Kamis 30 Jul 2020 20:15 WIB

Perjalanan Mudik Terasa Singkat Laiknya Lewat 'Lorong Waktu'

Beroperasinya Tol Trans-Sumatera menguntungkan pengusaha angkutan maupun masyarakat.

Red: Erik Purnama Putra
Kendaraan melintas di jalan Tol Trans Sumatera rute Bakauheni-Terbangi Besar di Desa Sabah Balau, Kecamatan Tanjung Bintang, Kabupaten Lampung Selatan, Provinsi Lampung, Kamis (28/5/2020).
Foto: Antara/Ardiansyah
Kendaraan melintas di jalan Tol Trans Sumatera rute Bakauheni-Terbangi Besar di Desa Sabah Balau, Kecamatan Tanjung Bintang, Kabupaten Lampung Selatan, Provinsi Lampung, Kamis (28/5/2020).

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh Erik Purnama Putra/Wartawan Republika

Taufik Alwie langsung mengingat perjalanan daratnya kala menyusuri rute full tol dari Kota Depok, Jawa Barat menuju Kota Palembang, Sumatra Selatan (Sumsel) pada Ramadhan 2019. Alwie sapaan akrabnya, bersama istri dan sang anak merasa tertarik untuk menjajal Tol Trans-Sumatera lantaran dari Lampung sudah terhubung sampai ke Palembang.

Meski sebagian Tol Terbanggi Besar, Lampung Tengah, Provinsi Lampung hingga Kayu Agung, Ogan Komering Ilir (OKI), Provinsi Sumsel sepanjang 189,2 kilometer (km) kala itu masih bersifat fungsional, ia merasa tertantang untuk mencobanya.

Dia malah senang dengan status fungsional, lantaran kendaraan tidak perlu membayar tarif tol, sehingga perjalanan menjadi lebih hemat. "Sekarang lebih cepet sampainya," kata Alwie kepada Republika, belum lama ini.

Sebagai Wong Kito asli yang merantau di Ibu Kota sejak tahun 90-an, Alwie menegaskan, jalan tol seolah membuat pemudik melalui 'lorong waktu'. Dengan lewat tol, ia menjadi jarang berhenti. Lagipula, saat itu ia merasa cukup beristirahat ketika di feri saat penyeberangan dari Jawa ke Sumatra. Menurut Alwie, perjalanan darat bersama keluarga kini benar-benar terasa lebih singkat. Waktu tempuh juga menjadi hampir separuhnya dibandingkan sebelumnya.

"Dengan tersambung tol ini, ke Palembang memang terasa perjalanan bisa sehari sampai," kata Awie yang memilih berangkat dari rumahnya di Depok pada pagi hari menyusuri Tol JORR menuju Pelabuhan Merak, Kota Cilegon, Banten disambung naik feri ke Pelabuhan Bakauheni, Kabupaten Lampung Selatan, serta langsung masuk Tol Trans-Sumatera.

Karena merupakan pengalaman pertama menyusuri Tol Trans-Sumatera, ia bisa menyetir dengan santai. Apalagi suasana jalan belum begitu ramai. Waktu itu, ia sengaja memilih membawa mobil pribadi lantaran penasaran dengan jalur tol ini. Hal itu berbeda ketika ia dulu masih menempuh jalan nasional lintas timur, di mana kerap menemui jalan berlubang atau berhenti ketika berpapasan dengan kendaraan lebih besar.

Alwie meyakini, keberadaan Tol Trans-Sumatera bakal menguntungkan Kota Palembang yang memiliki ikon Jembatan Ampera, lantaran menarik minat kunjungan warga Jakarta dan sekitarnya yang ingin berwisata menikmati empek-empek langsung dari tanah kelahirannya.

"Saya berangkat pagi, malam sudah sampai di Palembang," kata Alwie menjelaskan perjalannya bisa ditempuh tidak sampai berganti hari. Alwie juga tidak menyangka kehadiran jalur baru tersebut sangat memudahkan pemudik yang ingin pulang kampung.

Andrew, seorang Youtuber juga menceritakan pengalamannya menikmati perjalanan menggunakan bus Kramat Djati menyusuri Tol Trans-Sumatera pada medio Februari lalu atau sebulan sebelum pandemi Covid-19. Dia mengunggah perjalanannya lewat akun channel Youtube pribadinya.

Sebenarnya, Andrew berangkat dari Kota Bandung menuju Palembang, namun ia sengaja ingin menjajal pengalaman pertama menyusuri tol dari Pelabuhan Bakauheni menuju Kayu Agung sepanjang 330 km. Menurut dia, jarak sejauh itu dapat ditempuh hanya dalam waktu empat jam saja.

"Dengan kecepatan (bus) standar 80 sampai dengan 100 km per jam. Padahal dulu sebelum ada tol bisa 10 sampai dengan 12 jam loh," ucap Andrew yang hampir tidak percaya perjalanan menuju Palembang terasa singkat.

Dia pun merasa takjub dengan perkembangan pesat perjalanan rute darat di Pulau Sumatra. Bagi Andrew, berfungsinya tol benar-benar seolah 'keajaiban' karena dapat memangkas waktu tempuh hingga setengahnya.

"Sehingga dari Bakauheni ke Palembang nanti mungkin hanya memakan waktu sekitar 4 jam 30 menit saja. Wow, benar-benar perubahan yang sangat drastis dari yang dulunya 12 jam-an," ucap Andrew membandingkan pengalaman saat naik bus lewat jalan nontol.

Alwie dan Andrew adalah masyarakat yang 'beruntung' lantaran sudah mendapatkan manfaat beroperasinya Tol Trans-Sumatera. Kedua orang yang mewakili pengemudi kendaraan pribadi dan transportasi publik membuktikan sendiri manfaat kehadiran tol di Pulau Sumatra, yang mendukung mobilitas masyarakat antarprovinsi, bahkan antarpulau.

Jalur tol saat ini sebenarnya sudah tersambung sampai Kota Palembang. Hanya saja, peresmian Tol Kayu Agung-Palembang sepanjang 33,5 km oleh Presiden Joko Widodo (Jokowi) terus tertunda lantaran pandemi Covid-19.

Pemerintah merencanakan, dari Bakauheni, Provinsi Lampung sampai Banda Aceh, Provinsi Aceh sepanjang 2.818 km nantinya tersambung tol, yang konsesinya mayoritas dipegang PT Hutama Karya. Target ambisius ini dicanangkan untuk menyambungkan ujung selatan dan utara Pulau Sumatra terkoneksi jalan bebas hambatan.

Saat ini, pembangunan Tol Trans-Sumatera dilakukan di berbagai titik sehingga seolah menunjukkan garis putus-putus. Meski begitu, tol dari Lampung ke Palembang sepanjang 366 km, menjadi titik penting bagi masyarakat dua provinsi ketika ingin bepergian menjadi semakin mudah.

Diuntungkan

Ketua Dewan Pengurus Cabang (DPC) Organisasi Angkutan Darat (Organda) Kota Bandarlampung, Tony Eka Candra, menuturkan, beroperasinya Tol Trans-Sumatera sangat menguntungkan pengusaha angkutan maupun masyarakat. Dia menjelaskan, ketika tol dari Pelabuhan Bakauheni tersambung sampai Kota Palembang, mobilitas masyarakat antarkota dan antarprovinsi meningkat. Bahkan, pergerakan antarpulau dari Jawa ke Sumatra juga melonjak, karena perjalanan semakin cepat.

Pihaknya mendapati, baik penumpang kendaraan pribadi maupun bus sempat naik drastis lewat tol dari Lampung menuju Palembang, meski kemudian terpukul gara-gara pandemi Covid-19. "Pergerakan masyarakat meningkat dan ini juga menggeliatkan perekonomian masyarakat. Karena penumpang bus juga cepat sampai lewat tol, sementara tarif tidak berbeda terlalu banyak," kata Tony kepada Republika.

Menurut Tony, keberadaan Tol Trans-Sumatera terbukti memberikan efek multiplier bagi semua kalangan masyarakat. Jika dibandingkan lewat jalan umum, sambung dia, secara hitung-hitungan pengusaha angkutan merasa lebih untung kala mengangkut penumpang lewat tol. Keuntungan didapat lantaran biaya operasional kendaraan bisa ditekan. Perusahaan otobus (PO), meski harus membayar tarif tol, namun pengeluaran bahan bakar minyak (BBM) lebih hemat.

Belum lagi, penumpang juga biasanya memilih bus eksekutif atau patas dengan pertimbangan cepat sampai dengan tarif terjangkau. Sementara bagi pemerintah, menurut Tony, manfaat dirasakan dengan status jalan eksisting antarprovinsi kini bebannya berkurang, sehingga tidak cepat rusak.

Hal itu otomatis mengurangi biaya pemeliharaan jalan, sehingga dananya dapat dialihkan untuk pembangunan infrastruktur lainnya. "Bus antarprovinsi juga tidak lagi beberapa kali berhenti di tengah jalan untuk makan, pengusaha bus juga bisa meningkatkan pelayanannya menyambut beroperasinya tol ini," kata Tony yang juga ketua Komisi IV DPRD Provinsi Lampung ini.

Jika nanti Tol Trans-Sumatera terhubung dari Provinsi Lampung sampai Aceh, Tony tidak bisa membayangkan betapa pesatnya kemajuan daerah yang dilalui tol. Dia memprediksi, bus dari Jawa dengan tujuan Aceh, yang melewati Lampung, Palembang, Pekanbaru, Padang, bakal dipenuhi penumpang.

Mobilitas penumpang diiringi perpindahan barang atau logistik bakal melonjak. Masyarakat pun diyakini bakal lebih senang menikmati jalur darat lantaran perjalanan lebih lancar, singkat, dan bonus pemandangan alam. Untuk itu, pihaknya mewakili Organda Bandarlampung meminta pengusaha angkutan dan pariwisata menyiapkan diri menghadapi peluang besar itu dengan menyediakan armada dengan pelayanan berkualitas.

"Ada bus eksekutif, tapi bus ekonomi juga tetap disediakan untuk sesuai minat masyarakat. Yang pasti tidak hanya antarkota antarprovinsi, bahkan koneksitas antarpulau dari Jawa ke Sumatra bakal membuat penyeberangan dan mobilitas penduduk meningkat," ucap Tony.

Gubernur Sumsel, Herman Deru menyebut, beroperasinya Tol Kayu Agung-Palembang turut mendukung jalur mobilisasi bagi masyarakat dan juga pemerintah. Pihaknya pun menyampaikan terima kasih atas komitmen pemerintah pusat, kontraktor, dan berbagai pihak lainnya yang turut membantu pembangunan tol hingga dapat dinikmati oleh masyarakat Sumsel.

Meski lalu lintas kendaraan pribadi dan truk pengangkut barang belum terbilang ramai, namun hal itu tidak bisa menjadi tolok ukur. Menurut dia, pandemi Covid-19 memang mendorong lalu lintas kendaraan menjadi lebih sedikit.

Hanya saja, Herman meyakini, keberadaan tol di Sumsel bakal turut mendukung perputaran ekonomi di masyarakat. "Dengan telah beroperasinya Tol Kayu Agung-Palembang ini sangat membantu masyarakat dan pemerintah daerah yang berdampak pada pengurangan jarak dan waktu tempuh pastinya," ucap Herman.

Percepat pembangunan

Pembangunan Tol Trans-Sumatera ini berdasarkan Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 100 Tahun 2014 yang kemudian diubah dengan Perpres Nomor 117 Tahun 2015, yang memberi amanah kepada PT Hutama Karya untuk membangun dan mengembangkan jaringan tol di pulau berpenduduk terpadat kedua di Indonesia ini.

Tol Trans-Sumatera yang menghubungkan Lampung dan Aceh dibagi menjadi 24 ruas jalan berbeda. Sesuai master plan, panjang keseluruhannya mencapai 2.818 km, yang ditargetkan beroperasi penuh pada 2024.

Untuk mempercepat realisasi jaringan tol terpanjang di negeri ini, PT Hutama Karya selaku badan usaha jalan tol (BUJT), baru-baru ini melakukan penandatanganan amandemen pengusahaan jalan tol (PPJT) Jalan Tol Trans-Sumatera (JTTS) bersama dengan Badan Pengatur Jalan Tol (BPJT) Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR).

Executive Vice President Divisi Sekretaris Perusahaan Hutama Karya, Muhammad Fauzan, menuturkan, terealisasinya agenda penandatanganan ini membuat eksekusi di lapangan semakin mudah. "Saya atas nama Hutama Karya mengucapkan terima kasih, semoga akan membuat proses pembangunan Jalan Tol Trans-Sumatera lebih lancar sesuai rencana," ujar Fauzan dalam siaran.

Saat ini, Hutama Karya terus melakukan upaya terbaiknya dalam membangun ketujuh ruas yang mendapatkan penambahan alokasi dana talangan tanah tahun 2020 tersebut. Dana talangan itu digunakan untuk mempercepat pembangunan tujuh ruas tol di Sumatra. Adapun pihak perusahaan telah membangun lima ruas Tol Trans-Sumatera sepanjang 588 km dengan status beroperasi dan bisa dilewati umum.

Kepala Badan Pengelola Jalan Tol (BPJT) Kementerian PUPR, Danang Parikesit mengatakan, dibangunnya Tol Trans-Sumatera dengan rute cukup panjang, menjadi jawaban atas terhubungnya setiap wilayah yang terus dikoneksikan dengan daerah yang dahulunya sulit dijangkau. Menurut Danang, kehadiran konektivitas Tol Trans-Sumatera sangat memberikan dampak positif dalam memangkas biaya logistik agar daya saing produk Indonesia semakin meningkat.

Selanjutnya, jaln tol juga dapat mendukung aksesibilitas pengembangan wilayah yang berada di sekitar jalan tol tersebut. Bukan hanya itu, sambung dia, efisiensi waktu tempuh perjalanan di Pulau Sumatra yang terkoneksi dengan tol di setiap wilayahnya kini menjadi semakin cepat.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement