Senin 17 Feb 2020 13:22 WIB

Menkes: Percuma Bikin Peraturan tak Kendalikan Harga Masker

Menkes menyebut harga masker tinggi karena kebutuhan pasar juga tinggi.

Rep: Dessy Suciati Saputri/ Red: Nur Aini
Menteri Kesehatan Terawan Agus Putranto
Foto: Antara/Hafidz Mubarak A
Menteri Kesehatan Terawan Agus Putranto

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Kesehatan Terawan Agus Putranto menyebut pemerintah tak bisa mengendalikan tingginya harga masker saat wabah virus corona menyebar ke berbagai negara. Menurutnya, tingginya harga masker saat ini disebabkan oleh kebutuhan pasar yang juga semakin tinggi. 

"Ya seperti tadi pasar akan bermain. Kita cegah pakai apapun, pakai peraturan apapun tetap tidak bisa karena pasar akan bermain," ujar Terawan di Gedung Bina Graha, Kompleks Istana Presiden, Jakarta, Senin (17/2).

Baca Juga

Karena itu, kata dia, WHO menyarankan agar masker hanya digunakan oleh orang-orang sakit dan orang-orang yang bekerja di tempat dengan memiliki risiko tinggi seperti di rumah sakit dengan penyakit infeksi.

"Karena itu saya menekankan dari WHO mengatakan yang pakai (masker) itu yang sakit, yang kedua yang bekerja di tempat risiko tinggi RS dengan penyakit infeksi, di ICU pun kalau bukan penyakit menular nggak pakai mereka," ujarnya.

Sedangkan bagi masyarakat yang bekerja atau berkegiatan di tempat yang tak berisiko, ia menyebut tak perlu menggunakan masker. Ia pun berharap masyarakat dapat tenang sehingga dapat menekan harga masker yang semakin tinggi saat ini. 

"Jadi akan muncul efisiensi, kalau efisiensi harganya akan rasional sendiri. Kalau tidak efisien maka muncul irasionalitas. Percuma kita bikin peraturan apapun," kata Terawan.

Terawan juga mengaku telah mengecek ke pabrik pembuatan masker. Menurutnya, pabrik pembuatan masker memang tak bisa menyediakan masker yang siap dijual. Kendati demikian, ia memastikan pesanan masker oleh pusat kesehatan menjadi prioritas utama bagi pabrik-pabrik pembuatan masker. 

"Mereka semua prioritas, ke sarana-sarana kesehatan. Sudah saya cek, RS juga punya persediaan-persediaan," kata dia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement