Jumat 03 Apr 2020 19:02 WIB

Ada Pesan Subtantif di Balik Pembagian Surat Makkah-Madinah

Alquran dibagi menjadi surat Makkah dan Madinah.

Red: Nashih Nashrullah
Alquran dibagi menjadi surat Makkah dan Madinah.  Ilustrasi  Anak membaca Alquran
Foto: Antara/Mohammad Ayudha
Alquran dibagi menjadi surat Makkah dan Madinah. Ilustrasi Anak membaca Alquran

REPUBLIKA.CO.ID, Alquran diturunkan dalam dua periode dan tempat yang berbeda, yang masing-masing mempunyai corak tersendiri. Periode pertama dinamakan Periode Makkah yang lantas disebut dengan surat Makkiyah. Turunnya Alquran periode pertama ini terjadi ketika Nabi SAW bermukim di Makkah, yaitu selama 12 tahun, 5 bulan, dan 13 hari, sampai Nabi SAW melakukan hijrah. 

Sebagian ulama ada pula yang menyebut periode ini sebagai periode sebelum hijrah. Ayat atau surat yang diturunkan pada masa itu kemudian disebut dengan ayat atau surat Makkiyah.

Baca Juga

Periode kedua adalah Periode Madinah yang kemudian dinamakan surat Madaniyah, yaitu masa setelah Nabi Muhammad SAW hijrah ke Madinah dan menetap di sana hingga wafatnya beliau. 

Ada sejumlah ulama yang menandai periode ini dengan sebutan periode hijrah. Periode Madinah ini, yakni selama 9 tahun, 9 bulan, dan 9 hari. Ayat atau surat yang turun dalam periode ini kemudian dinamakan ayat atau surat Madaniyah. 

Perbedaan ayat Makkiyah dan Madaniyah bukan hanya pada masalah geografis dan historis. Para ulama meyakini bahwa ayat-ayat yang diturunkan selama periode Makkah memiliki pesan dan ajaran yang berbeda dari ayat-ayat yang diturunkan selama periode Madinah.

Ayat Makkiyah yang merupakan tiga perempat dari isi Alquran umumnya mengandung keterangan dan penjelasan tentang tauhid, keimanan, perbuatan baik dan jahat, pahala bagi orang beriman dan beramal saleh, siksaan bagi orang kafir dan durhaka, kisah para rasul dan nabi, cerita umat terdahulu, dan berbagai perumpamaan untuk dijadikan teladan dan ibarat. 

Para ulama berpendapat pesan yang disampaikan dalam ayat atau surat Makkiyah ini karena dakwah Rasulullah SAW selama menetap di Makkah terbatas pada batas-batas indzar (tugas memberi peringatan), belum sampai menyentuh batas-batas risalah.

Adapun ayat Madaniyah pada umumnya menjelaskan hal yang berhubungan erat dengan hidup kemasyarakatan atau masalah muamalah, di antaranya masalah ibadah, hukum-hukum agama (syariat) dan mengenai orang-orang yang berhijrah (Muhajirin), kaum penolong (Anshar), kaum munafik, dan ahli kitab. 

Pada periode Madinah ini, menurut pendapat para ulama, dakwah Rasulullah SAW sudah mencapai tahap mengubah wahyu menjadi risalah.

Yang membedakan antara indzar dan risalah, menurut Nasr Hamid Abu Zaid dalam bukunya yang berjudul, Tekstualitas Alquran: Kritik Terhadap Ulumul Qur'an, adalah bahwa indzar berkaitan dengan perubahan konsep-konsep lama pada taraf kognitif dan terkait dengan seruan menuju konsep-konsep baru. Dengan demikian, indzar berkaitan dengan menggerakkan kesadaran bahwa ada kerusakan dalam realitas kehidupan masyarakat, dan oleh karena itu harus diadakan perubahan.

Sementara itu, risalah bertujuan membangun ideologi masyarakat baru. Fase risalah ini dimulai secara nyata ketika Nabi SAW setelah sebagian orang Muslim hijrah ke Habsyah mengadakan pembicaraan dengan para utusan yang datang ke Makkah pada musim haji. 

Kemudian, beliau dibaiat oleh penduduk Yatsrib (Madinah) bahwa mereka akan membelanya sebagaimana mereka membela istri dan anak-anak mereka sendiri setelah mereka menerima Islam. Peristiwa ini sebagai pertanda terjadinya perubahan baru dalam sejarah dakwah Rasulullah SAW.

 

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement