Selasa 14 Apr 2020 13:40 WIB

Ethiopia Krisis Pangan di Tengah Wabah Belalang dan Covid-19

Ethiopia membutuhkan bantuan pangan darurat karena gagal panen dan wabah Covid-19

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Nur Aini
Belalang menyerbu lahan pertanian di Ethiopia, ilustrasi
Belalang menyerbu lahan pertanian di Ethiopia, ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, ADIS ABABA -- Sekitar satu juta warga Ethiopia membutuhkan bantuan pangan darurat, setelah ribuan belalang gurun merusak 200 ribu hektare lahan pertanian. Organisasi Pangan dan Pertanian PBB (FAO) menyatakan, beberapa wilayah di Afrika Timur telah bersiap untuk diserbut hama belalang dengan jumlah yang lebih banyak.

Di Ethiopia, kawanan belalang telah menyebabkan gagal panen dari sorgum, gandum, dan jagung. Dari satu juta warga yang membutuhkan bantuan pangan darurat, sekitar 75 persen tinggal di wilayah Somalia dan Oromia. Keadaan semakin diperburuk dengan pandemi virus corona tipe baru, atau Covid-19.

Baca Juga

Menurut FAO, sekitar 8,5 juta orang di Ethiopia telah mengalami kerawanan pangan akut dan membutuhkan bantuan kemanusiaan. Negara-negara Afrika Timur lainnya seperti Kenya, Somalia, Sudan Selatan, Uganda, dan Tanzania juga sudah mengalami kerawanan pangan akut. Perwakilan FAO Ethiopia, Fatouma Seid mengatakan, para petani dan penggembala di negara-negara tersebut membutuhkan bantuan dalam bentuk transfer tunai.  

"Sangat penting untuk melindungi mata pencaharian populasi yang terkena dampak terutama sekarang karena situasinya diperparah oleh krisis Covid-19," kata Seid, dilansir Aljazirah.

Miliaran belalang bermigrasi dari satu wilayah ke wilayah lainnya. Kawanan belalang tersebut telah menyerang lahan pertanian di Ethiopia, Somalia, Kenya, Djibouti, Eritrea, Tanzania, Sudan, Sudan Selatan, dan Uganda. Munculnya belalang tersebut didorong oleh musim hujan.

Pekan lalu, FAO memperingatkan bahwa kawanan belalang dalam jumlah besar akan muncul di seluruh wilayah Afrika Timur. Hal itu dapat mengancam ketahanan pangan dan kehilangan mata pencaharian. Selain itu, pembatasan penerbangan untuk mencegah penyebaran Covid-19 telah menyebabkan keterlambatan pengiriman pestisida.

"Tantangan terbesar yang kami hadapi saat ini adalah pasokan pestisida, yang mengalami penundaan karena angkutan udara global telah berkurang secara signifikan," ujar Ketua Tim Ketahanan FAO untuk Afrika Timur, Cyril Ferrand. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement