Senin 13 Jul 2020 16:09 WIB

Ini Bukan Impian Zahra

Memang manusia berencana, namun Tuhan mengetahui yang terbaik untuk umat-Nya.

Red: Karta Raharja Ucu
Ini bukan impian Zahra (foto: ilustrasi Zahra Muzdalifah)
Foto: Instagram
Ini bukan impian Zahra (foto: ilustrasi Zahra Muzdalifah)

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Zahra Muzdalifah, Pemain Timnas Sepakbola Wanita Indonesia

Tentunya semua pebisnis memiliki motivasi dalam hidupnya bukan? Ada yang ingin sekedar menghamburkan uangnya, ada yang mungkin terpaksa harus menjalaninya –karena mungkin membutuhkan uang atau memang sudah menjadi hobi mereka. Walau begitu, bagi Zahra –bisnis sendiri bukanlah hal yang ia cita-citakan sejak awal. Pikirannya terus berputar kepada ketidakminatannya untuk mengeluarkan banyak uang demi mendapatkan uangnya kembali.

Membuat bisnis sendiri bukan merupakan hal mudah. Perlu adanya ide, referensi, serta berbagai strategi untung dan rugi. Ini merupakan hal yang tidak ingin Zahra lakukan sebenarnya.

Menurutnya, membuat bisnis bukan menjadi jalannya dalam hidup. Bisnis menjadi pilihan terakhir Zahra. Ya, tidak mungkin terjadi bukan? Salah.

Di suatu hari yang cerah, tiba-tiba saja Zahra mendapatkan panggilan dari saudara jauhnya. Aska namanya. Setelah berbincang, Aska pun mengucapkan kalimat yang membuat pemikiran Zahra tentang bisnis melenceng jauh dari sebelumnya.

“Zahra, lo kan pinter design. Kenapa gak dijadiin bisnis aja? Jasa design gitu. Menurut gue talent lo bagus banget sih. Sayang kalo gak dimanfaatin. Dan lo gak perlu ngerasa lo kerja kalo lo nge-design, lo melakukan hal yang benar-benar lo suka.”

Design. Bisnis? Apakah itu ide yang baik? Zahra sendiri membatin.

Aska juga mengatakan ia dapat melakukan hal tersebut sebagai pekerjaan sampingan. Bila tidak ada pesanan, berarti Zahra sendiri tidak butuh modal. Sedangkan kalau ada pesanan, modal tersebut langsung dibayar dengan untung. Wah, menarik banget buat Zahra. Setelah pemikiran yang lama, akhirnya Ia pun berkonsultasi dengan kedua orang tuanya.

“Mama dan Papa akan selalu support apa pun yang Zahra pengen. Kalo Zahra mau bisnis, Mama dan Papa dukung,” begitu respon yang didapatkan Zahra. Zahra senang mendengarnya. Berarti, ia bisa memulai bisnis apa pun dengan alasan untuk membantu orang tuanya juga.

Tapi, bisnis apa ya?

Ini yang membuat Zahra harus mengurungkan diri selama dua hari. Ia bingung dengan bisnis apa yang harus ia laksanakan. Joki design? Bukannya harus punya portofolio? Zahra tidak percaya diri dalam memamerkan portofolio tersebut. Tapi adalah sebuah keharusan untuk membuat portofolio.

Design sendiri merupakan hal yang relatif. Bagaimana cara client tahu bahwa design buatan Zahra sesuai dengan selera mereka? Oh tidak, bukan ide yang tepat.

Oh! Gue tahu!

Ide tersebut datang jam dua malam saat ia melihat berbagai referensi tentang design yang bisa menjadi portofolionya. Ia pernah membuat kartu ucapan kepada temannya karena ia tidak sempat mengunjungi teman tersebut.

Hm, menarik.

Zahra pun melihat design tersebut berulang-ulang. Design ini menarik dan bisa membuat pasar tersendiri. Tidak perlu ada portofolio, yang penting ada berbagai style yang dipromosikan.

Zahra memutuskan untuk membuat bisnis kartu ucapan. Bisnis kartu ucapan dianggap menjadi solusi paling bagus. Sebab menurut dia sejak pandemi Covid-19, orang-orang tidak dapat bertemu dan bercengkrama. Komunikasi pun sekarang beralih kepada telepon dan video call.

Kartu ucapan bisa menjadi hal yang menarik, karena selain mereka tidak perlu bertemu –kartu ucapan menjadi hal yang sangat spesial untuk didapatkan, bukan? Hal tersebut pertanda bahwa mereka menyayangi satu sama lain.

Bahkan, beruntungnya lagi Zahra tidak perlu keluar banyak modal. Karena Ia hanya membutuhkan kemampuannya dia dengan berbagai macam model pengerjaan kartu ucapan.

Setelah berdiskusi dengan banyak orang, ia pun memutuskan untuk menamakan bisnisnya "Greatings". Ini berasal dari kata greetings atau ucapan, tetapi kata great digabungkan agar menunjukkan kualitas kartu ucapan yang akan dibuat Zahra. Dengan sisa energi malam yang Zahra punya waktu itu, ia langsung membuka situs Pinterest dan mencari-cari kartu ucapan yang sekiranya dapat masuk ke dalam semua gender dan semua kalangan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement