Selasa 24 Mar 2020 06:09 WIB

Lima Tingkat Keimanan Menurut Syekh Nawawi Al-Banteni

Iman juga dapat diartikan sebagai ketetapan hati.

Rep: Fuji E Permana/ Red: Ani Nursalikah
Lima Tingkat Keimanan Menurut Syekh Nawawi al-Banteni.
Foto: Republika/Tahta Aidilla
Lima Tingkat Keimanan Menurut Syekh Nawawi al-Banteni.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menurut kamus besar bahasa Indonesia, iman adalah 'keyakinan dan kepercayaan kepada Allah, Nabi, kitab, dan lain sebagainya'. Iman juga dapat diartikan sebagai 'ketetapan hati, keteguhan batin, dan keseimbangan batin'.

Menurut pendapat para ulama, iman seorang hamba memiliki tingkatan. Syekh Allamah Muhammab bin Umar an-Nawawi al-Banteni dalam Kitab Syarah Kasyifah as-Saja Fi Syarhi Safinah an-Naja mengatakan, ada lima tingkatan iman.

Baca Juga

Pertama, iman taklid, yaitu mantap dan percaya dengan ucapan orang lain tanpa mengetahui dalilnya. Orang yang memiliki tingkatan keimanan ini dianggap sah keimanannya, tetapi berdosa karena meninggalkan upaya mencari dalil apabila orang tersebut mampu menemukannya.

Kedua, iman ilmi, yaitu mengetahui akidah-akidah beserta dalil-dalilnya. Tingkatan keimanan ini disebut ilmu yaqin. Menurut Syekh Nawawi, orang yang memiliki keimanan tingkat pertama dan kedua termasuk orang yang terhalang jauh dari Zat Allah Ta'aala.

Ketiga, iman iyaan, yaitu mengetahui Allah dengan pengawasan hati. Oleh karena itu, Allah tidak hilang dari hati sekedip mata pun karena rasa takut kepada-Nya selalu ada di hati sehingga seolah-olah orang yang memiliki tingkatan keimanan ini melihat Allah di maqam muraqabah atau derajat pengawasan hati. Tingkat keimanan ini disebut dengan ainul yaqin.

Keempat, iman haq, yaitu melihat Allah dengan hati. Tingkatan keimanan ini seperti yang disampaikan para ulama, yakni orang yang makrifat. Orang tersebut dapat melihat Allah dalam segala sesuatu. Tingkat keimanan ini berada di maqam musyahadah dan disebut dengan haq al-yaqiin. Orang yang memiliki tingkatan keimanan ini adalah orang yang terhalang jauh dari selain Allah.

Kelima, iman hakikat, yaitu sirna bersama Allah dan mabuk karena cinta kepada-Nya. Oleh karena itu, orang yang memiliki tingkatan keimanan ini hanya melihat Allah seperti orang yang tenggelam di dalam lautan dan tidak melihat adanya tepi pantai sama sekali.

Tingkatan keimanan yang wajib dicapai seseorang adalah tingkatan pertama dan kedua. Sementara itu, tingkatan keimanan ketiga, keempat, dan kelima merupakan tingkatan-tingkatan keimanan yang dikhususkan oleh Allah untuk hamba-Nya yang Dia kehendaki.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement