Kamis 05 Mar 2020 18:17 WIB

Erick Thohir Jamin Stok dan Harga Masker

Erick Thohir meminta Kimia Farma tidak menaikkan harga masker

Red: Ichsan Emrald Alamsyah
Menteri BUMN Erick Thohir saat meninjau produk di salah satu gerai apotek Kimia Farma di kawasan Cikini, Jakarta, Rabu (4/3).
Foto: Republika/Putra M. Akbar
Menteri BUMN Erick Thohir saat meninjau produk di salah satu gerai apotek Kimia Farma di kawasan Cikini, Jakarta, Rabu (4/3).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir menjamin ketersediaan stok masker dan produk kesehatan lainnya di apotek milik PT Kimia Farma Tbk. Erick juga telah menginstruksikan BUMN bidang farmasi itu untuk tak menaikkan harga jual masker.

Hal tersebut ditegaskan Erick saat meninjau Apotek Kimia Farma di Menteng, Jakarta, Rabu (4/3). Peninjauan itu untuk memastikan kesiapan Kimia Farma dalam membantu pemerintah untuk mencegah dan menanggulangi penyebaran virus Corona.

Erick menyampaikan, Kimia Farma sudah melakukan antisipasi penyebaran virus korona di 1.300 apotek dengan 600 klinik sejak 10 Januari lalu. "Barusan saya juga sudah cek masker dan antiseptik, semua ada," ujar Erick, Rabu (4/3) kemarin.

Untuk menjaga ketersediaan stok di tengah tingginya permintaan, Kimia Farma membatasi pembelian masker. Satu orang hanya dapat membeli dua lembar masker dengan harga Rp 2.000 per lembar.

"Soal harga juga kita pastikan. Tidak ada, ketika masyarakat susah, Kimia Farma menaikkan harga. Itulah fungsinya BUMN hadir untuk rakyat sesuai dengan visinya Presiden. Kimia Farma dengan 1.300 outlet, kita pastikan tersedia dan hadir buat masyarakat dan harganya tidak dimark up-mark up," ucap Erick.

Erick menilai, pentingnya upaya Kementerian BUMN mendorong konsolidasi BUMN-BUMN yang bergerak di bidang kesehatan, pangan, dan energi, dalam menghadapi kondisi seperti ini. Pemerintah, menurut dia, akan terus memastikan ketahanan di bidang energi, pangan, dan kesehatan.

Direktur Utama Kimia Farma, Verdi Budidarmo mengatakan, seluruh apoteker dan dokter yang ada di 1.300 apotek, 600 klinik, dan laboratorium klinik, secara proaktif melakukan sosialisasi dan memberikan edukasi kepada seluruh pelanggan dalam upaya pencegahan penyebaran korona. Ia menambahkan, Kimia Farma juga memastikan ketersediaan produk kesehatan dan obat-obat.

"Percayalah kita bisa melewati ini semua dengan bersatu karena persatuan selalu menguatkan kita," kata Verdi.

Permintaan masker belakangan ini mengalami lonjakan yang diikuti dengan kenaikan harga di luar batas kewajaran. Situasi itu terjadi bahkan untuk penjualan secara daring atau online yang dilakukan melalui platform market place di Indonesia.

Harga masker yang sering digunakan masyarakat biasanya hanya Rp 2.000 hingga Rp 3.000 per lembar. Rata-rata dijual dalam kemasan saset atau boks berisi lima hingga 50 lembar. Namun, setelah permintaan masker meningkat sebagai dampak dari wabah virus korona baru (Covid-19), masyarakat terpicu untuk selalu menggunakan masker.

Masyarakat pun kian panik setelah Presiden Joko Widodo pada Senin (2/3) mengumumkan, terdapat dua WNI yang positif terjangkit virus korona. Permintaan masker hingga cairan pembersih tangan ludes terjual di berbagai toko ritel ataupun apotek.

Dampaknya, harga melambung. Termasuk di platform niaga elektronik atau e-commerce. Berdasarkan pantauan Republika.co.id, masker jenis biasa dijual seharga Rp 350 ribu per boks berisi 50 lembar. Dengan kata lain, masker dihargai Rp 7.000 per lembar atau naik hingga 200-300 persen dari harga normal.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement