Jumat 27 Mar 2020 14:01 WIB

Sarana Hiburan Pasien Covid-19 di Wisma Atlet Terbatas

Wajar jika pasien Covid-19 di Wisma Atlet merasa jenuh.

Red: Indira Rezkisari
Petugas bersiap memindahkan pasien memasuki Rumah Sakit Darurat Penanganan COVID-19 di Wisma Atlet Kemayoran, Jakarta, Selasa (24/3/2020). Berdasarkan data yang dirilis pemerintah, hingga Selasa (24/3) pagi sebanyak 102 pasien ditangani di rumah sakit darurat itu, 71 orang diantaranya langsung dirawat
Foto: ANTARA/Aditya Pradana Putra/aww.
Petugas bersiap memindahkan pasien memasuki Rumah Sakit Darurat Penanganan COVID-19 di Wisma Atlet Kemayoran, Jakarta, Selasa (24/3/2020). Berdasarkan data yang dirilis pemerintah, hingga Selasa (24/3) pagi sebanyak 102 pasien ditangani di rumah sakit darurat itu, 71 orang diantaranya langsung dirawat

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dansatgas Kesehatan Rumah Sakit Darurat Wisma Atlet, Brigjen TNI Dr Agung H, mengatakan, fasilitas RSD tempat pasien Covid-19 dirawat belum memiliki sarana hiburan yang variatif. Pasien yang dirawat dibolehkan membawa gawai atau berjalan di lorong untuk menghibur diri.

"Di masing-masing lantai, kami sadar ada kekurangan, khususnya tidak ada sarana hiburan," kata Agung di Jakarta, Jumat (27/3).

Baca Juga

Kendati begitu, menurut dia, RSD Wisma Atlet didukung jaringan internet dari Telkom melalui sambungan wi-fi yang bisa dipakai untuk penjajakan mandiri atau self assesment dari pasien Covid-19 melalui aplikasi dari Kementerian Kesehatan. Melalui aplikasi tersebut, kata dia, pasien dapat menyampaikan keluhannya soal perkembangan kesehatannya. Selain itu, di tiap-tiap lantai RSD terdapat grup percakapan instan Whatsapp atau grup WA sehingga menjadi forum komunikasi pasien dan perawat.

Agung mengatakan, jaringan wi-fi juga bisa dipakai pasien RSD Wisma Atlet untuk berselancar internet, termasuk untuk menyimak siaran televisi melalui gawai yang dibawa. Dengan begitu, kata dia, pasien memiliki alternatif hiburan dan bisa mengurangi kejenuhan pada masa penyembuhan dan perawatan di rumah sakit darurat tersebut.

Pasien, dia melanjutkan, juga bisa meminta tolong keluarganya untuk mengirimkan sejumlah barang seperti laptop, pakaian, dan kebutuhan pribadi lainnya sehingga mereka dapat nyaman di ruang perawatan. Dia mengaku paham dengan kejenuhan pasien di ruang isolasi. Oleh karena itu, selain wi-fi juga ada ruang rekreasi di lantai tiga. Namun, mereka tetap menjaga protokol keselamatan sehingga tidak membahayakan.

"Selanjutnya, pasien boleh berjalan-jalan di lorong tersebut. Harapan kami, karantina bukan ketat seperti menahan pasien. Pasti merasa terkungkung hampir 14 jam di kamar, tapi kamar tidak terkunci. Jadi, pasien bisa jalan keluar. Ada dispenser di setiap lantai," kata dia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement