Jumat 26 Jun 2020 20:59 WIB

Airlangga: Ekonomi Mulai Menguat karena Adanya Normal Baru

Sektor yang bergerak naik seperti industri otomotif, pertambangan dan jasa keuangan.

Red: Nidia Zuraya
Menko PMK Muhadjir Effendy (kiri) dan Menko Perekonomian Airlangga Hartarto mengikuti KTT ASEAN ke-36 yang digelar secara virtual di Istana Bogor, Jawa Barat, Jumat (26/6/2020). Dalam KTT dengan tuan rumah Vietnam tersebut, Presiden Joko Widodo menekankan pentingnya untuk memperkuat kerja sama antar negara anggota ASEAN dalam pemulihan ekonomi dampak pandemi COVID-19 serta mengusulkan perlunya pengaturan ASEAN Travel Corridor. ANTARA FOTO/Sigid Kurniawan/POOL/wsj.
Foto: Antara/Sigid Kurniawan
Menko PMK Muhadjir Effendy (kiri) dan Menko Perekonomian Airlangga Hartarto mengikuti KTT ASEAN ke-36 yang digelar secara virtual di Istana Bogor, Jawa Barat, Jumat (26/6/2020). Dalam KTT dengan tuan rumah Vietnam tersebut, Presiden Joko Widodo menekankan pentingnya untuk memperkuat kerja sama antar negara anggota ASEAN dalam pemulihan ekonomi dampak pandemi COVID-19 serta mengusulkan perlunya pengaturan ASEAN Travel Corridor. ANTARA FOTO/Sigid Kurniawan/POOL/wsj.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengatakan kinerja perekonomian mulai memperlihatkan adanya tanda-tanda penguatan pada pertengahan Juni 2020. Kondisi ini seiring dengan adanya pemberlakuan normal baru.

Airlangga saat mengisi webinar di Jakarta, Jumat (26/6), mengatakan pemberlakuan normal baru telah memberikan kontribusi kepada penguatan nilai tukar maupun IHSG serta kembali masuknya aliran modal kepada perekonomian nasional.

Baca Juga

"Dengan new normal, kegiatan masyarakat sudah mulai bergerak ke arah positif. Kemudian kalau dilihat dari fundamental dan sentimental perekonomian juga mendapatkan momentum positif," katanya.

Menurut dia, beberapa sektor yang mulai bergerak naik antara lain industri otomotif, pertambangan, bahan bangunan, jasa keuangan, teknologi informasi, alat berat, permesinan, pengemasan barang, dan pembangkit energi.

Beberapa sektor tertentu bahkan tidak mengalami pengaruh selama masa pandemi Covid-19 dan kinerjanya justru meningkat, yaitu industri rokok dan tembakau, makanan pokok, batubara, farmasi dan alat kesehatan, serta minyak nabati.

"Minyak nabati ini terutama Crude Palm Oil (CPO), karena kita berhasil membuat program B30. Inilah sektor-sektor yang dapat menghela Indonesia untuk recover lebih cepat," ujar mantan Menteri Perindustrian ini.

Airlangga mengatakan pentingnya upaya untuk mendorong normal baru untuk memulihkan kinerja perekonomian juga diutarakan dalam Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) ASEAN Summit ke-36 yang berlangsung Jumat (26/6) di tengah pandemi Covid-19.

"Efek dari Covid-19 ini tidak dialami oleh Indonesia saja, tapi juga sekitar 215 negara lain di dunia. Dalam KTT ASEAN tadi, semua menyampaikan hal yang sama bahwa sudah masuk di dalam era new normal dan mendorong bagaimana melakukan reset ekonomi," katanya

Selain itu, lanjut Airlangga, berbagai negara sudah sepakat bahwa vaksin untuk Covid-19 adalah barang milik bersama (public goods) yang berarti tidak ada pengenaan hak kekayaan intelektual atas penemuan vaksin tersebut karena pandemi ini adalah krisis kemanusiaan.

"Begitu vaksin ditemukan, maka Singapura, Vietnam, maupun Indonesia diharapkan bisa mempersiapkan fasilitas manufaktur agar solidaritas ASEAN ini bisa terjaga dan kita bisa sama-sama menghentikan pandemi Covid-19 sekaligus untuk me-restart perekonomian," ujarnya.

Dalam kesempatan ini, Airlangga juga kembali memaparkan tiga program dan kebijakan di bidang perekonomian untuk mengatasi dampak dari pandemi Covid-19.

Kebijakan itu adalah program pemulihan ekonomi nasional, program exit strategy yaitu pembukaan ekonomi secara bertahap menuju normal baru, serta reset dan transformasi ekonomi untuk mendorong percepatan pemulihan ekonomi.

"Dalam upaya penanganan Covid-19 ini, pilar pertama yang menjadi prioritas pemerintah adalah kesehatan, disusul dengan pilar sosial, ekonomi, dan keuangan," katanya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement