Senin 06 Jul 2020 05:04 WIB

PSSI Vs Shin Tae-yong, Hentikanlah Drama Pepesan Kosong

PSSI dan Shin Tae-yong harus kembali fokus mengurusi timnas menuju Piala Dunia U-20.

Red: Andri Saubani
Ketua Umum PSSI Mochamad Iriawan (kiri) memakaikan jaket Timnas Indonesia ke Pelatih Timnas Indonesia Senior yang baru Shin Tae-Yong (kanan) di Stadion Pakansari, Cibinong, Bogor, Jawa Barat, Sabtu (28/12/2019).
Foto: Antara/Yulius Satria Wijaya
Ketua Umum PSSI Mochamad Iriawan (kiri) memakaikan jaket Timnas Indonesia ke Pelatih Timnas Indonesia Senior yang baru Shin Tae-Yong (kanan) di Stadion Pakansari, Cibinong, Bogor, Jawa Barat, Sabtu (28/12/2019).

REPUBLIKA.CO.ID, oleh Andri Saubani*

Latihan skuat Timnas U-19 secara virtual bersama pelatih Shin Tae-yong pada 27 Mei atau beberapa hari setelah Idul Fitri lalu menjadi sesi latihan terakhir yang dijalani Skuat Garuda Muda. Ikut terdampak pandemi Covid-19, program latihan yang disusun oleh pelatih Shin Tae-yong pun berantakan.

Kondisi Timnas U-19 yang diproyeksikan berlaga di Piala Dunia U-20 di mana Indonesia menjadi tuan rumah pada 2021 mendatang menjadi semakin tidak kondusif menyusul polemik antara Shin Tae-yong dengan pengurus PSSI. Belakangan, Ketum PSSI M Iriawan memang telah berbicara dengan Tae-yong yang kini berada di Korsel secara virtual, namun kekecawaan Tae-yong terhadap PSSI yang diungkapkannya kepada media-media di Korsel jadi bukti adanya ketidakberesan hubungan antara pelatih skuat Garuda Muda dan federasi.

Tae-yong mengkritik PSSI mulai dari pembayaran gaji yang telat, penetapan target yang tidak realistis hingga menyinggung didepaknya Ratu Tisha dari kursi jabatan sekjen PSSI. Tidak jelas diketahui apa penyebab awalnya hingga Tae-yong mengumbar ‘urusan dapur’ federasi kepada media di Korsel. Namun, yang pasti hingga kini Tae-yong belum kembali ke Tanah Air dan meminta sekitar 40-an anak asuhnya dikirim ke negaranya untuk berlatih di Negeri Ginseng.

Polemik antara Tae-yong dan PSSI juga dibumbui oleh cerita sampingan digesernya Indra Sjafri dari jabatan asisten pelatih timnas menjadi direktur teknik. Belakangan diketahui, hubungan kerja Tae-yong dan Indra retak saat Timnas U-19 menjalani uji coba di Thailand.

Alih-alih menjadi penengah dan mendamaikan, Indra Sjafri justru membuat polemik menjadi tambah panas. Indra berbicara kepada media di Indonesia bahwa sikap Tae-yong saat ini imbas dari rasa tidak percaya diri atas janji-janjinya kepada PSSI.

Saat Iriawan atau yang akrab disapa Iwan Bule terpilih sebagai ketum PSSI belum lama ini, harapan terhadap masa depan prestasi timnas Indonesia mulai kembali mengapung. Iwan terlihat serius menjadi timnas Indonesia sebagai etalase prestasi kepengurusannya dengan menyeleksi calon pelatih skuat Garuda kelas dunia. Luis Milla, yang merupakan mantan pelatih timnas Indonesia kesayangan suporter pun sempat diseleksi, meski akhirnya pada Desember 2019, pilihan federasi jatuh kepada Shin Tae-yong.

Tae-yong pun mengakui sempat takjub dengan antusiasme dan fanatisme suporter Indonesia setelah dirinya menonton langsung kick-off Liga 1 2020 di Stadion Gelora Bung Tomo, Surabaya pada Februari lalu, yang membuatnya tambah bersemangat melatih timnas Indonesia. Program pun disusun, puluhan pemain diseleksi hingga akhirnya pandemi Covid-19 datang dan memaksa Tae-yong pulang ke Korsel pada April 2020.

Tae-yong pun meminta anak asuhnya dikirim ke Korsel dengan alasan ancaman Covid-19 di sana lebih rendah dibandingkan dengan di Indonesia. Jika merujuk pada statistik dan kurva Covid-19 di Tanah Air, argumentasi Tae-yong memang bisa diterima, namun sepertinya PSSI tidak dapat memenuhi permintaannya itu. PSSI meminta Tae-yong menghormati kontraknya dan mengultimatum agar pelatih berusia 51 tahun itu segera kembali ke Indonesia.

Keputusan segera juga dituntut oleh Menpora Zainuddin Amali yang baru terpilih sebagai panitia Piala Dunia U-20 (Inafoc). Pemerintah tidak mau Indonesia sekadar sukses sebagai tuan rumah tapi timnasnya jadi bulan-bulanan di kandang sendiri. Oleh karena itu, jika PSSI harus menuruti permintaan Tae-yong mengirim skuat timnas ke Korsel, pemerintah akan menyiapkan anggaran dengan syarat program harus segera disusun dan proposal segera diserahkan ke pemerintah lantaran anggaran mesi dialokasikan di APBN. Intinya, apa pun keputusan yang diambil PSSI, pemerintah akan mendukung.

Didesak pemerintah dan dikejar waktu menuju Piala Dunia U-20 tahun depan, PSSI memang harus harus segera mengambil keputusan, menuruti kemauan Tae-yong atau tetap mempertahankan ‘gengsi’ federasi yang ujungnya memecat Tae-yong. Meski, keputusan memecat Tae-yong bisa berdampak pada kemungkinan gugatan pemutusan kontrak ke FIFA.

Jika pilihannya adalah mempertahankan Tae-yong, PSSI juga harus realistis dengan tidak membebankan kepelatihan Tae-yong mengampu beberapa level timnas. Diketahui, kontrak Tae-yong bersama PSSI memang untuk melatih tiga level timnas, yakni Timnas-19, Timnas U-16, dan Timnas Senior.

Sangat tidak masuk akal mengharapkan hasil maksimal dari pelatih dalam dua event yang nyaris bersamaan pada akhir tahun ini, Timnas U-19 berlaga di Piala Asia U-20 di Uzbekistan dan Timnas Senior di Piala AFF 2020. Bisa jadi, salah satu alasan PSSI menolak mengirim skuat Timnas U-19 ke Korsel agar Tae-yong tetap bisa melatih secara simultan di tiga level timnas berbeda.

Sebagai pelatih kelas dunia dan punya pengalaman melatih tim berlaga di Piala Dunia, Tae-yong semestinya cukup fokus melatih Timnas U-19. Kontrak pun harus direvisi; Tae-yong hanya mengurusi Bagas Kahfi dkk dengan klausul berprestasi sesuai target atau dipecat.

Piala Dunia U-20 berlangsung di Indonesia pada 20 Mei-12 Juni 2021. Di Piala Dunia U-20 itu akan ada enam grup dengan total peserta 24 negara. Iwan Bule pun menargetkan Timnas U-19 Indonesia bisa mencapai 16 besar. Harapan yang sama juga diutarakan Presiden Joko Widodo (Jokowi) lewat Menpora yang ingin melihat timnas lolos dari babak penyisihan grup.

Target PSSI dan harapan Presiden tak akan kesampaian jika melihat kondisinya seperti saat ini. Sehingga, PSSI dan Shin Tae-yong harus segera mengakhiri drama pepesan kosong ini dan fokus mengantar skuat Garuda Muda terbang menggapai prestasi kelas dunia.

*penulis adalah redaktur Republika.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement