Rabu 11 Mar 2020 11:42 WIB

BI: Modal Asing Keluar dari Indonesia Capai Rp 40,16 Triliun

Investor global memperkirakan corona tak hanya di Asia, tapi juga sampai Amerika.

Rep: Novita Intan/ Red: Friska Yolandha
 Bank Indonesia mencatat aliran modal asing keluar (nett outflow) sebesar Rp 40,16 triliun dari pasar keuangan Indonesia hingga 4 Maret 2020.
Foto: Republika
Bank Indonesia mencatat aliran modal asing keluar (nett outflow) sebesar Rp 40,16 triliun dari pasar keuangan Indonesia hingga 4 Maret 2020.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA-- Bank Indonesia mencatat aliran modal asing keluar (nett outflow) sebesar Rp 40,16 triliun dari pasar keuangan Indonesia hingga 4 Maret 2020. Hal ini seiring dengan penyebaran virus corona di dunia.

Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo mengatakan, pada awal tahun ini  di pasar keuangan Indonesia masih terjadi aliran modal asing masuk (nett inflow). "Begitu 25 Januari corona virus terjadi, langsung outflow," ujarnya saat acara Early Year Forum di Hotel Pullman Thamrin, Jakarta, Rabu (11/3).

Menurutnya pasar keuangan global memang sedang meradang. Para investor global di seluruh negara memperkirakan dampak dari corona menyebar tidak hanya di Asia tapi juga Amerika dan Eropa.

"Global investor karena jual dulu masih disimpan uang di Indonesia sambil menunggu kejelasan agar stabilkan pasar keuangan," ucapnya.

Perry menjelaskan para investor global memiliki kecenderungan melepas investasi portofolio. Kejadian ini tak terjadi di Indonesia saja termasuk di Korea Selatan, Thailand, Malaysia dan Singapura.

"Situasi ini terjadi secara global, investor sulit untuk mengukur risiko covid terhadap kondisi ekonomi dan langkah-langkah apa yang ditempuh oleh pemerintah masing-masing," jelasnya.

Perry memerinci total aliran modal asing keluar pada bulan ini terdiri dari outflow sebesar Rp 4,87 triliun dari pasar saham. Sisanya Surat Berharga Negara (SBN).

Derasnya aliran modal asing yang keluar, Perry mengungkapkan nilai tukar rupiah dan harga saham bergerak turun belakangan ini. Sejak Januari hingga Februari, indeks  harga saham gabungan telah turun 12,12 persen menjadi 5.535,69 dan nilai tukar rupiah terdepresiasi sebesar 1,08 persen. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement