Rabu 18 Dec 2019 13:02 WIB

Jokowi: Masalah Jakarta Hanya Dua, Banjir dan Macet

Jokowi menilai bila ibu kota tak pindah, maka masalah banjir dan macet sulit diatasi.

Red: Teguh Firmansyah
Presiden Joko Widodo (kedua kanan) meninjau Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) Sampah Manggar usai acara peresmian di Balikpapan, Kalimantan Timur, Rabu (18/12/2019).
Foto: Antara/Akbar Nugroho Gumay
Presiden Joko Widodo (kedua kanan) meninjau Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) Sampah Manggar usai acara peresmian di Balikpapan, Kalimantan Timur, Rabu (18/12/2019).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Presiden Joko Widodo menilai bahwa persoalan di ibu kota Jakarta hanyalah banjir dan macet. Dua masalah tersebut sedang diselesaikan.

Hal tersebut terungkap dalam acara diskusi Presiden Jokowi dengan wartawan di Balikpapan pada Rabu.

Baca Juga

Saat itu wartawan menanyakan banjir yang terjadi di beberapa titik di Jakarta pada Selasa (17/12) bahkan sejumlah video sempat viral menunjukkan besarnya volume air di beberapa lokasi di Jakarta tersebut.

"Persoalan besar di Jakarta hanya dua yaitu banjir, yang kedua macet, banjir kita memang masih dalam proses membangun bendungan yang namanya Sukamahi dan Ciawi, di Bogor. Selesai kira-kira akhir tahun depan Insya Allah," kata Presiden di Balikpapan, Rabu.

Presiden sempat terdiam sekitar 30 detik saat dimintai komentar mengenai banjir di kota yang sempat ia pimpin pada 2012-2014.

"Kalau dua bendungan itu sudah jadi (banjir Jakarta) akan bisa lebih dikendalikan tapi juga sangat tergantung sekali dengan pembersihan got, kemudian juga pelebaran dari sungai Ciliwung yang sampai di Jakartanya menyempit, ketiga manajemen pengelolaan pintu-pintu air dan pengerukan waduk-waduk di Jakarta seperti waduk Pluit dan lainnya," tambah Presiden.

Sedangkan untuk urusan mengatasi macet, Presiden Jokowi menjelaskan bahwa sudah ada sejumlah transportasi massal yang dibangun di Jakarta. Pemerintah membangun MRT (mass rapid transportation) tahap 1 selesai, bangun LRT (light rapid transport) yang nanti akhir 2021 Insya Allah selesai dan akan sangat mengurangi macet.

Langkah pamungkas adalah dengan mengintegrasikan 6 moda transportasi di Jakarta.

"Dan tentu mengintegrasikan dari moda transportasi yang ada LRT digabung dengan MRT digabung dengan Transjakarta dengan commuter (line) dengan kereta bandara nanti mungkin dengan kereta cepat, jadi 6 transportasi diintegrasikan semua akan sangat-sangat mengurangi kemacetan Jakarta," jelas Presiden.

Namun Presiden mengatakan bila ibu kota negara tidak pindah maka tak mungkin kemacetan dan banjir diatasi. Pasalnya semua orang akan terus ingin meniti karir dan bisnis di Jakarta.

"Semua mikir dari seluruh tanah air ke Jakarta semua atau mungkin ke Jawa," ungkap Presiden.

Dengan kondisi tersebut maka kepadatan penduduk semakin bertambah dari hari ke hari. "Sebanyak 56 persen penduduk kita di Jawa khususnya Jakarta dan sekitarnya, PDB (Pendapatan Domestik Bruto) ekonomi kita 58 persen ada di Jawa khususnya di Jakarta, sehingga perlu pemerataan ekonomi," tegas Presiden.

Genangan air

Setidaknya ada 19 genangan air di Jakarta pada Selasa (17/12) yaitu di Jalan HR Rasuna Said genangan setinggi 10-20 sentimeter, Jalan Denpasar Raya 10-30 sentimeter, serta Jalan Pasar Kebayoran Lama yaitu 10-35 sentimeter.

Untuk Jakarta Pusat, Jalan Gerbang Pemuda setinggi 10-25 sentimeter, Jalan Gelora 10-30 sentimeter, Jalan Asia Afrika 10-20 sentimeter, dan Jalan Pangeran Diponegoro itu 5-15 sentimeter.

Lalu di Jakarta Timur ada di Jalan Raya Lapangan Tembak Cibubur setinggi 5-10 sentimeter, Jalan Pulomas Raya 20 sentimeter, Jalan Pemuda Raya 5-10 sentimeter, Jalan Komodor Halim itu 15 sentimeter, dan Jalan Bojana Tirta 35 sentimeter

Sedangkan, Jakarta Barat ada di Letjen S Parman, Kemanggisan Palmerah genangan mencapai 5-15 sentimeter, Jalan Tanjung Duren, Tanjung Duren Utara, Grogol Petamburan itu 10-30 sentimeter dan Jalan Tubagus Angke, Angke, Tambora mencapai 30 sentimeter.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement