Rabu 26 Feb 2020 22:44 WIB

Museum Rasulullah Juga Bermanfaat untuk Non Muslim

Museum Rasulullah rencananya akan dibangun di Ancol, Jakarta.

Rep: Muhyiddin/ Red: Indira Rezkisari
Warga melihat artefak berupa jejak telapak kaki di area Pameran Artefak Rasulullah SAW dan para Sahabat Nabi di Museum Situs Kepurbakalaan Banten, di Serang, Senin (17/2/2020). Museum Rasulullah juga akan dibandung di Ancol, Jakarta.
Foto: Antara/Asep Fathulrahman
Warga melihat artefak berupa jejak telapak kaki di area Pameran Artefak Rasulullah SAW dan para Sahabat Nabi di Museum Situs Kepurbakalaan Banten, di Serang, Senin (17/2/2020). Museum Rasulullah juga akan dibandung di Ancol, Jakarta.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Agama Fachrul Razi mengatakan, pembangunan Museum Rasulullah nantinya tidak hanya bermanfaat untuk umat Islam saja, tapi juga bermanfaat untuk kalangan non-muslim. Hal ini disampaikan Fachrul dalam acara peletakan batu pertama Museum Internasional Sejarah Nabi Muhammad Saw dan Peradaban Islam di Pantai Ancol Timur, Jakarta Utara, Rabu (26/2).

"Museum ini memberikan manfaat yang sangat banyak, baik kalau menurut saya bukan saja bagi kaum muslim tapi juga bagi non-muslim," ujar Fachrul dalam sambutannya.

Baca Juga

Karena, menurut dia, melalui museum Rasulullah itu non-muslim nantinya juga akan mengetahui sejarah peradaban Islam yang sebenarnya bahwa Islam tidak disebarkan dengan cara kekerasan, khususnya pada masa Nabi Muhammad Saw.

"Non-muslim akan bisa melihat sejarah peradaban Islam. Kalau mula-mula ada pemikiran bahwa Islam itu disebarkan dengan cara kekerasan, bisa dilihat dalam peradaban ini bahwa Islam disebarluaskan dengan penuh kasih sayang sebagaimana yang kita lihat sekarang ini," kata Fachrul.

Atas nama pemerintah, dia pun mengapresiasi Ketua Umum Dewan Masjid Indonesia (DMI), Jusuf Kalla yang menginisiasi pembangunan museum Rasulullah terbesar di dunia itu. Karena, menurut dia, di museum Rasulullah nantinya masyarakat juga dapat melihat kepemimpinan Rasulullah di Kota Madinah.  

"Bukan saja pada saat perang Badar misalnya, tapi juga yang sangat menonjol pada saat beliau memimpin di Madinah. Pada saat beliau memimpin rakyat dengan berabacam suku, bangsa, dan agama. Bagaimana beliau mampu memimpin di sana dengan sangat baik," ucapnya.

Karena itu, tambah Fachrul, kepemimpinan Rasulullah di Kota Madinah juga harus diteladani oleh para pemimpin di Indonesia saat ini. Apalagi, bangsa ini juga dihuni oleh penduduk yang beranekaragam.

"Dan itu saya kira sangat pantas dicontoh oleh pemimpin-pemimpin Indonesia dalam memimpin bangsa yang beraneka ragam ini dengan bermacam-macam suku, agama, dan bahasa," jelas Fachrul.

"Saya kira dengan museum ini, saya kira kita akan  bisa belajar lebih banyak," imbuhnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement