Jumat 13 Dec 2019 23:35 WIB

Maspi Ingin Buat Kajian dan Dokumentasi Pencak Silat

Kajian dan Dokumentasi untuk lestarikan Pencak Silat

Red: Agung Sasongko
Festival Pencak Silat Indonesia
Foto: Dok KBRI London
Festival Pencak Silat Indonesia

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Masyarakat Pencak Silat Indonesia (Maspi) ingin membuat kajian dan pendokumentasian terhadap seni bela diri itu.

"Kami ingin menggandeng akademisi untuk melakukan pendataan, pengkajian dan juga pendokumentasian terhadap pencak silat. Selama ini kita belum punya data tertulis, masa mau mencari data pencak silat mesti ke Belanda," kata Ketua MAPSI Wahdad MY di Jakarta, Jumat (13/12).

Pendataan, pengkajian dan pendokumentasian, menurut Wahdad, juga salah satu upaya untuk melestarikan dan mewariskan pencak silat kepada generasi muda.

Menurut dia selama ini pewarisan pencak silat selama ini hanya dilakuan secara lisan.

Dia mengatakan pencak silat di Indonesia memiliki banyak aliran, beberapa aliran yang terkenal di antaranya berasal dari Sumatera Barat, Banten dan Jawa Barat. MAPSI memperkirakan ada ribuan perguruan pencak silat di seluruh Indonesia.

Usai penetapan UNESCO itu, katanya, MAPSIjuga ingin mengadakan acara kumpul pendekar untuk membicarakan soal pengembangan pencak silat, karena selama ini pengembangan pencak silat selalu dilakukan secara sporadis.

"Pertemuan itu juga akanmelibatkan komuntias yang memiliki aliran yang selama ini kurang terekspos seperti yang ada di Kalimantan dan Sulawesi. Diharapkan pertemuan ini membuat luas keterlibatan pegiat pencak silat dari akar rumput," kata dia.

MAPSI adalah salah satu komunitas yang ikut mengajukan pengusulan pencak silat sebagai daftar representatif warisan takbenda UNESCO. Wahdad mengatakan pencak silat memiliki empat aspek yaitu mental-spiritual, pertahanan diri, seni dan olahraga.

Dia mengatakan saat ini pencak silat telah milik dunia, maka masyarakat Indonesia harus membuka diri agar pencak silat dapat berkembang dan dikenal masyarakat global.

"Mari hapuskan fanatisme bahwa silat hanya milik Indonesia saja, kita perlu belajar dari Jepang, karena hari ini karate sudah menjadi milik masyarakat dunia, siapa saja bisa mempelajarinya. Bahkan di ajang-ajang pertandingan internasional pemenang karate sudah bukan orang Jepang lagi. Tetapi mereka selalu memelihara nilai tradisi itu," demikian Wahdad.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement