Selasa 24 Dec 2019 11:50 WIB

AS Hentikan Pengiriman Anjing Pelacak ke Yordania dan Mesir

AS berhenti kirim anjing pelacak bahan peledak karena tingginya angka kematian hewan

Rep: Lintar Satria/ Red: Christiyaningsih
Presiden AS Donald Trump menyambut anjing bernama Conan yang membantu memburu pemimpin ISIS Abu Bakar al-Baghdadi, Senin (25/11). AS berhenti kirim anjing pelacak bahan peledak karena tingginya angka kematian hewan. Ilustrasi.
Foto: EPA
Presiden AS Donald Trump menyambut anjing bernama Conan yang membantu memburu pemimpin ISIS Abu Bakar al-Baghdadi, Senin (25/11). AS berhenti kirim anjing pelacak bahan peledak karena tingginya angka kematian hewan. Ilustrasi.

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Amerika Serikat (AS) mengatakan mereka menghentikan pengiriman anjing pelacak bahan peledak ke Yordania dan Mesir. Penghentian dilakukan karena tingginya jumlah binatang yang tewas karena diabaikan.

"Setiap kematian anjing di lapangan peristiwa yang sangat menyedihkan," kata juru bicara Kementerian Luar Negeri AS seperti dilansir BBC, Selasa (24/12).

Baca Juga

Pada September, AS melaporkan tingginya kasus pengabaian pemeliharaan lebih dari 100 anjing yang dikirim ke Yordania, Mesir, dan delapan negara lainnya dalam bebarapa tahun terakhir. Pengiriman anjing terlatih bagian dari program anti-teroris AS.

Hingga kini Yordania dan Mesir belum memberikan komentar tentang isu tersebut. Penghentian pengiriman anjing pelacak ini diumumkan pada Senin (23/12). Departemen Luar Negeri AS mengatakan langkah itu dilakukan untuk mencegah lebih banyak lagi kematian.

"Anjing-anjing itu memiliki peran penting dalam upaya kontrateroris di luar negeri dan menyelamat nyawa orang Amerika," kata Departemen Luar Negeri AS.

Departemen Luar Negeri AS menambahkan anjing-anjing yang sudah dikirimkan Yordania dan Mesir akan tetap berada di sana untuk beberapa waktu. Laporan yang dilakukan Inspektur Jenderal Departemen Luar Negeri AS mengatakan pada 2017 di Yordania ada satu anjing yang tewas karena hipertermia.

"Dua anjing lainnya dikembalikan ke AS dalam kondisi kritis," kata laporan tersebut.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement