Ahad 12 Jul 2020 00:55 WIB

China Temukan Virus Corona pada Makanan Beku Kemasan

Penemuan itu tak berarti Covid-19 dapat ditularkan melalui makanan kemasan

Rep: Nugroho Habibi/ Red: Christiyaningsih
Makanan beku (ilustrasi). China temukan virus corona pada makanan beku kemasan.
Foto: flickr
Makanan beku (ilustrasi). China temukan virus corona pada makanan beku kemasan.

REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING -- Pemerintah China mendeteksi virus corona atau Covid-19 pada makanan kemasan dan di dalam wadah udang beku impor. Namun, penemuan itu tak berarti Covid-19 dapat ditularkan melalui makanan kemasan.

Direktur Jenderal Biro Keamanan Pangan Impor dan Ekspor Administrasi Umum Kepabeanan China, Bi Kexin, menjelaskan pihaknya menemukan enam sampel positif Covid-19 pada sekitar 223 ribu sampel makanan beku impor, interior dan eksterior kemasan di Beijing. Pengambilan sampel sebanyak itu sebagai langkah pencegahan Pemerintah China usai munculnya kasus Covid-19 di Beijing yang berasal dari pasar makanan.

Baca Juga

Pada pertengahan Juni 2020, Pemerintah China menemukan virus corona di papan pemotong yang digunakan untuk salmon impor. Meskipun, para ahli menyebut ikan itu tidak mungkin membawa virus.

Bi Kexin mengatakan sampel positif itu ditemukan pada bagian luar kemasan makanan dan bagian dalam wadah udang putih yang dijual oleh tiga perusahaan asal Ekuador. Sementara, makanan dan interior kemasannya ketika diuji hasilnya negatif.

“Hasilnya menunjukkan bahwa wadah dan pengemasan perusahaan-perusahaan ini memiliki risiko terkontaminasi virus corona. Para ahli mengatakan bahwa meskipun ini tidak berarti mereka dapat menularkan virus, tapi itu menunjukkan bahwa manajemen (impor) keamanan makanan tidak ideal,” kata Bi Kexin dikutip dari South China Morning Post pada Sabtu (11/7).

Bea Cukai Tiongkok telah menangguhkan impor makanan dari tiga perusahaan Ekuador itu. Mereka mendesak pemerintah Ekuador untuk meningkatkan kontrolnya atas makanan beku yang diekspor ke China.

Wakil Direktur Pusat Nasional Penilaian Risiko Keamanan Pangan China, Li Ning, menjelaskan telah menguji 60 ribu sampel makanan di Provinsi Zhejiang, Yunnan, Henan, dan Shandong dan daerah otonom Ningxia Hui. Dari uji itu, hasilnya semuanya negatif Covid-19.

"Anggota staf tidak boleh pergi bekerja jika mereka memiliki gejala seperti demam, batuk, dan kelelahan," kata Li.

Li menyatakan fasilitas pemrosesan makanan dan toko ritel harus memperkuat tindakan kebersihan. Langkah itu dilakukan untuk mencegah infeksi Covid-19.

"Konsumen harus membersihkan bahan makanan sebelum dimasak dan memastikan makanan dimasak dengan matang untuk membunuh virus corona dan mikroorganisme patogen lainnya," pinta Li.

Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
قُلْ لَّآ اَجِدُ فِيْ مَآ اُوْحِيَ اِلَيَّ مُحَرَّمًا عَلٰى طَاعِمٍ يَّطْعَمُهٗٓ اِلَّآ اَنْ يَّكُوْنَ مَيْتَةً اَوْ دَمًا مَّسْفُوْحًا اَوْ لَحْمَ خِنْزِيْرٍ فَاِنَّهٗ رِجْسٌ اَوْ فِسْقًا اُهِلَّ لِغَيْرِ اللّٰهِ بِهٖۚ فَمَنِ اضْطُرَّ غَيْرَ بَاغٍ وَّلَا عَادٍ فَاِنَّ رَبَّكَ غَفُوْرٌ رَّحِيْمٌ
Katakanlah, “Tidak kudapati di dalam apa yang diwahyukan kepadaku, sesuatu yang diharamkan memakannya bagi yang ingin memakannya, kecuali daging hewan yang mati (bangkai), darah yang mengalir, daging babi – karena semua itu kotor – atau hewan yang disembelih bukan atas (nama) Allah. Tetapi barangsiapa terpaksa bukan karena menginginkan dan tidak melebihi (batas darurat) maka sungguh, Tuhanmu Maha Pengampun, Maha Penyayang.

(QS. Al-An'am ayat 145)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement