Kamis 02 Apr 2020 14:15 WIB

Industri Farmasi Jangan Bergantung pada Bahan Baku Impor

Sekitar 90 persen bahan baku industri farmasi mengandalkan impor.

Rep: M Nursyamsi/ Red: Friska Yolandha
Pekerja farmasi memproduksi obat di sebuah pabrik farmasi di Jakarta Timur, Senin (29/4). BUMN farmasi didorong untuk tidak bergantung pada bahan baku impor.
Foto: ANTARA FOTO/Indrianto Eko Suwarso
Pekerja farmasi memproduksi obat di sebuah pabrik farmasi di Jakarta Timur, Senin (29/4). BUMN farmasi didorong untuk tidak bergantung pada bahan baku impor.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Abra Talattov menyebut BUMN farmasi memegang peranan yang krusial bagi sektor ketahanan kesehatan Indonesia. Abra mengatakan posisi BUMN farmasi sangat vital saat ini dalam menghadapi pandemi corona.

"BUMN farmasi bisa dibilang sebagai BUMN garda terdepan karena mereka yang diharapkan menghasilkan barang-barang yang dibutuhkan tenaga medis," ujar Abra saat dihubungi Republika.co.id di Jakarta, Kamis (1/4).

Baca Juga

Persoalannya, kata Abra, BUMN farmasi selama ini masih sangat bergantung dengan pasokan bahan baku impor. Kata Abra, bahan baku untuk sektor kesehatan saat ini mencapai 90 persen dari impor.

"Itu yang masih menjadi ganjalan dalam mendorong industri farmasi dalam negeri," ucap Abra. 

Abra berharap pandemi corona menjadi momentum bagi peningkatan industri dalam negeri. Ia mendorong BUMN-BUMN farmasi dapat melakukan substitusi impor agar tidak lagi terlalu bergantung dengan pasokan bahan baku luar negeri.

"Kuncinya tingkatkan penelitian dan pengembangan. Harus maksimalkan lagi kerja sama dengan penelitian, kampus, dan jangan sepelekan aspek penelitian dan riset di bidang kesehatan," kata Abra. 

Pengamat BUMN Toto Pranoto menyampaikan hal serupa. Toto menilai dalam situasi saat ini, BUMN terutama yang berkaitan dengan pelayanan publik perlu kerja ekstra keras agar dapat memberikan layanan terbaik, terutama di sektor kesehatan dan farmasi, telekomunikasi, logistik dan pangan.

"Bagi BUMN nonlayanan publik, saatnya melakukan konsolidasi, perbaikan ke dalam sehingga saat situasi normal kembali, maka daya saing relatif lebih membaik," ucap Toto.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement