Selasa 01 Jun 2021 09:29 WIB

Pancasila Hadiah Terbesar Umat Islam untuk Indonesia

Hari Kelahiran Pancasila sampai saat ini masih menjadi perdebatan.

Red: Karta Raharja Ucu
Pancasila Hadiah Terbesar Umat Islam
Foto: Republika e-paper
Pancasila Hadiah Terbesar Umat Islam

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Hasanul Rizqa

Kapan dan bagaimana Pancasila lahir? Pertanyaan itu mengundang berbagai perdebatan bahkan hingga saat ini. Untuk menjawabnya, kita perlu menelaah hari-hari penting pada 1945.

Baca Juga

Pada 29 April 1945, Dokuritsu Zyunbi Tyoosakai(Badan Pe nyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan/BPUPK) dibentuk. Itu bertepatan dengan hari ulang tahun Kaisar Jepang Hirohito.

BPUPK merupakan perwujudan janji Jepang, sebagaimana diucapkan Perdana Menteri Kuniaki Koiso di hadapan sidang istimewa Teikoku Ginkai ke-85, Tokyo, 7 September 1944. Ia mengatakan, Kekaisaran Jepang (dengan ini) mengumumkan kemerdekaan pada masa yang akan datang bagi segenap rakyat Indonesia. Pihaknya sengaja tak menyebutkan tanggal pasti kapan Indonesia (di)merdeka(kan).

Alhasil, ada tujuan politik di balik pembentukan badan tersebut. Yakni, rakyat Indonesia supaya tetap mendukung Jepang, sekalipun Dai Nippon kala itu goyah di front Pasifik Perang Dunia II.

BPUPK beranggotakan 62 orang.KRT Radjiman Wedyodiningrat (1879- 1952), seorang dokter yang juga tokoh organisasi Budi Utomo, duduk sebagai ketua. Di Gedung Pejambon (kini Gedung Pancasila, Jakarta), badan itu menyelenggarakan dua masa sidang pada 1945, yakni 29 Mei-1 Juni dan 10- 16 Juli. Pada 1 Juni 1945, Sukarno (1901-1970) selaku anggota BPUPK berpidato. Bung Karno menyebutkan perlunya philosofische gronslag bagi Indonesia Merdeka.

Ia mengajukan lima asas sebagai dasar negara, yakni Kebangsaan Indonesia, Internasionalisme atau Perikemanusiaan, Mufakat atau Demo krasi, Kesejahteraan Sosial, dan Ketuhanan. Dinamakannya kelima poin itu sebagai Panca Sila --atas saran seorang sahabatnya yang ahli bahasa. Dalam bahasa Sanskerta, panca berarti `lima', sedangkan syila adalah `dasar.'

Bertahun-tahun kemudian, beberapa penulis memandang peristiwa tersebut sebagai Hari Lahir Pancasila. Wedyodiningrat, misalnya, mencantumkan judul Lahirnya PancaSila untuk kata pengantar buku pidato Bung Karno itu yang diterbitkan pada 1947. Prof Notonagoro (1905-1981) sebagai promotor Bung Karno untuk penganugerahan gelar doctor honoris causa dari Universitas Gadjah Mada (UGM) menyebut presiden pertama RI itu sebagai pencipta Panca Sila.

Pendapat ini dibantah beragam kalangan, seperti Endang Saifuddin Anshari dalam tesisnya, The Jakarta Charter of June 1945 (1976). Ia beralasan, tiga hari sebelum pidato Bung Karno itu, Muhammad Yamin (1903- 1962) telah menyampaikan pandangan dalam sidang BPUPK.

Ahli hukum sekaligus tokoh nasionalis tersebut mengusulkan lima asas sebagai dasar Indonesia Merdeka: Peri-Kebangsaan, Peri-Kemanusiaan, Peri-Ketuhanan, Peri-Kerakyatan, dan Kesejahteraan Rakyat. BJ Boland dalam bukunya, The Struggle of Islam in Modern Indonesiabahkan menyimpulkan, Pancasila itu pada faktanya adalah karya Yamin, dan bukan karya Sukarno.

Bung Karno ataukah Yamin sebagai perancang Pancasila? Berkebalikan dengan Boland, Yudi Latif dalam Nega ra Paripurna(2011) tak sepakat bila dianggap Pancasila sebagai karya Yamin. Sebab, tokoh itu tak memasukkan semua prinsip dalam kategorisasi yang dikemukakannya sebagai dasar negara.

Ia pun kerap mencampuradukkan antara dasar negara dan bentuk negara. Alhasil, Latif mengatakan, yang dimaksud dasar oleh Yamin bukanlah dalam pengertian philosofische gronslag. Bagaimanapun, pidatonya menjadi salah satu masukan penting bagi Bung Karno kemudian.

Latif menyimpulkan Pancasila seba gai karya bersama, alih-alih rumusan orang tertentu. Menurut dia, fase perumusan dimulai dengan pidato Bung Karno pada 1 Juni 1945 yang memunculkan istilah Panca Sila. Pidato itu lantas digodok melalui pertemuan Dewan Pertimbangan Pusat (Chuo Sangi-in) dengan mem bentuk Panitia Sembilan. Panitia tersebut menyempur nakan rumusan Pancasila dari pidato Bung Karno dalam versi Piagam Jakarta. Selanjutnya, fase pengesahan dilakukan pada 18 Agustus 1945.

"Karena itu, rumusan Pancasila sebagai dasar negara yang secara konstitusional mengikat kehidupan kebangsaan dan kenegaraan bukanlah rumusan Pancasila versi 1 Juni atau 22 Juni, melainkan versi 18 Agustus 1945," tulis Latif.

"Setiap fase konseptualisasi Pancasila itu melibatkan partisipasi pelbagai unsur dan golongan. Karena itu, Pancasila benar-benar merupakan karya bersama milik bangsa," katanya lagi.

Bagaimanapun, intelektual yang pernah menjadi kepala Badan Pembina an Ideologi Pancasila (BPIP) itu menekankan besarnya kontribusi Bung Karno. Dialah satu-satunya pembawa Pancasila benar-benar merupakan karya bersama milik bangsa, pidato yang menjawab pertanyaan ketua BPUPK tentang dasar negara Indonesia merdeka. Jawabannya pun disampaikan secara utuh dan sistematis. Maka dari itu, Latif berkeyakinan tanggal 1 Juni 1945 sebagai Hari Lahir Pancasila.

"Betapapun sentral perannya, Sukarno sendiri menolak bila disebut sebagai pencipta Pancasila. Ia cenderung memosisikan pribadinya sebagai penggali Pancasila. Penggalian daripada Panca Sila ini, saudara-saudara, adalah pemberian Tuhan kepada saya," tulis Sukarno (1964).

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement