Ahad 01 Mar 2020 20:09 WIB

Mewujudkan Impian Masa Kecil Lewat Mookie

Mookie tak sekadar berjualan kue kering, tetapi juga menjual cerita.

Rep: Adinda Pryanka/ Red: Friska Yolanda
Kue kering Mookie
Foto: Mookie
Kue kering Mookie

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Bagi kebanyakan orang, kue kering hanya dilihat sebagai camilan pengganjal perut. Tapi, tidak bagi Rahma Putri, yang akrab disapa Uti. Menurut perempuan berusia 27 tahun tersebut, cookies merupakan bagian dari memori masa kecil yang sulit terlepas dari kehidupannya sampai sekarang.

Sejak dulu, Uti gemar membuat cookies bersama ibunya di rumah. Meski sekadar membantu menuangkan bahan-bahan kue ke wadah, pengalaman itu cukup membekas bagi Uti.

Cookies juga menjadi comfort food bagi Uti, terutama kue dengan tekstur chewy dan soft baked. Di saat sedang pusing dengan pendidikan, cookies juga kerap digunakan Uti sebagai 'pelarian’. "Aku sampat kuliah di luar negeri, ngemilnya itu terus," ujarnya ketika ditemui Republika.co.id di daerah Jakarta Selatan, Selasa (4/2).

Tapi, saat itu, Uti masih sulit menemukan cookies dengan tekstur yang digemarinya di Indonesia. Kue kering di sini kebanyakan memiliki tekstur crunchy. Kalaupun ada, hanya satu merek dengan rasa yang terbatas.

Berangkat dari kondisi itu, Uti mencoba menawarkan racikan resep cookies favoritnya ke pasaran pada 2016. Mengangkat brand Mookie, ia ingin memberikan varian kue kering baru kepada masyarakat sekaligus berbagi memori masa kecilnya ke banyak orang.

Awal-awal menjalankan Mookie, Uti hanya menganggapnya sebagai hobi. Sebab, saat itu, ia masih bekerja penuh untuk desainer fesyen. Karena itu, Mookie baru dikenalkan melalui platform online dengan total tiga pegawai.

Tidak sulit bagi Uti untuk mengembangkan bisnis Mookie. Maklum, sejak masih sekolah, ia sudah terbiasa berdagang untuk menghasilkan lebih banyak uang jajan dan tabungan. "Dari kecil sampai SMP dan kuliah, sudah jadi habit untuk jualan. Makanya, pas gede, jiwanya jualan banget," katanya sembari tertawa.

Seiring berjalannya waktu, Mookie semakin dikenal masyarakat. Sampai pada 2018, Uti mendapatkan rekan bisnis baru untuk mengembangkan Mookie. Partner itu tidak lain adalah sang suami yang memutuskan resign dari pekerjaan tetap untuk bersama-sama mengekspansikan Mookie.

Setelah dua tahun lebih hanya terbatas di platform online, Mookie pun beranjak ke penjualan offline. Pada awal 2019, Mookie sudah masuk ke mal di bilangan Gandaria, Jakarta Selatan. Sampai saat ini, Mookie sudah ditemukan di tiga outlet offline yang tersebar di Jakarta Barat hingga Tangerang Selatan.

Selain itu, Uti menuturkan, Mookie memperluas jaringannya ke marketplace hingga ke fitur layanan delivery transportasi online. Mookie juga mulai masuk ke business-to-business (b2b) channels. "Kita kerja sama dengan restoran, coffee shop," tutur perempuan lulusan Lasalla College itu.

Untuk tahun ini, Mookie kembali berencana melakukan ekspansi besar. Uti menargetkan, outlet Mookie dapat bertambah tiga hingga empat buah dengan konsep utama pop up store. Fokus utama ekspansi adalah di Jakarta Selatan, daerah dengan pangsa pasar terbesar untuk Mookie.

Dua kolaborasi besar untuk momentum Lebaran dan Natal pun masuk dalam daftar perencanaan bisnis Mookie. “Kita sudah siapkan dari sekarang,” ujar Uti.

Berbicara pasar, Uti menjelaskan, konsumen Mookie cenderung beragam. Dari usia 16 tahun hingga 45 tahun dapat menikmati varian kue kering yang disajikan Mookie. Bahkan, racikan Mookie dapat dinikmati sebagai makanan pendamping ASI (MPASI) dan camilan para balita.

Dalam tiap meracik resep, Uti menyebutkan, Mookie selalu berupaya memberikan pengalaman beragam kepada banyak orang. Oleh karena itu, ia juga menyediakan cookies untuk vegan dan mereka yang sedang diet dengan kandungan bebas gluten. "Anak bayi, ibu hamil dan ibu menyusui juga bisa mengonsumsinya karena aku masukin almond, oat dan fiber yang bisa bantu ASI lebih lancar," katanya.

Sejak awal, Mookie rutin menawarkan beragam rasa. Setiap bulan, Uti mengganti varian rasa yang dihadirkan, sesuai dengan tema besar yang dibawa Mookie. Meski sempat membuat beberapa orang ragu untuk mencoba, kini konsep Mookie sudah dapat diterima. Generasi milenial sebagai pasar utama Mookie menjadi pendorong utama penerimaan ini.

Tiap hari, Uti mencatat, Mookie setidaknya dapat terjual 12 hingga 15 lusin dengan rata-rata spending per customer adalah Rp 50 ribu sampai Rp 200 ribu tiap hari. Kebanyakan konsumen mereka adalah perempuan dengan latar belakang pekerja.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement