Sabtu 18 Apr 2020 19:00 WIB

Teladan Tawadhu Rasulullah SAW

Rasulullah SAW memberi teladan sifat tawadhu.

Red: Hasanul Rizqa
Rasulullah SAW.
Foto: republika
Rasulullah SAW.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Tawadhu adalah lawan dari kesombongan. Di antara makna tawadhu adalah bersedia menjalani interaksi dengan semua manusia.

Rasulullah Muhammad SAW merupakan contoh paripurna dalam sifat tawadhu. Beliau memiliki derajat yang tinggi di sisi Allah SWT. Di alam semesta ini, beliau juga dimuliakan. Akan tetapi, beliau menjauhi sifat sombong. Beliau memilih sikap tawadhu di tengah manusia.

Baca Juga

Dengan tawadhu, Nabi SAW kian bertambah kewibawaannya. Orang-orang musyrik justru menjadi gentar dan segan. Sementara, kaum Mukminin kian mencintai beliau dengan sepenuh hati.

Ada banyak kisah tentang ketawadhuan Nabi SAW.

Cerita ini diriwayatkan dari Abu Hurairah. Dia mengatakan, suatu hari, dirinya menemani Rasulullah SAW berbelanja di pasar. Beliau membeli sepasang celana dari seorang pedagang.

"Timbanglah ini dan tambahlah sedikit," kata Rasul SAW kepada si penjual.

Seketika, si penjual meraih tangan Nabi SAW yang mendekatinya. Lantas, tangan mulia itu diciumnya. Namun, Rasulullah SAW kembali menarik tangannya seraya berkata, "Ini adalah sikap seorang ajam kepada raja-raja mereka. Aku bukanlah raja. Sungguh, aku berasal dari kalanganmu."

Sesudah transaksi, Abu Hurairah ingin membawakan barang belanjaan Nabi SAW. Namun, beliau menolaknya. "Orang yang mempunyai barang itu lebih pantas membawanya," ujar beliau.

Ketawadhuan Rasulullah SAW juga tampak dalam perannya sebagai kepala rumah tangga. Aisyah RA menuturkan, Rasulullah SAW tak segan-segan membantu pekerjaan rumah tangga. Beliau memperbaiki sendiri sandalnya yang tanggal. Beliau juga menjahit sendiri bajunya.

Sebagai pemimpin, Rasulullah SAW mencontohkan sikap tawadhu. Suatu ketika, para utusan Raja Najasyi akhirnya tiba di Madinah. Mereka membawakan berbagai hadiah dan pesan persahabatan dari sang penguasa negeri Habasyah itu.

Rasulullah SAW menyambut dan bahkan melayani mereka. Sampai-sampai, para sahabat berkata, "Wahai Rasulullah, cukup kami saja yang melayani para delegasi itu."

"Tidak," jawab Nabi SAW, "Sungguh, mereka telah menghormati para sahabatku di sana dan aku dengan senang hati membalas kebaikan mereka."

 

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement