Senin 20 Jul 2020 13:23 WIB

Kementan Dorong Pengusaha Ubi Jalar Manfaatkan KUR

KUR bisa menjadi solusi untuk bantuan permodalan, terutama dalam pengadaan alat

Rep: Dedy Darmawan Nasution/ Red: Gita Amanda
Kementerian Pertanian (Kementan) mendorong para pelaku usaha di bidang ubi jalar untuk memanfaatkan fasilias permodalan Kredit Usaha Rakyat (KUR).
Foto: Humas Kementan
Kementerian Pertanian (Kementan) mendorong para pelaku usaha di bidang ubi jalar untuk memanfaatkan fasilias permodalan Kredit Usaha Rakyat (KUR).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kementerian Pertanian (Kementan) mendorong para pelaku usaha di bidang ubi jalar untuk memanfaatkan fasilias permodalan Kredit Usaha Rakyat (KUR). KUR dinilai dapat mempercepat usaha di sektor pertanian untuk dapat meningkatkan skala bisnis terlebih bagi pengembangan pangan lokal selain beras.

"Ada peluang yang dapat dimanfaatkan terkait modal. Ada KUR dengan bunga yang sangat kecil 6 persen per tahun. Setiap petani bisa dapat tanpa agunan," kata Direktur Aneka Kacang dan Umbi, Kementan, Amiruddin Pohan dalam Rapat Pimpinan Nasional Asosiasi Asosiasi Agrobisnis Petani Ubi Jalar Indonesia secara virtual, Senin (20/7). Agenda rapimnas ini terselenggara atas kerja sama antara Kementan, Asapuji, Republika, dan PT Pupuk Indonesia.

Baca Juga

Amiruddin mengatakan, pengembangan diversifikasi pangan lokal masuk dalam cara bertindah kedua pemerintah jika cara bertindah pertama dengan optimalisasi padi dan jagung dirasa kurang berhasil. Karena itu, pemerintah juga berkewajiban melakukan pembinaan kepada para petani ubi jalar untuk bisa terus meningkatkan produksi ubi jalar.

Adanya asosiasi khusus ubi jalar, diharapkan membenahi sisi pascapanen dari ubi jalar. Pada tahap itu, KUR bisa menjadi solusi untuk bantuan permodalan, terutama dalam pengadaan alat dan mesin pertanian.

"Kita mendorong agar ubi jalar bisa lebih luas lagi. Walaupun anggaran terbatas, ini bisa jadi stimulan," kata dia.

photo
Rapimnas Asapuji - (dokrep)

Sementara itu, Bupati Kabupaten Merangin, Jambi, Muhammad Kamil, menambahkan, wilayah Merangin menjadi salah satu pusat sentra ubi jalar. Saat ini terdapat area luasan pusat budidaya ubi jalar lebih dari 400 hektare. Adapun potensi pengembangan wilayah mencapai 10 ribu hektare di dua kecamatan.

Hanya saja, senada dengan Amiruddin, ia mengatakan kendala utama terjadi dalam tahap pemasaran ubi jalar. Sebab, petani masih memiliki keterbatasan mesin pengolahan. Di satu sisi, hal itu mengakibatkan fluktuasi harga yang cenderung rendah.

"Kami menginginkan agar kami bisa dibantu untuk bisa memiliki pabrik pengolahan ubi jalar. Kalau ini bisa, saya kira ongkos produksi petani bisa turun dan penjualan meningkat," kata dia.

Kamil mengatakan, di momen pencanangan diversifikasi pangan lokal, petani membutuhkan intervensi dari banyak pihak agar termotivasi mempertahankan usahanya. Pihaknya optimistis pengembangan pangan lokal menjadi salah satu langkah tepat untuk memulihkan kondisi ekonomi domestik di tengah pandemi Covid-19.

"Petani kita punya lahan banyak dan ubi jalar sangat mudah ditanam. Inilah cara menggairahkan ekonomi kita agar bangkit lagi," kata dia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement