Senin 27 Apr 2020 19:12 WIB

Gapmmi: Seluruh Kebutuhan Gula Industri Dipenuhi Lewat Impor

Setiap tahun produksi gula di dalam negeri terus menurun.

Rep: Iit Septyaningsih/ Red: Nidia Zuraya
Proses produksi gula dalam pabrik (ilustrasi)
Foto: fxcuisine.com
Proses produksi gula dalam pabrik (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Gabungan Pengusaha Makanan Minuman Seluruh Indonesia (Gapmmi) menyatakan, tidak ingin melakukan impor sepanjang bahan baku tersedia di dalam negeri. Sayangnya, belum semua bahan baku ada di Tanah Air.

"Misal industri kakao, kita dulu penghasil kakao nomor tiga di dunia, sekarang 250 ribu ton impor kalo per tahun," ujar Ketua Umum Gapmmi Adhi S Lukman dalam rapat virtual bersama Komisi VI DPR, pada Senin, (27/4). Ia mengatakan, kini industri coklat meningkat, namun untuk bahan bakunya pun harus impor.

Baca Juga

Maka menurut dia, pemerintah harus memperhatikan industri makanan minuman dari hulu ke hilir. "Jika hilirnya didorong, bahan baku atau hulunya juga tetap didorong pemerintah," kata Adhi.

Ia mengungkapkan, saat ini 100 persen kebutuhan gula industri dipenuhi lewat impor. Sebab, setiap tahun produksi gula di dalam negeri terus menurun.

"Kebutuhan gula dalam negeri 2,1 juta ton, sementara industri perlu 3,2 juta ton. Kebutuhan 5,5 juta ton itu, kalau nggak impor, mau dipenuhi dari mana? Maka sinkronisasi program hulu ke hilir perlu menjadi perhatian pemerintah," jelasnya.

Adhi menambahkan, Ramadhan kali ini berbeda dari tahun-tahun sebelumnya. Sebab, tidak ada peningkatan penjualan secara signifikan.

"Kami lakukan survei kecil ke anggota (Gapmmi), biasanya saat Ramadhan ada peningkatan penjualan 30 persen per bulan. Kali ini justru banyak sekali penurunan order, baik dari pasar modern maupun pasar tradisional," jelas Adhi.

Ia menyebutkan, hanya beberapa kategori produk yang mengalami kenaikan. "Semoga ini bisa membantu konsumen tetap mengonsumsi produk kami saat bulan puasa dan lebaran nanti," ujarnya berharap.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement