Jumat 28 Feb 2020 12:04 WIB

Maybank Grup Bukukan Laba Bersih Rp 27,798 Triliun

Perolehan laba bersih tersebut naik tipis dari laba bersih tahun 2018

Rep: Novita Intan/ Red: Nidia Zuraya
Maybank Malaysia
Maybank Malaysia

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Maybank mencatatkan laba bersih sebesar 8,2 miliar ringgit atau sekitar Rp 27,798 triliun (kurs Rp 3.390 per ringgit Malaysia) pada akhir 2019. Angka ini naik tipis dari 8,11 miliar ringgit pada 2018 karena ditopang oleh pendapatan bersih yang naik 5,3 persen menjadi RM 2,45 miliar dari tahun lalu.

Laba sebelum pajak (PBT) sebesar 11 miliar ringgit yang berakhir 31 Desember 2019 atau naik dari 10,9 miliar ringgit pada tahun lalu. Pencapaian tersebut didukung kinerja yang kuat pada Community Financial Services, Islamic banking dan segmen asuransi & takaful, serta khususnya kinerja kuartal-empat yang kuat.

Baca Juga

Maybank Chairman Datuk Mohaiyani Shamsudin mengatakan Group mencatat PBT sebesar 3,26 miliar ringgit atau naik 5,4 persen dari tahun lalu. Hal ini didukung peningkatan pendapatan operasional bersih sebesar 4,6 persen menjadi 24,7 miliar ringgit.

“Kami berharap tahun yang lebih baik, ketidakpastian masih ada, yang diperkirakan akan berdampak pada prospek ekonomi global dalam waktu dekat. Meskipun demikian, kami akan mengandalkan kemampuan kami untuk berinovasi, mengimplementasikan service excellence dan tetap konsisten pada misi kami humanising financial services untuk melanjutkan posisi kami pada tahun mendatang,” ujarnya dalam keterangan tulis di Jakarta, Jumat (28/2).

Direksi mengusulkan deviden single-tier final sebesar 39 sen per saham, bersama dengan deviden interim sebesar 25 sen per saham, menjadikan seluruh deviden tunai full-year sebesar 64 sen per saham. Ini berarti pembayaran deviden full year mencapai 87,8 persen sebesar 7,19 miliar ringgit.

Pendapatan operasional bersih sebesar 24,74 miliar ringgit pada akhir 2019 didkukung kenaikan net fee based income sebesar 10,7 persen dan peningkatan fund based income sebesar 2,2 persen. Perbaikan ini berasal dari peningkatan kontribusi seluruh sektor bisnis dengan contributor terbesar dari Insurance & Takaful.

Tak hanya itu, pertumbuhan kredit & simpanan group terus mengelola neraca keuangan sesuai dengan postur risiko, memastikan baik pertumbuhan kredit maupun simpanan seimbang untuk mempertahankan Marjin Bunga Bersih (Net Interest Margin-NIM) dan mengurangi surplus likuiditas, kredit bruto group naik 1,2 persen pada akhir 2019 didukung oleh pertumbuhan yang sehat operasional Malaysia, yang lebih tinggi dari pertumbuhan industri dengan ekspansi kredit sebesar 4,9 persen.

Simpanan Group juga tercatat naik 1,6 persen selaras dengan ekspansi kredit, dipimpin Singapura sebesar 4,6 persen dan Malaysia 2,2 persen. Net Interest Margin turun tipis sebesar enam basis points menjadi 2,27 persen dibanding 2,33 persen pada akhir 2018.

Maybank juga terus menjaga posisi likuditas yang sehat dengan Rasio Liquidity Coverage sebesar 141 persen dan Loan-to-Deposit Rasio sebesar 92,4 persen. Rasio kecukupan modal sebesar 18,23 persen sedangkan rasio CET1 fully loaded berada pada 14,58 persen, keduanya di atas syarat regulator sebesar masing-masing 10,5 persen dan tujuh persen.

Maybank juga mencatat net credit charge off rate sebesar 44 basis points pada akhir 2019 masih dalam acuan 40-45 basis points didukung oleh recoveries yang bagus selama 2019. Rasio Gross Impaired Loan (GIL) sebesar 2,65 persen pada Desember 2019 dari 2,4 persen pada Desember 2018.

Sehubungan Group menempuh langkah proaktif untuk melakukan pencadangan bagi beberapa rekening nasabah yang terdampak iklim ekonomi yang menantang selama tahun tersebut dan et impairment losses pada akhir 2019 turun sebesar 68 persen dibanding kuartal sebelumnya.

PT Bank Maybank Indonesia juga mencatat peningkatan pendapatan operasional bruto 3,7 persen menjadi Rp10,8 triliun pada berakhir 31 Desember 2019 dibandingkan dengan Rp 10,4 triliun tahun lalu. Kenaikan terutama didukung oleh peningkatan pendapatan non bunga (fee based income) dalam periode tersebut.

Pendapatan operasional sebelum provisi naik 0,3 persen menjadi Rp 4,4 triliun, sementara laba setelah pajak dan kepentingan non pengendali (PATAMI) sebesar Rp 1,8 triliun dibandingkan dengan Rp 2,2 triliun tahun lalu karena adanya peningkatan pencadangan kerugian kredit sehubungan langkah konservatif yang dilakukan bank dalam melakukan pencadangan kredit untuk portofolio pada segmen komersial yang terdampak oleh kondisi ekonomi yang menantang.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement