Kamis 23 Jan 2020 06:17 WIB

Hadits Amalan Penghapus Dosa dan Pengangkat Derajat

Dalam Islam terdapat beberapa amalan yang dapat menghapuskan dosa-dosa seseorang.

Rep: suaramuhammadiyah.id (suara muhammadiyah)/ Red: suaramuhammadiyah.id (suara muhammadiyah)
Hadits Amalan Penghapus Dosa dan Pengangkat Derajat
Hadits Amalan Penghapus Dosa dan Pengangkat Derajat

Oleh: Ruslan Fariadi, SAg, MSi

Dalam Islam terdapat beberapa amalan yang dapat menghapuskan dosa-dosa seseorang dan mengangkat derajatnya di sisi Allah swt. Dosa-dosa yang dimaksudkan di sini adalah dosa-dosa kecil. Sebab jika terkait dengan dosa-dosa besar seperti berbuat syirik, berzina dan lain sebagainya, maka proses penghapusannya dilakukan dengan taubat nasuha. Dalam hadis Nabi saw. terdapat beberapa riwayat yang menjelaskan tentang amalan-amalan yang dapat menghapuskan dosa dan mengangkat derajat seseorang, antara lain sebagai berikut:

حَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ أَيُّوبَ وَقُتَيْبَةُ وَابْنُ حُجْرٍ جَمِيعًا عَنْ إِسْمَعِيلَ بْنِ جَعْفَرٍ قَالَ ابْنُ أَيُّوبَ حَدَّثَنَا إِسْمَعِيلُ أَخْبَرَنِي الْعَلَاءُ عَنْ أَبِيهِ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ أَلَا أَدُلُّكُمْ عَلَى مَا يَمْحُو اللَّهُ بِهِ الْخَطَايَا وَيَرْفَعُ بِهِ الدَّرَجَاتِ قَالُوا بَلَى يَا رَسُولَ اللَّهِ قَالَ إِسْبَاغُ الْوُضُوءِ عَلَى الْمَكَارِهِ وَكَثْرَةُ الْخُطَا إِلَى الْمَسَاجِدِ وَانْتِظَارُ الصَّلَاةِ بَعْدَ الصَّلَاةِ فَذَلِكُمْ الرِّبَاطُ. (رواه مسلم)

“Telah menceritakan kepada kami Yahya bin Ayyub dan Qutaibah serta Ibnu Hujr semuanya dari Ismail bin Ja’far, Ibnu Ayyub berkata, telah menceritakan kepada kami Ismail telah mengabarkan kepada kami Al Ala’ dari bapaknya dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah saw. telah bersabda: “Maukah kalian aku tunjukkan atas sesuatu yang dengannya Allah menghapus kesalahan-kesalahan dan mengangkat derajat?” Mereka menjawab, “Tentu, wahai Rasulullah.” Beliau bersabda: “Menyempurnakan wudhu pada saat yang tidak disukai (seperti keadaan yang sangat dingin), banyak berjalan ke masjid, dan menunggu shalat berikutnya setelah shalat. Maka itulah ribath.” (HR. Muslim)

Hadis ini terdapat dalam kitab al-Jami’ as-shahih karya imam Muslim pada bab “Fadhlu Isbaghi al-Wudhu’ ‘Ala al-makarih” (Keutamaan menyempurnakan wudhu dalam kondisi yang tidak disukai) nomor 369, dari sumber sahabat Abu hurairah ra. Imam Muslim juga meriwayatkan matan hadis yang sama dari sumber al-‘Ala’ bin Abdirrahman, hanya saja dalam matan hadisnya tidak terdapat katak ‘fadzalukum ar-ribath”.

Jika dilihat dari aspek sanad mapun matan, hadis ini termasuk kategori hadis shahih, karena telah memenuhi kreteria hadis shahih. Terlebih lagi hadis ini juga diriwayatkan oleh imam Muslim yang menggunakan standar periwayatan yang lebih ketat dibandingkan dengan imam ahli hadis lain selain imam al-Bukhari.

Selain imam Musllim, matan hadis ini juga diriwayatkan oleh imam at-Tirmidzi dalam kitab Sunan-nya, bab “Ma Ja’a Fi Isbagh al-Wudhu’ “ nomor 47, sebagai berikut:

حَدَّثَنَا عَلِيُّ بْنُ حُجْرٍ أَخْبَرَنَا إِسْمَعِيلُ بْنُ جَعْفَرٍ عَنْ الْعَلَاءِ بْنِ عَبْدِ الرَّحْمَنِ عَنْ أَبِيهِ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ أَلَا أَدُلُّكُمْ عَلَى مَا يَمْحُو اللَّهُ بِهِ الْخَطَايَا وَيَرْفَعُ بِهِ الدَّرَجَاتِ قَالُوا بَلَى يَا رَسُولَ اللَّهِ قَالَ إِسْبَاغُ الْوُضُوءِ عَلَى الْمَكَارِهِ وَكَثْرَةُ الْخُطَا إِلَى الْمَسَاجِدِ وَانْتِظَارُ الصَّلَاةِ بَعْدَ الصَّلَاةِ فَذَلِكُمْ الرِّبَاطُ و حَدَّثَنَا قُتَيْبَةُ حَدَّثَنَا عَبْدُ الْعَزِيزِ بْنُ مُحَمَّدٍ عَنْ الْعَلَاءِ نَحْوَهُ و قَالَ قُتَيْبَةُ فِي حَدِيثِهِ فَذَلِكُمْ الرِّبَاطُ فَذَلِكُمْ الرِّبَاطُ فَذَلِكُمْ الرِّبَاطُ ثَلَاثًا. (رواه الترمذي)

 “Telah menceritakan kepada kami Ali bin Hujr berkata, telah mengabarkan kepada kami Isma’il bin Ja’far dari al ‘Ala` bin Abdurrahman dari bapaknya dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah saw. bersabda: Maukah aku tunjukkan kepada kalian sesuatu yang dapat menghapus kesalahan dan menaikkan derajat?” para sahabat menjawab, tentu, wahai Rasulullah. Beliau bersabda: Menyempurnakan shalat disaat yang tidak disukai, memperbanyak langkah menuju masjid dan menunggu shalat setelah shalat. Dan itulah ribath. Telah menceritakan kepada kami Qutaibah berkata, telah menceritakan kepada kami Abdul Aziz bin Muhammad dari al‘Ala` sebagaimana hadis tersebut. Qutaibah menyebutkan dalam hadisnya, “Itulah ribath, itulah ribath, itulah ribath.” Tiga kali.” (HR. at-Tirmidzi)

Ketika menjelaskan keadaan hadis ini, imam at-Tirmidzi menegaskan bahwa terkait dengan tema ini terdapat riwayat dari Ali, Abdullah bin ‘Amru, Ibnu Abbas dan Abidah, Ubaidah bin Amru, Aisyah, Abdurrahman bin ‘A`isy Al Hadhrami, dan Anas.  Selanjutnya beliau menyatakan; “Hadis Abu Hurairah dalam bab ini adalah hadits hasan shahih. Sedangkan rawi yang bernama Al ‘Ala` bin Abdurrahman, beliau adalah Ibnu Ya’qub Al Juhani Al Huraqi, ia adalah seorang yang dapat dipercaya menurut ahli hadis.

Selain imam Muslim dan imam at-Tirmidzi, matan hadis serupa juga diriwayatkan oleh imam an-Nasa’i dalam bab “Al-Fadhlu fi Dzalik” nomor 143, imam Ibnu Majah dalam kitab sunan-nya pada bab “Ma Ja’a fi Isbagh al-Wudhu’i” nomor 421 dan bab “Al-Masy-yu Ila as-Shalah” nomor 768, serta imam Ahmad dalam kitab Musnad-nya pada bab “Musnad Abi Hurairah radhiyallahu ‘Anhu” nomor  7404.

Selain matan hadis-matan hadis di atas, terdapat pula matan hadis lain yang menjelaskan bahwa whudu’ yang dilakukan secara sempurna lalu dilanjutkan dengan shalat sunnah maupun wajib dapat menghapuskan dosa seseorang. Hadis tersebut antara lain:

حَدَّثَنَا عَبْدُ بْنُ حُمَيْدٍ وَحَجَّاجُ بْنُ الشَّاعِرِ كِلَاهُمَا عَنْ أَبِي الْوَلِيدِ قَالَ عَبْدٌ حَدَّثَنِي أَبُو الْوَلِيدِ حَدَّثَنَا إِسْحَقُ بْنُ سَعِيدِ بْنِ عَمْرِو بْنِ سَعِيدِ بْنِ الْعَاصِ حَدَّثَنِي أَبِي عَنْ أَبِيهِ قَالَ كُنْتُ عِنْدَ عُثْمَانَ فَدَعَا بِطَهُورٍ فَقَالَ سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ مَا مِنْ امْرِئٍ مُسْلِمٍ تَحْضُرُهُ صَلَاةٌ مَكْتُوبَةٌ فَيُحْسِنُ وُضُوءَهَا وَخُشُوعَهَا وَرُكُوعَهَا إِلَّا كَانَتْ كَفَّارَةً لِمَا قَبْلَهَا مِنْ الذُّنُوبِ مَا لَمْ يُؤْتِ كَبِيرَةً وَذَلِكَ الدَّهْرَ كُلَّهُ. (رواه مسلم)

“Telah menceritakan kepada kami Abd bin Humaid dan Hajjaj bin asy-Syair keduanya meriwayatkan dari Abu al-Walid, Abd berkata, telah menceritakan kepadaku Abu al-Walid telah menceritakan kepada kami Ishaq bin Sa’id bin Amru bin Sa’id bin al-Ash telah menceritakan kepadaku bapakku dari bapaknya dia berkata, “Kami berada di sisi Utsman, lalu dia meminta air wudlu seraya berkata, ‘Aku mendengar Rasulullah saw. bersabda: Tidaklah seorang muslim tiba baginya waktu shalat fardhu, lalu dia membaguskan wudhu’ dan kekhusyu’an dan ruku’ dalam shalatnya, melainkan itu menjadi penebus dosa-dosanya terdahulu, selama dia tidak melakukan dosa besar. Dan itu (berlaku) pada seluruh masa.” (HR. Muslim)

Hadis ini terdapat dalam kitab al-Jami’ as-Shahih karya imam Muslim pada bab “Fadhlu al-Wudhu’ wa as-Shalah ‘Alaihi” nomor 335, dengan derajat yang shahih.

حَدَّثَنَا رَوْحٌ حَدَّثَنَا عُمَرُ بْنُ ذَرٍّ حَدَّثَنَا أَبُو الرَّصَافَةِ رَجُلٌ مِنْ أَهْلِ الشَّامِ مِنْ بَاهِلَةَ أَعْرَابِيٌّ عَنْ أَبِي أُمَامَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَا مِنْ امْرِئٍ مُسْلِمٍ تَحْضُرُهُ صَلَاةٌ مَكْتُوبَةٌ فَيَقُومُ فَيَتَوَضَّأُ فَيُحْسِنُ الْوُضُوءَ وَيُصَلِّي فَيُحْسِنُ الصَّلَاةَ إِلَّا غَفَرَ اللَّهُ لَهُ بِهَا مَا كَانَ بَيْنَهَا وَبَيْنَ الصَّلَاةِ الَّتِي كَانَتْ قَبْلَهَا مِنْ ذُنُوبِهِ ثُمَّ يَحْضُرُ صَلَاةً مَكْتُوبَةً فَيُصَلِّي فَيُحْسِنُ الصَّلَاةَ إِلَّا غُفِرَ لَهُ مَا بَيْنَهَا وَبَيْنَ الصَّلَاةِ الَّتِي كَانَتْ قَبْلَهَا مِنْ ذُنُوبِهِ ثُمَّ يَحْضُرُ صَلَاةً مَكْتُوبَةً فَيُصَلِّي فَيُحْسِنُ الصَّلَاةَ إِلَّا غُفِرَ لَهُ مَا بَيْنَهَا وَبَيْنَ الصَّلَاةِ الَّتِي كَانَتْ قَبْلَهَا مِنْ ذُنُوبِهِ. (رواه أحمد)

Telah bercerita kepada kami Rouh telah bercerita kepada kami ‘Umar bin Dzar telah bercerita kepada kami Abu Ar Rashafah, seseorang dari Syam, dari Bahilah, seorang badui dari Abu Umamah berkata; Rasulullah saw. bersabda; “Tidaklah seorang muslim (yang) tiba (padanya) waktu shalat wajib lalu berdiri dan berwudhu dengan baik, lalu shalat dengan baik melainkan Allah mengampuni dosa-dosanya yang ada diantara shalat itu dengan shalat sebelumnya, kemudian jika tiba waktunya shalat wajib lalu shalat dengan baik melainkan Allah mengampuni dosa-dosanya yang ada diantara shalat itu dengan shalat sebelumnya, melainkan Allah mengampuni dosa-dosanya yang ada diantara shalat itu dengan shalat sebelumnya.” (HR. Ahmad)

Hadis ini terdapat dalam kitab al-Musnad karya imam Ahmad bin hambal pada bab “Hadits Abi Umamah al-Bahili ash-Shuda bin ‘Ajlan bin ‘Amru” nomor 21208. Namun secara validitas hadis ini termasuk hadis dha’if, karena adanya seorang rawi di tingkat generasi tabi’in yang majhul (tidak dikenal identitasnya), namun secara matan hadis tersebut tidak bertentangan dengan substansi dari beberapa hadis shahih lainnya. Sehingga eksistensi hadis ini dapat diposisikan sebagai pendukung hadis shahih yang sudah ada dan tidak berpengaruh pada eksistensi hadis-hadis shahih yang sudah ada.

حَدَّثَنِي زُهَيْرُ بْنُ حَرْبٍ حَدَّثَنَا الْوَلِيدُ بْنُ مُسْلِمٍ قَالَ سَمِعْتُ الْأَوْزَاعِيَّ قَالَ حَدَّثَنِي الْوَلِيدُ بْنُ هِشَامٍ الْمُعَيْطِيُّ حَدَّثَنِي مَعْدَانُ بْنُ أَبِي طَلْحَةَ الْيَعْمَرِيُّ قَالَ لَقِيتُ ثَوْبَانَ مَوْلَى رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقُلْتُ أَخْبِرْنِي بِعَمَلٍ أَعْمَلُهُ يُدْخِلُنِي اللَّهُ بِهِ الْجَنَّةَ أَوْ قَالَ قُلْتُ بِأَحَبِّ الْأَعْمَالِ إِلَى اللَّهِ فَسَكَتَ ثُمَّ سَأَلْتُهُ فَسَكَتَ ثُمَّ سَأَلْتُهُ الثَّالِثَةَ فَقَالَ سَأَلْتُ عَنْ ذَلِكَ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ عَلَيْكَ بِكَثْرَةِ السُّجُودِ لِلَّهِ فَإِنَّكَ لَا تَسْجُدُ لِلَّهِ سَجْدَةً إِلَّا رَفَعَكَ اللَّهُ بِهَا دَرَجَةً وَحَطَّ عَنْكَ بِهَا خَطِيئَةً قَالَ مَعْدَانُ ثُمَّ لَقِيتُ أَبَا الدَّرْدَاءِ فَسَأَلْتُهُ فَقَالَ لِي مِثْلَ مَا قَالَ لِي ثَوْبَانُ. (رواه مسلم)

“Telah menceritakan kepadaku Zuhair bin Harb telah menceritakan kepada kami al-Walid bin Muslim dia berkata, “Saya mendengar al-Auza’i berkata, telah menceritakan kepadaku al-Walid bin Hisyam al-Mu’aithi telah menceritakan kepadaku Ma’dan bin Abi Thalhah al-Ya’mari dia berkata, “Aku bertemu Tsauban, maula Rasulullah saw, lalu aku bertanya, ‘Kabarkanlah kepadaku suatu amalan yang jika kukerjakan niscaya Allah akan memasukkanku ke dalam surga, atau dia berkata, aku berkata, ‘Dengan amalan yang paling disukai Allah-, lalu dia diam, kemudian aku bertanya kepadanya, lalu dia diam kemudian aku bertanya kepadanya yang ketiga kalinya.’ Dia menjawab, ‘Aku telah menanyakan hal tersebut kepada Rasulullah saw, maka dia menjawab, ‘Hendaklah kamu memperbanyak sujud kepada Allah, karena tidaklah kamu bersujud kepada Allah dengan suatu sujud melainkan Allah akan mengangkatmu satu derajat dengannya, dan menghapuskan dosa darimu dengannya’.” Ma’dan berkata, “Kemudian aku bertemu Abu ad-Darda’, lalu aku bertanya kepadanya, lalu dia menjawabku seperti yang dikatakan oleh Tsauban kepadaku.”.” (HR. Muslim)

Hadis ini terdapat dalam kitab al-jami’ as-Shahih karya imam Muslim pada bab “Fadhlu as-Sujudi wa al-Hitstsu ‘Alaihi” (Keutamaan sujud dan anjuran untuk melakukannya), nomor 753. Selain imam Muslim, matan hadis tersebut juga diriwayatkan oleh Ibnu Majah dalam kitab sunan-nya sebagai berikut:

حَدَّثَنَا هِشَامُ بْنُ عَمَّارٍ وَعَبْدُ الرَّحْمَنِ بْنُ إِبْرَاهِيمَ الدِّمَشْقِيَّانِ قَالَا حَدَّثَنَا الْوَلِيدُ بْنُ مُسْلِمٍ حَدَّثَنَا عَبْدُ الرَّحْمَنِ بْنُ ثَابِتِ بْنِ ثَوْبَانَ عَنْ أَبِيهِ عَنْ مَكْحُولٍ عَنْ كَثِيرِ بْنِ مُرَّةَ أَنَّ أَبَا فَاطِمَةَ حَدَّثَهُ قَالَ قُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ أَخْبِرْنِي بِعَمَلٍ أَسْتَقِيمُ عَلَيْهِ وَأَعْمَلُهُ قَالَ عَلَيْكَ بِالسُّجُودِ فَإِنَّكَ لَا تَسْجُدُ لِلَّهِ سَجْدَةً إِلَّا رَفَعَكَ اللَّهُ بِهَا دَرَجَةً وَحَطَّ بِهَا عَنْكَ خَطِيئَةً. (رواه ابن ماجة)

“Telah menceritakan kepada kami Hisyam bin Ammar dan ‘Abdurrahman bin Ibrahim Ad Dimasyqiyani keduanya berkata; telah menceritakan kepada kami Al Walid bin Muslim berkata, telah menceritakan kepada kami ‘Abdurrahman bin Tsabit bin Tsauban dari Bapaknya dari Makhul dari Katsir min Murrah bahwa Abu Fathimah menceritakan kepadanya, ia berkata, “Aku berkata, “Wahai Rasulullah, kabarkanlah kepadaku suatu amalan yang aku bisa istiqamah dan mampu melaksanakannya, beliau bersabda: Sujudlah kepada Allah, sebab tidaklah engkau sujud kepada-Nya sekali saja, kecuali dengannya Allah akan mengangkat satu derajat dan menghapus satu kesalahan darimu.” (HR. Ibnu Majah)

Hadis ini terdapat dalam kitab Sunan ibnu Majah pada bab “Ma Ja-a fi Katsrati as sujud” (Memperbanyak sujud), nomor 1412 dengan derajat hasan. Selain Ibnu Majah, hadis tersebut juga diriwayatkan oleh imam Ahmad dalam kitab Musnad-nya pada bab “Wa min Hadits Tsauban radhiyallahu ‘Anhu” nomor 21343.

Dalam hadis shahih lainnya dijelaskan bahwa memperbanyak sujud (shalat) baik shalat wajib maupun shalat sunah, tidak hanya dapat menghapuskan dosa dan mengangkat derajat seseorang di sisi Allah swt., namun juga akan dibangunkan baginya rumah (istana) di syurga. Hal ini dijelaskan dalam hadis riwayat Muslim sebagai berikut:

حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ نُمَيْرٍ حَدَّثَنَا أَبُو خَالِدٍ يَعْنِي سُلَيْمَانَ بْنَ حَيَّانَ عَنْ دَاوُدَ بْنِ أَبِي هِنْدٍ عَنْ النُّعْمَانِ بْنِ سَالِمٍ عَنْ عَمْرِو بْنِ أَوْسٍ قَالَ حَدَّثَنِي عَنْبَسَةُ بْنُ أَبِي سُفْيَانَ فِي مَرَضِهِ الَّذِي مَاتَ فِيهِ بِحَدِيثٍ يَتَسَارُّ إِلَيْهِ قَالَ سَمِعْتُ أُمَّ حَبِيبَةَ تَقُولُ سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ مَنْ صَلَّى اثْنَتَيْ عَشْرَةَ رَكْعَةً فِي يَوْمٍ وَلَيْلَةٍ بُنِيَ لَهُ بِهِنَّ بَيْتٌ فِي الْجَنَّةِ قَالَتْ أُمُّ حَبِيبَةَ فَمَا تَرَكْتُهُنَّ مُنْذُ سَمِعْتُهُنَّ مِنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَقَالَ عَنْبَسَةُ فَمَا تَرَكْتُهُنَّ مُنْذُ سَمِعْتُهُنَّ مِنْ أُمِّ حَبِيبَةَ وَقَالَ عَمْرُو بْنُ أَوْسٍ مَا تَرَكْتُهُنَّ مُنْذُ سَمِعْتُهُنَّ مِنْ عَنْبَسَةَ وَقَالَ النُّعْمَانُ بْنُ سَالِمٍ مَا تَرَكْتُهُنَّ مُنْذُ سَمِعْتُهُنَّ مِنْ عَمْرِو بْنِ أَوْسٍ حَدَّثَنِي أَبُو غَسَّانَ الْمِسْمَعِيُّ حَدَّثَنَا بِشْرُ بْنُ الْمُفَضَّلِ حَدَّثَنَا دَاوُدُ عَنْ النُّعْمَانِ بْنِ سَالِمٍ بِهَذَا الْإِسْنَادِ مَنْ صَلَّى فِي يَوْمٍ ثِنْتَيْ عَشْرَةَ سَجْدَةً تَطَوُّعًا بُنِيَ لَهُ بَيْتٌ فِي الْجَنَّةِ. (رواه مسلم)

Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Abdullah bin Numair telah menceritakan kepada kami Abu Khalid yaitu Sulaiman bin Hayyan dari Dawud bin Abu Hind dari Nu’man bin Salim dari ‘Amru bin Aus, katanya; telah menceritakan kepadaku Anbasah bin Abu Sufyan ketika sakitnya yang menyebabkan dia meninggal, dengan hadis yang membuatnya gembira. Katanya; aku mendengar Ummu Habibah mengatakan; aku mendengar Rasulullah saw. bersabda: Barangsiapa shalat dua belas rakaat sehari semalam, maka akan dibangunkan baginya sebuah rumah di surga.” Ummu Habibah berkata; Maka aku tidak meninggalkan dua belas rakaat itu semenjak aku mendengarnya dari Rasulullah saw.. Dan Anbasah juga berkata; “Maka aku tidak meninggalkannya semenjak aku mendengarnya dari Ummu Habibah. Dan ‘Amru bin Aus juga berkata; “Aku tidak meninggalkannya semenjak aku mendnegarnya dari Anbasah. Nu’man bin Salim juga berkata; “Aku tidak meninggalkannya semenjak aku mendengarnya dari ‘Amru bin Aus. Telah menceritakan kepadaku Abu Ghassan al Misma’i, telah menceritakan kepada kami Bisyr bin Al Mufaddhal, telah menceritakan kepada kami Dawud dari Nu’man bin Salim dengan sanad seperti ini; “Siapa yang shalat sunnah dua belas raka’at dalam sehari, maka akan dibangunkan baginya rumah di dalam surga.. (HR. Muslim)

Para ulama menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan shalat sunnah dua belas rakaat tersebut adalah; 4 rakaat sebelum dzuhur, 2 rakaat setelah dzuhur, 2 rakaat setelah shalat maghrib, 2 rakaat setelah shalat isya’, dan 2 rakaat sebelum subuh.

حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ يُوسُفَ أَخْبَرَنَا مَالِكٌ عَنْ سُمَيٍّ مَوْلَى أَبِي بَكْرِ بْنِ عَبْدِ الرَّحْمَنِ عَنْ أَبِي صَالِحٍ السَّمَّانِ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ الْعُمْرَةُ إِلَى الْعُمْرَةِ كَفَّارَةٌ لِمَا بَيْنَهُمَا وَالْحَجُّ الْمَبْرُورُ لَيْسَ لَهُ جَزَاءٌ إِلَّا الْجَنَّةُ. (رواه البخاري ومسلم)

Telah menceritakan kepada kami ‘Abdullah bin Yusuf telah mengabarkan kepada kami Malik dari Sumayya, maulana Abu Bakar bin ‘Abdurrahman dari Abu Shalih As-Samman dari Abu Hurairah ra.bahwa Nabi saw. bersabda: Umrah demi umrah berikutnya menjadi penghapus dosa antara keduanya dan haji mabrur tidak ada balasannya kecuali surga”. (HR. al-Bukhari dan Muslim)

Hadis tersebut terdapat dalam kitab al-jami’ as-Shahih karya imam al-Bukhari pada bab “Wujub al-‘Umrah wa Fadhluha”, nomor 1650 dan al-Jami’ as-Shahih karya imam Muslim pada bab “Fi Fadhli al-Hajji wa al-‘Umrati wa Yaumi ‘Arafah”, nomor 2403, dengan derajat yang sangat shahih.

Selain imam Muslim, matan hadis tersebut juga diriwayatkan oleh beberapa imam ahli hadis lainnya, antara lain; imam at-Tirmidzi dalam kitab sunan-nya pada bab “Ma Dzukira fi Fadhli al-‘Umrati” nomor 855, imam Nasa’i dalam kitab sunan-nya pada bab “Fadhlu al-Hajji wa al-‘Umrati” nomor 2582, imam Ibnu Majah dalam kitab sunan-nya pada bab “Fadhlu al-hajji wa al-‘Umrati” nomor 2879, dan imam Ahmad dalam kitab musnad-nya pada bab “Musnad Abi Hurairah radhiyallahu ‘Anhu” nomor 6832.

حَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ أَيُّوبَ وَقُتَيْبَةُ بْنُ سَعِيدٍ وَعَلِيُّ بْنُ حُجْرٍ كُلُّهُمْ عَنْ إِسْمَعِيلَ قَالَ ابْنُ أَيُّوبَ حَدَّثَنَا إِسْمَعِيلُ بْنُ جَعْفَرٍ أَخْبَرَنِي الْعَلَاءُ بْنُ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ يَعْقُوبَ مَوْلَى الْحُرَقَةِ عَنْ أَبِيهِ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ الصَّلَاةُ الْخَمْسُ وَالْجُمْعَةُ إِلَى الْجُمْعَةِ كَفَّارَةٌ لِمَا بَيْنَهُنَّ مَا لَمْ تُغْشَ الْكَبَائِرُ. (رواه مسلم)

“Telah menceritakan kepada kami Yahya bin Ayyub dan Qutaibah bin Sa’id serta Ali bin Hujr semuanya dari Ismail, Ibnu Ayyub berkata, telah menceritakan kepada kami Ismail bin Ja’far telah mengabarkanku al-Ala’ bin Abdurrahman bin Ya’qub mantan budak al-Huraqah, dari bapaknya dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah saw. bersabda: “Shalat lima waktu dan shalat Jum’at ke Jum’at berikutnya adalah penghapus dosa antara keduanya selama tidak melakukan dosa besar.” (HR. Muslim)

Hadis ini terdapat dalam kitab al-Jami’ as-Shahih karya imam Muslim pada bab “As-Shalawat al-Khamsu wa al-Jumu’atu ila al-Jumu’ati wa Ramadhanu ila ar-Ramadhani” nomor 342 dan 343. Sedangkan imam at-Tirmidzi meriwayatkan dalam kitab sunan-nya pada bab “Ma Ja’a fi Fadhli as-Shalawat al-Khamsi” nomor 198.   Namun dalam riwayat tersebut tidak disebutkan kata ramadhan. Riwayat imam Muslim yang secara spesifik menyebutkan kata ramadhan sebagai salah satu ibadah yang dapat menghapuskan dosa, terdapat dalam bab yang sama hadis nomor 344 sebagai berikut:

حَدَّثَنِي أَبُو الطَّاهِرِ وَهَارُونُ بْنُ سَعِيدٍ الْأَيْلِيُّ قَالَا أَخْبَرَنَا ابْنُ وَهْبٍ عَنْ أَبِي صَخْرٍ أَنَّ عُمَرَ بْنَ إِسْحَقَ مَوْلَى زَائِدَةَ حَدَّثَهُ عَنْ أَبِيهِ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ يَقُولُ الصَّلَوَاتُ الْخَمْسُ وَالْجُمْعَةُ إِلَى الْجُمْعَةِ وَرَمَضَانُ إِلَى رَمَضَانَ مُكَفِّرَاتٌ مَا بَيْنَهُنَّ إِذَا اجْتَنَبَ الْكَبَائِرَ. (رواه مسلم)

“Telah menceritakan kepada kami Abu ath-Thahir dan Harun bin Sa’id al-Aili keduanya berkata, telah mengabarkan kepada kami Ibnu Wahab dari Abu Shakhr bahwa Umar bin Ishaq mantan budak Zaidah, telah menceritakan kepadanya, dari bapaknya dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah saw. bersabda: “Shalat lima waktu dan shalat Jum’at ke Jum’at berikutnya, dan Ramadhan ke Ramadhan berikutnya adalah penghapus dosa antara keduanya apabila dia menjauhi dosa besar.” (HR. Muslim)

Demikianlah beberapa bentuk amalan yang dapat menghapuskan dosa dan mengangkat derajat seseorang sebagaimana yang dijelaskan oleh Rasulullah saw. dalam beberapa hadisnya. Hadis-hadis yang menjelaskan tentang amalan-amalan tersebut secara umum dapat dipertanggungjawabkan baik secara otentitas maupun validitasnya. Sekalipun di antara beberapa hadis terdapat hadis dha’if (lemah), namun hadis dha’if yang ditampilkan di sini hanya sekedar tambahan atau pendukung terhadap hadis maqbul (shahih dan hasan) yang sudah ada. Sehingga keberadaan hadis dha’if di sini sama sekali tidak mempengaruhi legitimasi dan validitas hadis-hadis maqbul yang sudah ada.

Di sisi lain perlu ditegaskan bahwa, selain secara khusus terdapat beberapa amalan yang dapat menghapuskan dosa dan mengangkat derajat seseorang, namun secara umum seluruh ibadah yang disyari’atkan dalam Islam, baik yang bersifat wajib maupun sunnah dapat menghapuskan dosa dan mengangkat derajat seorang muslim, bahkan sampai ke derajat yang paling tinggi yaitu takwa. Isyarat ini dapat ditemukan dalam banyak hadis Nabi saw. termasuk juga ayat al-Qur’an surat Hud ayat 114, yang menjelaskan bahwa sesungguhnya kebaikan (amal shaleh) dapat menghilangkan kejelekan (dosa). Wallahu A’lam bis shawab.

Ruslan Fariadi, SAg, MSi, Dosen Pendidikan Ulama Tarjih Muhammadiyah

Artikel ini pernah dimuat di Majalah SM Edisi 19 Tahun 2016

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement