Selasa 17 Dec 2019 09:25 WIB

November 2019 Jadi Rekor Suhu Terpanas Kedua dalam Sejarah

November terpanas pertama terjadi pada November 2013.

Rep: Gumanti Awaliyah/ Red: Dwi Murdaningsih
Rata-rata suhu permukaan daratan dan lautan global untuk November 2019 adalah 1,66 derajat Fahrenheit atau 0,92 derajat Celsius di atas rata-rata suhu pada abad ke-20.  Foto: Penggembala rusa di Mongolia terdampak perubahan iklim.
Foto: sciencefokus
Rata-rata suhu permukaan daratan dan lautan global untuk November 2019 adalah 1,66 derajat Fahrenheit atau 0,92 derajat Celsius di atas rata-rata suhu pada abad ke-20. Foto: Penggembala rusa di Mongolia terdampak perubahan iklim.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- United States (US) National Oceanic and Atmospheric Administrasi menilai bahwa bulan lalu adalah November terpanas kedua dalam catatan iklim global selama 140 tahun. Sedang November terpanas pertama terjadi pada November 2013.

Menurut badan itu, rata-rata suhu permukaan daratan dan lautan global untuk November 2019 adalah 1,66 derajat Fahrenheit atau 0,92 derajat Celsius di atas rata-rata suhu pada abad ke-20. 

 

Badan itu juga menambahkan bahwa es laut di kutub semakin menyusut mendekati rekor terendah. Sementara itu cakupan es laut menyusut di Kutub Utara dan Antartika menempati ukuran terendah kedua, setelah November 2016. 

 

Cakupan es laut Kutub Utara adalah 12,8 persen di bawah rata-rata tahun 1981 sampai 2010, sementara cakupan Antartika 6,4 persen di bawah rata-rata. Walhasil, suhu di berbagai belahan dunia menjadi lebih panas.

 

"Suhu yang lebih panas dari rata-rata terjadi di sebagian besar dunia, kecuali Amerika Utara dan sebagian Asia barat dan tengah," demikian menurut Badan tersebut dilansir Malay Mail, Selasa (17/12).

 

Sementara itu, Layanan Perubahan Iklim Copernicus Uni Eropa juga menetapkan November 2019 sebagai bulan November terpanas dalam sejarah, sama dengan November di 2015 dan 2016.

 

Pada Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) COP25 yang berlangsung sejak 2 sampai 13 Desember 2019 di Madrid Spanyol, lebih dari 50 negara termasuk Indonesia, menunjukkan komitmennya dalam membahas perubahan iklim dan membuat kerangka perubahan iklim.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement