Ahad 29 Mar 2020 09:32 WIB

Peserta Ijtima Gowa yang Meninggal Bukan Terinfeksi Corona

Hal itu dinyatakan oleh Direktur Utama Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Syekh Yusuf

Red: Muhammad Akbar
Sejumlah peserta Ijtima Ulama Asia berjalan ke lokasi perkemahan di Desa Pakkatto, Kecamatan Bontomarannu, Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan, Kamis (19/3/2020).
Foto: Antara/Abriawan Abhe
Sejumlah peserta Ijtima Ulama Asia berjalan ke lokasi perkemahan di Desa Pakkatto, Kecamatan Bontomarannu, Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan, Kamis (19/3/2020).

REPUBLIKA.CO.ID, MAKASSAR — Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Gowa menyatakan peserta Ijtima Zona Asia 2020, Sukardi (65) yang meninggal dunia pada Jumat (20/3) lalu bukan karena virus corona baru (COVID-19).

Hal itu dinyatakan oleh Direktur Utama Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Syekh Yusuf Kabupaten Gowa, dr Salahuddin melalui hasil pemeriksaan darah yang dilakukan di Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) dr Wahidin Sudirohusodo Makassar.

"Hasilnya menjelaskan bahwa pemeriksaan darah tersebut tidak menunjukkan adanya tanda-tanda infeksi karena virus," kata dr Salahuddin melalui keterangan resminya di Makassar, Ahad (29/3).

Ia menjelaskan hasil pemeriksaan menunjukkan bahwa leukosit atau darah putihnya normal dan limfosit tinggi. Sehingga ditarik kesimpulan bahwa tidak ada tanda-tanda terinfeksi virus.

Biasanya, lanjut dr Salahuddin, jika terinfeksi virus maka tanda-tandanya darah putih (leukosit) tinggi namun hasilnya ini rendah. Begitu pul limfositnya akan di bawah standar normal bukan di atas.

Sementara untuk pemeriksaan PCR tidak dapat dilakukan karena sudah tidak memungkinkan lagi untuk mengambil swap (cairan). Pengambilan swap tidak bisa dilakukan karena mulut jenazah tidak bisa terbuka.

“Swapnya itu kan harus buka mulut dengan hidungnya. Jadi dia hanya sempat diambil darahnya dan darahnya juga sangat terbatas hanya mampu didapat itu setengah CC,” kata dr Salahuddin.

Hasil lab ini setidaknya mendukung hasil pemeriksaan sebelumnya yang menganggap bahwa korban meninggal akibat serangan jantung. Karena sebelum meninggal korban tidak memiliki gejala-gejala yang mengarah kepada COVID-19.

“Memang arahnya ke sana (jantung) karena riwayatnya memang sebelumnya selalu ada nyeri dada dan ada riwayat dari keluarganya menurut temannya itu ada sakit jantung. Juga tidak ada riwayat demamnya dan tidak ada batuk, yang ada nyeri dada dan riwayat hipertensi,” ujarnya menjelaskan.

Sebelumnya, hal senada juga disampaikan Kepala Rumah Sakit Bhayangkara Makassar, Kombespol dr. Farid Amansyah SPPD saat ditemui di lokasi pelaksanaan Ijtima Zona Asia di Desa Nirannuang Kecamatan Bontomarannu.

Menurutnya korban meninggal diduga akibat penyakit jantung karena tidak ditemukan tanda-tanda COVID-19.

“Sebelum shalat dhuhur beliau sempat terjatuh dan memang ada riwayat sakit jantung. Sehingga kalau tidak dilakukan autopsi, kita perkirakan meninggal karena jantung, apalagi ia sudah berumur 65 tahun sehingga kemungkinan memang meninggal karena (jantung),” ujarnya

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement