Kamis 30 Jan 2020 22:17 WIB

Pembangunan Stasiun MRT Monas Pentingkan Lingkungan

Pembangunan stasiun MRT Monas sebabkan sejumlah pohon harus ditebang.

Red: Indira Rezkisari
Pekerja memasang dinding pembatas pembangunan proyek Moda Raya Terpadu (MRT) Fase II di kawasan Monumen Nasional (Monas), Jakarta, Kamis (27/6/2019).
Foto: Antara/Nova Wahyudi
Pekerja memasang dinding pembatas pembangunan proyek Moda Raya Terpadu (MRT) Fase II di kawasan Monumen Nasional (Monas), Jakarta, Kamis (27/6/2019).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pembangunan Stasiun MRT Monumen Nasional (Monas) akan tetap mementingkan kontrol lingkungan di samping kontroversi revitalisasi Monas yang dihentikan pemerintah pusat. Direktur Konstruksi MRT Jakarta Silvia Halim tidak menampik proyek MRT Fase 2 yang telah berjalan berdampak pada kondisi yang telah ada, tak terkecuali mengorbankan pepohonan.

"Terpenting enviromental control (kontrol lingkungan) kita seperti apa. Makanya ada Amdal (analisis mengenai dampak lingkungan) sehingga kondisi lingkungan tidak rusak, maka nanti beroperasi tempat tersebut dipastikan subur kembali," ujar Silvia di Jakarta, Kamis (30/1).

Baca Juga

Silvia mengatakan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta telah menetapkan aturan. Jika satu pohon tertebang di Monas, maka akan diganti sebanyak sepuluh kali lipat.

Hal itu juga dilakukan pada saat MRT Jakarta mengerjakan Fase II pembangunan paket kontrak Bundaran HI - Harmoni. Silvia menjamin pihaknya akan memastikan kontraktor yang ditunjuk untuk menginventarisir pohon-pohon di Monas yang akan ditebang dan dipindahkan.

"Environmental control kita itu yang penting supaya kondisi alam sekitar tetap terjaga dengan baik," kata dia.

Stasiun MRT Monas direncanakan akan memiliki lebih dari satu pintu keberangkatan. Yaitu di dekat Kementerian Perhubungan serta Patung Kuda, dan terkoneksi dengan Stasiun MRT Bundaran HI.

Stasiun tersebut akan menjadi salah satu dari tujuh stasiun bawah tanah pada Fase II Bundaran HI - Kota. Kini, proyek Bundaran HI - Harmoni dikerjakan oleh joint venture Shimizu - Adhi Karya JV dengan total kontrak Rp 4,04 triliun.

Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
مِنَ الَّذِيْنَ هَادُوْا يُحَرِّفُوْنَ الْكَلِمَ عَنْ مَّوَاضِعِهٖ وَيَقُوْلُوْنَ سَمِعْنَا وَعَصَيْنَا وَاسْمَعْ غَيْرَ مُسْمَعٍ وَّرَاعِنَا لَيًّاۢ بِاَلْسِنَتِهِمْ وَطَعْنًا فِى الدِّيْنِۗ وَلَوْ اَنَّهُمْ قَالُوْا سَمِعْنَا وَاَطَعْنَا وَاسْمَعْ وَانْظُرْنَا لَكَانَ خَيْرًا لَّهُمْ وَاَقْوَمَۙ وَلٰكِنْ لَّعَنَهُمُ اللّٰهُ بِكُفْرِهِمْ فَلَا يُؤْمِنُوْنَ اِلَّا قَلِيْلًا
(Yaitu) di antara orang Yahudi, yang mengubah perkataan dari tempat-tempatnya. Dan mereka berkata, “Kami mendengar, tetapi kami tidak mau menurutinya.” Dan (mereka mengatakan pula), “Dengarlah,” sedang (engkau Muhammad sebenarnya) tidak mendengar apa pun. Dan (mereka mengatakan), “Raa‘ina” dengan memutar-balikkan lidahnya dan mencela agama. Sekiranya mereka mengatakan, “Kami mendengar dan patuh, dan dengarlah, dan perhatikanlah kami,” tentulah itu lebih baik bagi mereka dan lebih tepat, tetapi Allah melaknat mereka, karena kekafiran mereka. Mereka tidak beriman kecuali sedikit sekali.

(QS. An-Nisa' ayat 46)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement