Advertisement
Advertisement

In Picture: Dosen UMM Sempat Terpapar Covid-19 Akibat Pasien Bohong

Kamis 11 Jun 2020 10:07 WIB

Rep: Wilda Fizriyani/ Red: Esthi Maharani

Dosen UMM sempat jadi pasien Covid-19 akibat pasien anaknya yang berbohong

REPUBLIKA.CO.ID, MALANG -- Dosen Universitas Muhammadiyah Malang, Joko Widodo tidak mempunyai daya untuk terhindar dari Covid-19. Dia sempat menjadi salah satu pasien Covid-19. Hal ini akibat dari pasien sang anak yang berbohong.

"Ini dimulai akibat salah seorang pasien berbohong yang ditangani anak saya di sebuah rumah sakit di Malang," jelas Joko dalam keterangan pers yang diterima Republika, Rabu (10/6).

Semula anak Joko mengalami flu biasa yang kemudian disimpulkan sebagai gejala Covid-19. Setelah beberapa hari, Joko pun ikut merasakan gejala serupa sehingga harus dirujuk ke rumah sakit. Gejala yang dialaminya tidak cukup berat dibandingkan stigma masyarakat di sekitar rumahnya.

Joko bercerita, rumah kediamannya harus dipagari khusus oleh warga sekitar. Masyarakat khawatir virus corona di dalam tubuhnya bisa menulari warga lainnya. Mengetahui hal ini, Joko mengaku sakit hati mengingat dia selalu menyosialisasikan bahaya Covid-19 kepada masyarakat.

Meski sakit hati, Joko mencoba berlapang dada dengan sikap yang diterimanya dari masyarakat. Dia mengira perlakuan masyarakat sekitar akibat ketidaktahuan semata. Untuk itu, dia bertekad mengalahkan virus yang berada dalam tubuhnya.

Selalu berpikir positif dan optimis membuat Joko cepat sembuh. "Dukungan keluarga, juga energi positif dari orang-orang lingkaran pergaulan punya kekuatan tersendiri untuk membuat saya segera sembuh," ucap Joko.

Setelah sembuh dari Covid-19, Joko mengaku merasa hidup kembali. Ia merasa tubuhnya lebih bugar dari biasanya. "Saya juga jadi lebih perhatian dengan kesehatan badan saya,” kata Joko. 

Joko mengajak seluruh masyarakat untuk lebih menjaga diri dan menerapkan segala imbauan kesehatan pemerintah tentang Covid-19. Cukup dengan menjaga jarak, tetap di rumah, dan rajin mencuci tangan. Yang lebih penting, yakni tidak boleh terjebak oleh berita bohong.

  • Komentar 0

Dapatkan Update Berita Republika

BERITA LAINNYA

 

Ikuti Berita Republika Lainnya