Rabu 17 Jun 2020 06:42 WIB

Presiden Polandia: LGBT Lebih Merusak Dibandingkan Komunisme

Joachim Brudziński, menyatakan, 'Polandia tanpa LGBT adalah yang paling indah'.

Rep: Erik PP/ Red: Erik Purnama Putra
Presiden Polandia Andrzej Duda.
Foto: www.pes.eu
Presiden Polandia Andrzej Duda.

REPUBLIKA.CO.ID, WARSAWA -- Pemilihan Presiden (Pilpres) Polandia yang tinggal beberapa hari lagi, Presiden Polandia Andrzej Duda dan sekutunya, yaitu partai nasionalis sayap kanan serta populis hukum dan keadilan (PiS), telah dituduh menyerang komunitas LGBT. Dia mendapat kritikan tajam karena 'pidato kebencian homofobik mereka' dan 'tidak memanusiakan'.

Sebagai pejawat (incumbent) yang berusaha terpilih kembali yang diagendakan pada 28 Juni 2020, dalam pidato kampanyenya, Duda menyebut promosi hak-hak LGBT sebagai 'ideologi' lebih destruktif daripada komunisme. Para kritikus mengatakan, sebelum setiap pilpres, PiS menemukan sasaran empuk bagi hasutan mereka, berpura-pura ada 'ancaman nasional; dan memiliki agenda antigay kali ini.

PiS telah dituduh melakukan kemunduran demokrasi dan erosi aturan hukum sejak memenangkan mayoritas parlemen pada 2015. PiS sering kali menyerang hak-hak gay dan apa yang disebutnya 'ideologi LGBT', dalam retorika yang populer dengan bagian dari basis pendukungnya di negara Katolik yang taat dan gereja Katolik.

Dikutip dari Warsaw Business Journal, baru-baru ini, Duda menandatangani deklarasi yang dirancang untuk tujuan membantu keluarga yang mencakup bahasa tentang 'melindungi anak-anak dari ideologi LGBT' dengan larangan 'menyebarkan ideologi LGBT di lembaga-lembaga publik'.

Sementara itu, politisi PiS memicu kehebohan di Twitter setelah membuat komentar yang dianggap 'homofobia' dan 'tidak manusiawi'. Baru-baru ini, politisi PiS yang juga Menteri Dalam Negeri Polandia, Joachim Brudziński, menyatakan di Twitter bahwa 'Polandia tanpa LGBT adalah yang paling indah'. Bahkan ketika politisi PiS lainnya, Jacek Żalek, mengatakan di TV bahwa 'LGBT bukan orang, ini adalah ideologi'.

Przemysław Czarnek dari PiS yang juga anggota staf kampanye pemilihan Duda, mengatakan, "Mari kita berhenti mendengarkan kebodohan ini tentang beberapa hak asasi manusia atau kesetaraan. Orang-orang (LGBT+) ini tidak sama dengan orang normal."

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement