Sabtu 20 Jun 2020 17:31 WIB

Gerhana Matahari Cincin Diprediksi 1,54 Jam di Sulsel

Masyarakat bisa melihat proses gerhana matahari cincin menggunakan kaca mata khusus.

Red: Yudha Manggala P Putra
Petugas Observatorium Ilmu Falak Institut Agama Islam Negeri (IAIN) melakukan uji coba peralatan jelang pengamatan Gerhana Matahari Cincin (GMC) di Laboratorium Center, IAIN Lhokseumawe, Aceh, Jumat (19/6/2020). Menjelang GMC sebagian yang diperkirakan terjadi pada 21 juni 2020, mahasiswa Jurusan Astronomi Islam melakukan berbagai persiapan seperti edukasi tentang gerhana matahari, cara pengamatan dan pembuatan alat pengamat matahari seperti kacamata ND 05.
Foto: Antara/Rahmad
Petugas Observatorium Ilmu Falak Institut Agama Islam Negeri (IAIN) melakukan uji coba peralatan jelang pengamatan Gerhana Matahari Cincin (GMC) di Laboratorium Center, IAIN Lhokseumawe, Aceh, Jumat (19/6/2020). Menjelang GMC sebagian yang diperkirakan terjadi pada 21 juni 2020, mahasiswa Jurusan Astronomi Islam melakukan berbagai persiapan seperti edukasi tentang gerhana matahari, cara pengamatan dan pembuatan alat pengamat matahari seperti kacamata ND 05.

REPUBLIKA.CO.ID, MAKASSAR -- Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Wilayah Makassar memprediksi, gerhana matahari cincin berlangsung 1,54 jam di wilayah Provinsi Sulawesi Selatan pada Ahad (21/6).

"Diperkirakan akan berlangsung pada 15.35 Wita, dan puncaknya pada 16.30 Wita, dan berakhir pada 17.19 Wita," ujar staf Pusat Gempa Regional, Tsunami Early Warning Sistem (TGR-TEWS) BKMG Wilayah Makassar, Syarifuddin, di Makassar, Sabtu.

Ia menyebutkan, durasi gerhana matahari cincin yang akan teramati di Sulsel rata-rata 1,54 jam. Kendati demikian, gerhana tersebut tidak seperti saat gerhana matahari total pada 9 Maret 2016.

Ukuran magnitudo gerhana matahari yang bisa terlihat dari Banteng, Kabupaten Kepulauan Selayar mencapai 0,155 dan di Masamba, Kabupaten Luwu Utara, Provinsi Sulawesi Selatan mencapai 0,255.

"Tidak ada pengaruh khusus saat terjadi gerhana matahari tersebut, ini fenomena alam saja. Gerhana ini akan terlihat di hampir seluruh wilayah Sulsel," ungkapnya.

Ia mengatakan, gerhana matahari cincin tidak bisa dilihat dengan mata telanjang, tetapi masyarakat bisa melihat prosesnya menggunakan kaca mata khusus atau teropong di lokasi terbuka.

Rencananya, BMKG melaksanakan pengamatan prosesi gerhana matahari itu di salah satu Stasiun Pengisian Bahan Bakar (SPBU) Galesong, Kabupaten Takalar.

"Masyarakat bisa melihat menggunakan kacamata khusus ataupun teropong di lokasi terbuka. Prosesnya cukup lama sekitar satu jam lebih," tuturnya kepada wartawan di ruangan pusat analisa gempa BMKG wilayah Makassar.

Berdasarkan data, prosesi fenomena alam itu akan melewati 432 pusat kota dan kabupaten di 31 provinsi di Indonesia berupa gerhana matahari sebagian, dengan magnitudo terentang antara 0,000 di Kepanjen, Jawa Timur sampai dengan 0.522 di Melonguane, Sulawesi Utara.

Adapun 83 pusat kota Iainnya, yaitu dua kota di Bengkulu, tujuh kota di Lampung, 10 kota Jawa Tengah, dan tujuh kota di Jawa Timur, serta semua kota di Jawa Barat (kecuali Indramayu), Banten, DKI Jakarta, sedangkan di Pulau Sumatra, hanya sebagian kecil di wilayah itu di bagian selatan.

Yogyakarta tidak akan dilalui gerhana itu karena nilai magnitudo gerhananya kurang dari 0. Oleh karena itu, seluruh fase gerhana di kota-kota itu tidak akan teramati.

Sementara pengamat yang berada di antara garis oranye dan ungu (sistem warna pengamatan) yaitu di 50 kota yang tersebar di Papua, Papua Barat, dan sebagian besar Maluku tidak akan mengamati kontak akhir .

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement