Rabu 05 Aug 2020 17:55 WIB

Sarjana Barat Akui Strategisnya Hijrah Rasulullah ke Madinah

Hijrah Rasulullah dalam pandangan sarjana Barat sangatlah strategis.

Red: Nashih Nashrullah
Hijrah Rasulullah dalam pandangan sarjana Barat sangatlah strategis.Hijrah, ilustrasi
Hijrah Rasulullah dalam pandangan sarjana Barat sangatlah strategis.Hijrah, ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, Banyak ulama yang berpendapat bahwa hijrah Rasulullah dan para sahabatnya dari Makkah ke Madinah tidak akan terjadi jika tidak ada campur tangan Allah. Campur tangan itu dapat berupa perencanaan, persiapan, ataupun perlindungan. Tidaklah mengherankan kalau efek yang ditimbulkan oleh hijrah begitu besar.

Dikatakan oleh seorang sarjana Barat, L Stoddart, peristiwa hijrah seolah mengubah padang pasir Timur Tengah menjadi mesiu yang disulut dari Madinah dan meledakkan Jazirah Arab seluruhnya. Sebab, katanya, seperti dikutip  Nurcholish Madjid dalam artikel "Hijrah Menuju Kemenangan", setelah 10 tahun hijrah ke Madinah, beliau menjadi tokoh sejarah yang paling sukses dalam sejarah umat manusia. 

Baca Juga

Kesuksesan itu pula yang menjadi alasan Michael Hart meletakkan Nabi SAW di antara 100 tokoh dunia yang pengaruhnya paling besar. Hart menjelaskan, pengaruh besar Nabi SAW terbangun setelah hijrah dari Makkah ke Madinah. Selama 13 tahun di Makkah, hampir tidak ada prestasi gemilang yang diraih olehnya.  

Kesuksesan Nabi SAW itu dilanjutkan para sahabat, seperti Abu Bakar, Umar bin Khattab, Utsman bin Affan, Ali bin Abi Thalib, dan lain-lain. Pada zaman Khalifah Umar, selang beberapa tahun setelah Nabi SAW wafat, Persia sudah jatuh ke tangan umat Islam. Dalam tempo yang sangat singkat, kekuasaan Islam telah menyebar dari Andalusia di Barat sampai ke Cina di sebelah timur. 

''Demikianlah efek hijrah,'' kata Nurcholish Madjid. ''Tuhan telah menjanjikan bahwa orang yang berpindah demi kebenaran akan mendapatkan kemudahan yang banyak serta keluasan dan kebebasan. Lahirnya Amerika juga karena ada orang-orang Eropa yang mencari kebebasan,'' lanjut Cak Nur, panggilan akrab (Alm) Nurcholish Madjid.

Ada gambaran yang sangat indah dari Imam Syafii terkait dengan hijrah ini. ''Pergilah. Maka, kamu akan mendapatkan ganti dari yang kamu tinggalkan. Lihatlah kayu cendana yang wangi itu. Di tempatnya sendiri cuma sebangsa kayu bakar saja.'' 

Maksudnya, banyak orang yang tidak berprestasi kalau berada di kampung halamannya sendiri. Dia akan punya prestasi gemilang kalau pindah ke tempat lain.

Sudah terbukti banyak orang yang mampu membuat karya-karya besar setelah mereka pindah. Sebaliknya, jarang orang yang menjadi besar di tempatnya sendiri karena dikekang oleh aturan-aturan dalam masyarakatnya. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement