Selasa 04 Feb 2020 14:42 WIB

Kementan: Panen Raya Pertama 2020 Diproyeksi 7 Juta Ton

Panen raya diprediksi berlangsung Maret hingga April 2020.

Rep: Dedy Darmawan Nasution/ Red: Friska Yolanda
PANEN RAYA. Pekerja memanen padi menggunakan mesin potong padi modern di persawahan Desa Galur, Kulonprogo, Yogyakarta, Kamis (23/1). Kementerian Pertanian (Kementan) menyebut total volume panen beras pada musim panen raya padi pertama bulan Maret-April 2020 akan mencapai 7 juta ton.
Foto: Republika/ Wihdan
PANEN RAYA. Pekerja memanen padi menggunakan mesin potong padi modern di persawahan Desa Galur, Kulonprogo, Yogyakarta, Kamis (23/1). Kementerian Pertanian (Kementan) menyebut total volume panen beras pada musim panen raya padi pertama bulan Maret-April 2020 akan mencapai 7 juta ton.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kementerian Pertanian (Kementan) menyebut total volume panen beras pada musim panen raya padi pertama bulan Maret-April 2020 akan mencapai 7 juta ton. Menteri Pertanian, Syahrul Yasin Limpo menyebut akan diperoleh surplus yang siap dialokasikan untuk ekspor beras.

"Insya Allah panen raya bulan Maret-April di atas 5 juta ton-7 juta ton sedangkan kebutuhan per bulan beras nasional kita sekitar 2,4 juta ton," kata Syahrul di Gedung Kementerian Pertanian, Selasa (4/2).

Baca Juga

Adapun data proyeksi panen padi yang digunakan saat ini menggunakan metode Kerangka Sampel Area (KSA) oleh Badan Pusat Statistik dan berdasarkan luas baku lahan sawah 7,46 juta hektare. Jika proyeksi produksi itu tercapai dengan jumlah kebutuhan yang stabil, maka setidaknya bisa diperoleh surplus beras maksimal 2,2 juta ton.

"Saya berharap panen ini tercapai dan saya akan lapor presiden untuk kita bisa mempersiapkan ekspor beras," kata Syahrul.

Sementara itu, untuk kebutuhan beras pada bulan Februari 2020 dipastikan tetap tercukupi. Sebab, berdasarkan prognosis Badan Ketahanan Pangan (BKP) Kementan, masih terdapat pasokan beras dari dalam negeri sekitar 3 juta ton atau di atas kebutuhan nasional.

Kepala Badan Pusat Statisik, Suhariyanto, berharap kondisi iklim dalam 11 bulan ke depan mendukung kegiatan pertanaman beras. Sebab, tahun 2019 lalu diakui cuaca cukup ekstrem sehingga menekan realisasi produksi beras.

Dari hasil hitungan BPS, total produksi gabah kering giling (GKG) petani sepanjang 2019 sebesar 54,6 juta ton atau turun 7,76 persen dari posisi 2018 sebanyak 59,2 juta ton. Turunnya volume panen GKG lantas berdampak pada penurunan jumlah beras yang di produksi. Total produksi beras tahun 2019 hanya 31,3 juta ton, turun 7,75 persen dari produksi 2018 sebanyak 33,94 juta ton.

Adapun total luas panen padi tahun 2019 emncapai 10,68 juta hektare, menyusut 6,15 persen dibanding 2018 yang sempat mencapai 11,38 juta hektare. "Tahun 2019 memang situasi cuaca kurang menguntungkan karena ada cuaca ekstrem. Ketika luas panen turun maka produksi juga turun," kata Suhariyanto.

Suhariyanto meminta kepada Kementerian Pertanian untuk memperhatikan setiap pergerakan produksi beras antar provinsi dan kabupaten kota. Perbaruan luas lahan baku sawah, harus terus diperbarui secara berkala untuk menjaga validitas data.

"Jumlah stok juga perlu diamati dari waktu ke waktu. Perlu diamati per bulan per bukan, bukan satu tahun," kata Suhariyanto.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement