Kamis 25 Jun 2020 18:44 WIB

Hindari Panas Ekstrem, Petani Vietnam Tanam Padi Malam Hari

Vietnam melaporkan suhu tertinggi tahun lalu pada 43,4 derajat Celsius.

Red: Ani Nursalikah
Hindari Panas Ekstrem, Petani Vietnam Tanam Padi Malam Hari. Ilustrasi
Hindari Panas Ekstrem, Petani Vietnam Tanam Padi Malam Hari. Ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, HANOI -- Sekelompok petani di pinggiran Hanoi, ibu kota Vietnam, pekan ini menanam padi dengan bantuan lampu di kepala mereka untuk menerangi tanah yang tergenang air di tengah pekatnya malam.

Para petani dari komunitas Tam Thanh itu mengatakan mereka terpaksa bekerja di malam hari untuk menghindari terik matahari yang mereka klaim telah memburuk selama beberapa tahun terakhir.

Baca Juga

"Suhu naik satu atau dua derajat (Celsius) setiap tahun," kata Le Van Ha (40 tahun) yang menyalahkan penebangan pohon di daerah itu sebagai penyebab kenaikan suhu ekstrem.

Ha, yang tidak ingin anak-anaknya mengikuti jejaknya sebagai petani, mengatakan ia sekarang bangun pukul 02.00 untuk menghindari panas matahari yang menyengat. Meskipun bekerja di malam hari telah memangkas produktivitas, ia mengatakan mereka dapat bekerja lebih lama dengan menghindari panas.

Vietnam melaporkan suhu tertinggi tahun lalu pada 43,4 derajat Celsius (110 Fahrenheit) di Provinsi Ha Tinh di Vietnam tengah. Seorang pejabat di Pusat Prediksi Hidro-Meteorologi Vietnam mengatakan, banyak wilayah di negara itu mengalami gelombang panas baru tahun ini, meskipun suhu sejauh ini di bawah rekor tertinggi tahun lalu.

Suhu di bagian utara dan tengah Vietnam berkisar antara 35 Celsius dan 40 Celsius pada Kamis (25/6). Seorang petani lain, Thai Hong Ngoc (50) mengatakan menanam padi di malam hari membuat jauh lebih sedikit tanaman padi yang layu karena panas yang ekstrem. Ia juga bersyukur mereka sekarang memiliki mesin yang dapat digunakan untuk memanen padi.

"Jika saya harus memanen secara manual seperti sebelumnya, pasti saya akan lebih memilih untuk meninggalkannya. Ini terlalu panas," kata Ngoc.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement