Kamis 16 Jan 2020 00:09 WIB

BPS: Rata-Rata Rumah Tangga Miskin Punya 4 Anggota

Jumlah penduduk miskin di Indonesia tercatat 24,79 juta orang.

Rep: Retno Wulandhari/ Red: Friska Yolanda
Warga beraktivitas di kawasan Petamburan, Jakarta, Selasa (2/7/2019). Jumlah penduduk miskin Indonesia pada September 2019 mencapai 24,79 juta orang atau turun sebanyak 358,9 ribu orang dibandingkan Maret 2019
Foto: Antara
Warga beraktivitas di kawasan Petamburan, Jakarta, Selasa (2/7/2019). Jumlah penduduk miskin Indonesia pada September 2019 mencapai 24,79 juta orang atau turun sebanyak 358,9 ribu orang dibandingkan Maret 2019

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Badan Pusat Statistik (BPS) merilis data terbaru mengenai angka kemiskinan Indonesia Per September 2019. Dalam rilisnya, BPS menyebut jumlah penduduk miskin Indonesia terus mengalami penurunan.

"Jumlah penduduk miskin Indonesia pada September 2019 mencapai 24,79 juta orang atau turun sebanyak 358,9 ribu orang dibandingkan Maret 2019," kata Kepala BPS, Suhariyanto di Jakarta, Rabu (15/1).

Pada September 2019, secara rata-rata rumah tangga miskin di Indonesia memiliki 4,58 orang anggota rumah tangga. Dengan demikian, besarnya Garis Kemiskinan (GK) per rumah tangga miskin secara rata-rata adalah sebesar Rp 2.017.664 per rumah tangga miskin per bulan.

Suhariyanto memaparkan Garis Kemiskinan pada September 2019 adalah sebesar Rp 440.538 per kapita per bulan. Dibandingkan Maret 2019, GK naik sebesar 3,60 persen. Sedangkan dibandingkan September tahun lalu GK naik 7,27 persen.

Menurut Suhariyanto, kenaikan GK pada September 2019 ini ditopang oleh komoditas makanan. Komoditas makanan yang memberikan sumbangan terbesar pada garis kemiskinan yaitu beras sebesar 20,35 persen di perkotaan dan 25,82 persen di perdesaan. 

Setelah beras, bertengger komoditas rokok kretek filter di posisi kedua, yaitu sebesar 11,17 persen di perkotaan dan 10,37 persen diperdesaan. Komiditas lainnya adalah telur ayam ras, daging ayam ras, mie instan, hingga gula pasir.  

Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
مَا كَانَ لِاَهْلِ الْمَدِيْنَةِ وَمَنْ حَوْلَهُمْ مِّنَ الْاَعْرَابِ اَنْ يَّتَخَلَّفُوْا عَنْ رَّسُوْلِ اللّٰهِ وَلَا يَرْغَبُوْا بِاَنْفُسِهِمْ عَنْ نَّفْسِهٖۗ ذٰلِكَ بِاَنَّهُمْ لَا يُصِيْبُهُمْ ظَمَاٌ وَّلَا نَصَبٌ وَّلَا مَخْمَصَةٌ فِيْ سَبِيْلِ اللّٰهِ وَلَا يَطَـُٔوْنَ مَوْطِئًا يَّغِيْظُ الْكُفَّارَ وَلَا يَنَالُوْنَ مِنْ عَدُوٍّ نَّيْلًا اِلَّا كُتِبَ لَهُمْ بِهٖ عَمَلٌ صَالِحٌۗ اِنَّ اللّٰهَ لَا يُضِيْعُ اَجْرَ الْمُحْسِنِيْنَ
Tidak pantas bagi penduduk Madinah dan orang-orang Arab Badui yang berdiam di sekitar mereka, tidak turut menyertai Rasulullah (pergi berperang) dan tidak pantas (pula) bagi mereka lebih mencintai diri mereka daripada (mencintai) diri Rasul. Yang demikian itu karena mereka tidak ditimpa kehausan, kepayahan dan kelaparan di jalan Allah, dan tidak (pula) menginjak suatu tempat yang membangkitkan amarah orang-orang kafir, dan tidak menimpakan suatu bencana kepada musuh, kecuali (semua) itu akan dituliskan bagi mereka sebagai suatu amal kebajikan. Sungguh, Allah tidak menyia-nyiakan pahala orang-orang yang berbuat baik,

(QS. At-Taubah ayat 120)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement