada pekan saat Boris Johnson membandingkan wanita yang mengenakan burqa dengan kotak surat, penelitian yang ditemukan oleh kelompok pemantau Tell Mama. Penelitian yang diterbitkan pada September lalu itu menemukan tiga pekan setelah kolom The Daily Telegraph diterbitkan, 42 persen dari insiden islamofobia dilaporkan secara langsung merujuk Boris Johnson dan atau bahasa yang digunakan dalam kolomnya.

"Johnson tidak menghadapi tindakan hukuman dari Partai Konservatif dan banyak tokoh terkenal menawarkan dukungan mereka atas haknya untuk bebas berbicara tentang pakaian islami," kayta laporan itu.

Partai Konservatif telah berulang kali dituduh memiliki masalah sistemik dalam jajarannya. Dewan Muslim Inggris baru-baru ini mengatakan Partai Konservatif menyerang secara rasial.

Anggota Partai Konservatif telah diskors karena me-retweet konten rasialis dan islamofobia. Konten itu termasuk satu anggota dewan yang tidak disebutkan namanya di Inggris yang me-retweet serangkaian unggahan, salah satunya termasuk gambar daging asap diikuti dengan tulisan: "Tes Kristen Suriah: Jika mereka memakannya, biarkan mereka masuk."

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement