Selasa 17 Dec 2019 00:14 WIB

Silat Indonesia Berbeda dengan Malaysia

Silat Indonesia tidak sebatas seni bela diri.

Red: Ani Nursalikah
Silat Indonesia tidak sebatas seni bela diri. Seorang wisatawan mancanegara (kiri) berlatih Pencak Silat Golok Terbang di Situ Rawa Gede, Bekasi, Jawa Barat (ilustrasi).
Foto: Antara/Fakhri Hermansyah
Silat Indonesia tidak sebatas seni bela diri. Seorang wisatawan mancanegara (kiri) berlatih Pencak Silat Golok Terbang di Situ Rawa Gede, Bekasi, Jawa Barat (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Tradisi pencak silat Indonesia, yang baru-baru ini diakui oleh Organisasi Pendidikan, Keilmuan, dan Kebudayaan PBB (UNESCO) sebagai warisan budaya tak benda, tidak terbatas pada seni bela diri. Karena itu, silat Indonesia berbeda dengan silat asal Malaysia.

Menurut Direktur Sosial Budaya dan Organisasi Internasional Negara Berkembang Kementerian Luar Negeri Kama Pradipta, pencak silat mengandung tradisi nilai warisan budaya leluhur budaya Indonesia. Pencak silat juga mencakup aspek mental dan spiritual.

Baca Juga

Tradisi yang berasal dari Jawa dan Sumatra Barat ini juga memiliki aspek artistik melalui musik dan instrumen musik tradisional, serta senjata tradisional yang digunakan. “Tradisi pencak silat Indonesia mengajarkan keseimbangan antara hubungan dan keterkaitan antara Tuhan, manusia, dan alam,” kata Kama dalam temu media di Jakarta, Senin (16/12).

Selain itu, tradisi pencak silat juga menekankan pada seni bela diri yang positif, bukan ofensif, dan menjaga keseimbangan tata sosial serta menjadi bagian dari ritual upacara tradisional. Sedangkan silat Malaysia hanya menekankan pada aspek ilmu seni bela diri berikut gerakan-gerakan olahraganya. Silat Indonesia dan Malaysia juga diakui sebagai warisan budaya dunia tak benda dalam Sidang ke-14 Komite Warisan Budaya Tak Benda UNESCO di Bogota, Kolombia, 12 Desember lalu.

“Dari aspek warisan nilai luhurnya, Malaysia mencantumkan silat adalah warisan budaya Semenanjung Melayu, contohnya ilmu Silat Harimau,” ujar Kama.

Sebelum mengajukan ke UNESCO, sebenarnya Indonesia telah mengajak Malaysia mengajukan silat sebagai warisan tak benda dunia secara bersama-sama, seperti saat keduanya mengajukan pantun ke UNESCO. Namun, karena perbedaan pandangan, kedua negara akhirnya mengajukan sendiri-sendiri.

Pencak silat menambah total 10 warisan budaya tak benda yang dimiliki Indonesia setelah Wayang, Batik, Pelatihan Batik, Angklung, Tari Saman, Noken, Tiga Genre Tradisi Tari Bali dan Kapal Pinisi. Ke depannya, Indonesia akan terus mengajukan segala bentuk kekayaan warisan budayanya ke UNESCO.

Beberapa nominasi warisan budaya dan ingatan kolektif dunia yang akan diajukan Indonesia pada 2020 adalah Kebun Raya Bogor, Jalur Rempah dan Historical Landmark along the Cosmological Axis of the City of Yogyakarta sebagai warisan budaya dunia; Arsip Konferensi Tingkat Tinggi Gerakan Non-Blok dan Pidato Soekarno “To Build the World a New” sebagai memory of the world; serta pengajuan salah satu geopark nasional (Natuna, Banyuwangi, Pongkor-Bogor) sebagai geopark global UNESCO.

“Ini menjadi tekad kita dengan pemangku kepentingan nasional lainnya untuk mengajukan warisan budaya kita bukan hanya menjadi milik Indonesia tetapi juga milik dunia,” kata Kama.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement