Selasa 21 Jan 2020 17:59 WIB

Forum Ekonomi Dunia 2020 Bersiap Sambut Kehadiran Trump-Greta guna Bahas Perubahan Iklim

Ini adalah pertama kalinya Presiden AS Donald Trump dan aktivis lingkungan asal Swedia Greta Thunberg menghadiri acara yang sama, sejak Greta menatap galak Trump di KTT Iklim PBB di New York tahun lalu.

Rep: deutsche welle/ Red: deutsche welle
Imago Images/ZUMA Press/C. Minelli
Imago Images/ZUMA Press/C. Minelli

Aktivis iklim remaja Greta Thunberg kembali hadir di Davos, Swiss, untuk menghadiri World Economic Forum (WEF) atau Forum Ekonomi Dunia 2020 dengan membawa pesan yang kuat dan jelas: akhiri "kegilaan" bahan bakar fosil.

Kali ini Greta akan memberikan pernyataan yang ditujukan untuk sejumlah pemimpin dunia, antara lain Presiden AS Donald Trump, yang sebelumnya mengejek Greta dengan mengatakan bahwa ia memiliki "masalah dalam mengontrol amarah." Trump, orang yang paling vokal di antara tokoh-tokoh skeptis akan perubahan iklim, juga akan turut hadir di Davos setelah gagal hadir pada tahun 2019.

Ini pertama kalinya Trump dan Greta hadir di acara yang sama sejak KTT Perubahan Iklim Perserikatan Bangsa-Bangsa tahun lalu di New York. Saat itu Greta menatap kesal presiden tersebut karena menutupi jalan masuk Greta.

Kepada BBC, Greta Thurberg yang dinobatkan sebagai Person of the Year 2019 oleh majalah Time, mengatakan bahwa dia "tidak akan menyia-nyiakan waktunya" dengan berbicara kepada Trump mengenai krisis iklim di konferensi PBB tersebut.

"Jujur, saya tidak berpikir akan mengatakan apa-apa (kepadanya) karena jelas dia tidak mendengarkan para ilmuwan dan ahli, jadi mengapa dia akan mendengarkan saya," ujar Greta.

Baca juga: Trump Ungkap Wajah Asli Forum Ekonomi Dunia di Davos

Keadaan Darurat

Greta yang terkenal dengan pidatonya tahun lalu yang bertajuk "rumah kita sedang terbakar" mendapat dukungan di antara para penyelenggara Forum Ekonomi Dunia. Salah satunya dari sang pendiri, Klaus Schwab yang berusia 81 tahun, dan mengatakan bahwa dunia sedang menghadapi "keadaan darurat."

"Kami tidak ingin dunia mencapai titik kritis di mana perubahan iklim tidak dapat dihindari," kata Schwab kepada awak media, Selasa (14/01). "Kami tidak ingin generasi berikutnya mewarisi dunia yang menjadi semakin tidak bersahabat dan semakin tidak layak huni. Lihat saja kebakaran hutan di Australia," katanya.

Sebuah survei risiko tahunan yang diterbitkan oleh WEF pada hari Rabu (15/01) menempatkan iklim dan ancaman lingkungan lainnya di atas risiko yang ditimbulkan oleh ketegangan geopolitik dan serangan siber. Ini adalah pertama kalinya survei menunjukkan bahwa lima risiko jangka panjang teratas adalah soal masalah lingkungan, mulai dari peristiwa cuaca ekstrem hingga pelaku bisnis dan pemerintah yang gagal memitigasi dan beradaptasi dengan perubahan iklim.

Kapitalisme pemangku kepentingan

Keberkelanjutan menjadi tema utama pada pertemuan Forum Ekonomi Dunia tahun ini. Saat ini dunia sedang bergulat dengan ancaman pemanasan global yang kian parah karena perbedaan pendapat di antara negara-negara tentang cara menanganinya.

Pertemuan ini akan dihadiri lebih dari 50 kepala negara dan pemerintahan, termasuk Kanselir Jerman Angela Merkel dan Perdana Menteri Italia Giuseppe Conte. Mereka berupaya memberikan makna konkret terhadap konsep "kapitalisme pemangku kepentingan" atau stakeholder capitalism, yaitu sebuah konsep ketika bisnis seharusnya dapat melayani kepentingan masyarakat, bukan hanya melayani kepentingan para pemegang saham.

"Bisnis sekarang harus sepenuhnya merangkul (konsep) stakeholder capitalism, yang berarti tidak hanya memaksimalkan keuntungan, tetapi menggunakan kemampuan dan sumber daya mereka dalam kerja sama dengan pemerintah dan masyarakat sipil untuk mengatasi masalah utama dekade ini," ujar Schwab. "Mereka harus secara aktif berkontribusi kepada dunia yang lebih kohesif dan berkelanjutan."

Davos 2020 dalam angka:

  • Terdapat sekitar 3.000 peserta dari hampir 120 negara. Satu dari tiap empat peserta adalah perempuan
  • 53 kepala negara dan pemerintahan hadir
  • Hampir 1.700 petinggi bisnis juga hadir, termasuk CEO 8 dari 10 perusahaan paling besar di dunia
  • Lebih dari 350 sesi dan loka karya
  • 88 persen kendaraan yang digunakan dalam WEF adalah kendaraan listrik atau hibrida

Davos yang lebih ramah lingkungan

Pertemuan tahunan yang sudah memasuki tahun emasnya ini sering dikritik karena memproduksi emisi karbon, utamanya yang dihasilkan oleh para pemimpin dunia yang datang dengan jet pribadi.

WEF mengklaim bahwa pertemuan tahun ini akan menjadi salah satu KTT internasional paling berkelanjutan yang pernah dihelat. WEF berjanji untuk membeli kredit karbon untuk mengimbangi penerbangan, menyediakan lebih banyak kendaraan listrik, dan menyajikan makanan-makanan lokal.

"Ini adalah sesuatu yang kami anggap sangat serius," kata Adrian Monck, Direktur Pelaksana WEF, kepada awak media. "Tidak ada yang lebih parah dibandingkan sebuah organisasi yang mengidentifikasi risiko dan tidak melakukan apa-apa tentang itu."

WEF juga berencana untuk meluncurkan program penanaman 1 triliun pohon dengan skema pendanaan publik maupun pihak swasta.

Ketegangan geopolitik

KTT yang akan berlangsung dari Selasa hingga Jumat pekan ini, juga akan berfokus pada isu-isu seperti perang dagang global, ketidaksetaraan, rekor tingkat utang, dan ketegangan geopolitik di Timur Tengah.

Para pemimpin dari Irak, Palestina, Pakistan, dan Afghanistan diperkirakan akan menghadiri acara tersebut, lain halnya dengan Menteri Luar Negeri Iran Mohamad Javad Zarif. Ia tidak akan hadir karena pemerintah Iran tengah berurusan dengan protes menyusul jatuhnya pesawat Ukraina.

Tidak hadirnya Zarif juga disebabkan oleh meningkatnya ketegangan di Timur Tengah sejak serangan udara AS yang menewaskan Jenderal Iran Qassem Soleimani, pada awal tahun ini.

rap/ae

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement