Rabu 22 Jan 2020 15:39 WIB

Massa Anak Tanjung Priok Beri Yasonna Waktu 2X24 Jam

Yasonna dinilai diskriminatif dengan bandingkan anak Tanjung Priok dan Menteng.

Red: Teguh Firmansyah
Warga Tanjung Priok melakukan aksi di depan gedung Kemenkumham, Jakarta, Rabu (22/1/2020).
Foto: WAHYU PUTRO A/ANTARA FOTO
Warga Tanjung Priok melakukan aksi di depan gedung Kemenkumham, Jakarta, Rabu (22/1/2020).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Massa "Aksi #221 Priok Bersatu" di depan Kantor Kementerian Hukum dan HAM di Jalan Rasunan Said, Rabu, mendesak Menteri Hukum dan HAM Yasonna Laoly meminta maaf kepada warga Tanjung Priok dalam waktu 2x24 jam.

Permintaan itu disampaikan setelah perwakilan warga diterima oleh Humas Kementerian Hukum HAM di sela-sela aksinya.

Baca Juga

Perwakilan warga merasa kecewa karena Menteri Yasonna Laoly tidak ada di tempat dan yang menerima hanya Humas.  Tidak terjadi dialog seperti yang mereka diharapkan.

Massa dalam aksinya mengatakan akan menurunkan massa aksi lebih banyak jika menteri tidak menyampaikan permintaan maaf secara langsung kepada warga Priok melalui media massa.

Selain itu, dalam orasinya massa juga menyampaikan akan menutup Pelabuhan Internasional Tanjung Priok bila Menteri Yasonna tidak memenuhi permintaan massa untuk meminta maaf.

"Kami warga Tanjung Priok tetap akan mendesak bapak menteri meminta maaf 2x24 jam, kalau misalnya tidak minta maaf ya kami akan eskalasikan lagi aksi kami yang lebih besar lagi," kata Kenal Abu Bakar selalu koordinator aksi warga Tanjung Priok.

Sekitar 100 orang mengatasnamakan warga Tanjung Priok melakukan aksi damai menuntut Menteri Yasonna Laoly minta maaf karena telah memberikan pernyataan yang menyinggung perasaan masyarakat Tanjung Priok.

Massa juga menilai Menteri Yasonna bersikap rasial karena membandingkan antara warga Menteng yang kalangan elite dengan warga Tanjung Priok yang diidentikkan dengan kemiskinan dan banyak kriminal.

Menteri Hukum dan HAM Yasonna Laolypada acara "Resolusi Pemasyarakatan 2020" Direktorat Pemasyarakatan (Dirjen PAS) di Lapas Kelas II A Jatinegara, Jakarta Timur, Kamis (16/1) menyampaikan kemiskinan adalah sumber tindakan kriminal.

Yasonna mencontohkan bahwa anak yang lahir dari kawasan Tanjung Priok yang terkenal keras dan Menteng yang terkenal sebagai kawasan elite, akan tumbuh besar dengan cara berbeda.

"Yang membuat itu menjadi besar adalah penyakit sosial yang ada. Itu sebabnya kejahatan lebih banyak terjadi di daerah-daerah miskin," katanya.

"Slum areas (daerah kumuh), bukan di Menteng. Anak-anak Menteng tidak. Tapi, coba pergi ke Tanjung Priok, di situ ada kriminal, lahir dari kemiskinan," kata Yasonna.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement