Rabu 15 Jan 2020 16:24 WIB

Penduduk Miskin di Lampung Tersisa 1,04 Juta Orang

Secara umum, penduduk miskin di Lampung menurun.

Rep: Mursalin Yasland/ Red: Muhammad Hafil
Penduduk Miskin di Lampung Tersisa 1,04 Juta Orang . Foto:   Kemiskinan, ilustrasi
Foto: Republika
Penduduk Miskin di Lampung Tersisa 1,04 Juta Orang . Foto: Kemiskinan, ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID,BANDAR LAMPUNG – Meski terjadi penurunan, jumlah penduduk miskin di Provinsi Lampung masih tersisa Rp 1,04 juta orang pada September 2019. Jumlah tersebut mengalami penurunan 22,18 ribu orang atau 12,62 persen dibandingkan pada Maret 2019 sebesar 1,06 juta orang.

Kepala Bidang Statistik Sosial Badan Pusat Statistik (BPS) Lampung Mas;ud Rifai mengatakan, secara umum pada periode Maret 2015 – September 2019 tingkat kemiskinan di Lampung mengalami penurunan baik dari jumlah maupun persentasenya, kecuali pada Maret 2016 dan Maret 2018.

Baca Juga

Kenaikan pada Maret 2015 disebabkan kenaikan harga barang kebutuhan pokok di masyarakat yakni utamanya beras, sebagai makanan pokok. Sedangkan kenaikan kemiskinan pada Maret 2018 juga dipengaruhi harga komoditas bahan pokok yang belum terkendali, salah satu penyebab yakni gagal panen dan banjir.

Sedangkan jumlah penduduk miskin di Lampung pada September 2019 mencapai 1,04 juta orang. Terjadi penurunan jumlah penduduk miskin sebanyak 22,18 ribu orang dibandingkan Maret 2019. “Sedangkan jika dibandingkan dengan September 2018 jumlah penduduk miskin juga menurun sebanyak 50,12 ribu orang,” kata Mas’ud Rifai pada keterangan persnya di Kantor BPS Lampung, Rabu (15/1).

Berdasarkan daerah tempat tinggal, ia mengatakan pada periode Maret – September 2019, jumlah penduduk miskin di daerah perkotaan turun menjadi 7,17 ribu orang, sedangkan di daerah pedesaan juga turun sebesar 15,01 ribu orang. Persentase kemiskinan di perkotaan turun dari 9,92 persen menjadi 8,60 persen, sementara di pedesaaan turun dari 14,27 persen menjadi 13,96 persen.

Ia mengatakan, peranan komoditas makanan terhadap garis kemiskinan jauh lebih besar dibandingkan peranan komoditas bukan makanan seperti perumahan, sandang, pendidikan, dan kesehatan. Sumbangan garis kemiskinan makanan terhadap garis kemiskinan pada September 2019, tercatat sebesar 75,08 persen.

“Kondsi ini sedikit meningkat dibandingkan dengan kondsi pada Maret 2019 yakni sebesar 74,97 persen,” katanya.

Menurut dia, jenis komoditi makanan yang berpengaruh besar terhadap nilai garis kemiskinan di perkotaan maupun di pedesaan adalah beras, rokok kretek filter, teluar ayam ras, cabe rawit, tempe, mi instan, dan gula pasir.

Sedangkan komoditi nonmakanan yang berpengaruh besar terhadap nilai garis kemiskinan di perkotaan dan pedesaan yakni perumahan, bensin, listrik, dan pendidikan.

Ia mengatakan, persoalan kemiskinan bukan hanya sekedar berapa jumlah dan persentase penduduk miskin, dimensi lain yang perlu diperhatikan yakni tingkat kedalaman dan keparahan dari kemiskinan. Indeks kedalaman kemiskinan yakni ukuran rata-rata kesenjangan pengeluaran masing-masing penduduk miskin tehradap garis kemiskinan. Sedangkan indeks keparahan kemiskinan memberikan gambaran mengenai penyebaran pengeluaran diantaranya penduduk miskin.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement