Kamis 11 Jun 2020 17:20 WIB

'Idealnya Ambang Batas Parlemen dan Presiden 0 Persen'

Partai Berkarya menilai ambang batas 7 persen adalah upaya memusatkan kekuasaan.

Rep: Febrianto Adi Saputro/ Red: Ratna Puspita
Sekretaris Jenderal Partai Berkarya, Priyo Budi Santoso (PBS)
Foto: Republika TV/Havid Al Vizki
Sekretaris Jenderal Partai Berkarya, Priyo Budi Santoso (PBS)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sekjen Partai Berkarya Priyo Budi Santoso menilai ambang batas parlemen atau parliamentary threshold (PT) dan presiden tidak perlu ada. Ia mengusulkan agar ambang batas parlemen dan presiden sebaiknya 0 persen.

"Idealnya ambang batas 0 persen alias tidak perlu ambang batas. Itu bisa diberlakukan untuk pilpres & pileg," kata Priyo melalui pesan WhatsApp kepada Republika.co.id, Kamis (11/6).

Baca Juga

Tanpa adanya ambang batas parlemen dan presiden, Priyo menganggap demokrasi Indonesia akan tumbuh lebih hebat sebab tidak ada suara rakyat yang hangus. Selain itu, rakyat juga akan semakin banyak memperoleh pilihan untuk calon presiden alternatif.

"Tokh, akhirnya penentunya kan suara rakyat yang terbanyak. Itu esensi dari demokrasi: suara rakyat suara Tuhan," ujarnya.

Demikian pula untuk pileg, Priyo menganggap dengan diterapkannya PT 0 persen maka seberapapun suara rakyat pemilih tidak hilang dan akan terwakili dari figur-figur dari aneka ragam partai politik. Menurutnya hal tersebut menunjukan wajah asli demokrasi Indonesia.

"Memaksakan 7 persen sama artinya dengan memberangus demokrasi. Ini hanya didasari keinginan untuk pertahankan pemusatan kekuasaan hanya pd 'klan-klan kekuasaan' politik tertentu," tegasnya.

Sementara itu Ketua DPP DPP Partai Berkarya Badarudin Andi Picunang juga tak sepakat apabila PT dinaikkan hingga 7 persen. Hal tersebut, menurutnya, sama saja dengan mengabaikan suara rakyat.

"Baiknya kembali ke 0 persen saja. Lebih adil dan merata," ungkapnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement