Sabtu 18 Jan 2020 07:20 WIB

Jelang Forum Ekonomi Dunia, Greta Thunberg Turun ke Jalan

Greta Thunberg akan membawa pesan soal perubahan iklim ke Forum Ekonomi Dunia.

Rep: Febryan A/ Red: Reiny Dwinanda
Greta Thunberg akan mengikuti dua panel Forum Ekonomi Dunia di Davos.
Foto: AP
Greta Thunberg akan mengikuti dua panel Forum Ekonomi Dunia di Davos.

REPUBLIKA.CO.ID, LAUSANNE -- Aktivis muda asal Swedia, Greta Thunberg, kembali mempertanyakan komitmen pemimpin dunia mengenai kebijakan untuk mengatasi perubahan iklim. Sebab, ia belum melihat adanya kebijakan politik untuk segera menyelamatkan Numi.

"Jadi, kita sekarang berada di tahun baru dan kita telah memasuki dekade baru dan sejauh ini, selama dekade ini, kita belum melihat tanda apa pun bahwa tindakan nyata mengatasi perubahan iklim dan itu harus diubah,” kata Thunberg dalam pidatonya.

Baca Juga

Hal itu ia sampaikan dalam sebuah aksi protes yang dihadiri sekitar 10 ribu orang di Kota Lausanne, Swiss, pada Jumat (17/1). Selanjutnya, ia akan menghadiri Forum Ekonomi Dunia (WEF) yang dihadiri para pemimpin dunia di Davos, pekan depan.

"Kepada para pemimpin dunia dan mereka yang berkuasa, saya ingin mengatakan bahwa aksi ini belum seberapa. Anda belum melihat akhir dari perjuangan kami, yakinlah. Dan itu adalah pesan yang akan kami bawa ke WEF," ujar gadis 17 tahun yang menginisiasi gerakan #FridaysforFuture itu.

Massa yang hadir juga membawa sejumlah poster kecaman untuk para pemimpin dunia, seperti mengingatkan kebakaran hutan yang terjadi di Australia. "Ini sudah terlambat, tapi belumlah terlalu terlambat," bunyi salah satu poster itu meminta para pemimpin dunia segera bertindak.

Dilansir Reuters, ratusan aktivis perubahan iklim yang hadir di aksi itu nantinya akan naik kereta menuju Kota Kloster, dekat Davos, untuk melakukan aksi susulan. Sementara itu, Thunberg akan berada di Davos untuk ikut serta dalam dua panel WEF.

Sebuah survei jelang WEF 2020 mendapati bahwa para elite global kali ini telah menjadikan risiko perubahan iklim dan kerusakan lingkungan sebagai sorotan utama. Pertemuan tahun ini berlangsung di saat bersamaan terjadi kebakaran hutan terburuk di Australia. Sementara pemerintah di sana enggan mengaitkan hal kebakaran itu dengan perubahan iklim, publik pun cemas kobaran api itu akan semakin meningkat suhu Bumi.

Organisasi Meteorologi Dunia (WMO) PBB menyatakan, tahun 2019 adalah tahun terpanas kedua di Bumi sejak pencatatan dimulai. Tahun ini pun belum tanda-tanda akan mereda. Dunia harus bersiap dengan cuaca yang lebih ekstrem.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement