Selasa 25 Feb 2020 05:00 WIB

Kisah Klasik The Call of the Wild Hadir di Layar Lebar

The Call of the Wild mengadaptasi kisah dalam novel legendaris karya Jack London.

Rep: Shelbi Asrianti/ Red: Nur Aini
Poster film The Call of the Wild
Foto: Wikipedia
Poster film The Call of the Wild

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Rumah produksi Twentieth Century Studios menghadirkan film keluarga terbaru The Call of the Wild pada Februari 2020. Sinema yang sedang tayang di bioskop Indonesia itu mengadaptasi kisah dalam novel legendaris rilisan 1903 karya Jack London.

Buku yang telah diterjemahkan ke dalam lebih dari 47 bahasa itu menceritakan petualangan seekor anjing peliharaan bernama Buck. Satwa domestik tersebut semula tinggal bersama keluarga majikannya di sebuah rumah mewah di Kalifornia, Amerika Serikat.

Baca Juga

Kehidupan Buck berubah saat dia diculik dan dibawa ke Yukon, Kanada. Buck yang terbiasa hidup di rumah bersama pemiliknya, kini harus beradaptasi di alam liar dan memulai petualangan baru yang mengungkap jati dirinya sebagai satwa.

Perjalanan itu mempertemukan Buck dengan sahabat-sahabat baru, termasuk John Thornton (Harrison Ford). Petualangan Buck dan Thornton menjadi inti cerita dalam film. Keduanya saling melengkapi dalam sebuah perjalanan emosional.

Selain Ford, The Call of the Wild dibintangi Dan Stevens, Karen Gillan, Omar Sy, Bradley Whitford, Colin Woodell, Cara Gee, dan Scott MacDonald. Film disutradarai Chris Sanders yang dikenal mengarahkan Lilo & Stitch dan How to Train Your Dragon.

"Walaupun kisah klasik, namun cerita ini bukan dongeng. Film menyajikan kisah tentang tekad dan kegigihan. Sebuah kisah tentang mengungkap kekuatan di dalam diri yang bahkan tidak disadari sebelumnya," kata Sanders lewat pernyataan resminya.

Buck yang sedang beradaptasi dengan dunia baru, bertemu dengan John Thornton yang sedang mencoba mencari ketenangan diri. Menurut sang produser, Erwin Stoff, perpaduan unik dalam kisah tersebut membuatnya menjadi elemen universal dan relevan hingga kini

"Kisah ini bercerita tentang kehilangan, rumah, dan mungkin yang terpenting, bagaimana kita menemukan diri kita dalam versi yang lebih baik," ujar Stoff.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement