Selasa 11 Aug 2020 19:45 WIB

PGRI: Guru Semakin Kreatif Mengajar Selama Pandemi

Guru mulai berpikir kreatif mencari terobosan pendidikan yang menyenangkan,

Rep: Idealisa Masyrafina/ Red: Andi Nur Aminah
Sejumlah siswa saat melaksanakan pembelajaran jarak jauh di Sanggar Suluk Nusantara, Depok, Jawa Barat, Selasa (11/8). Pembelajaran jarak jauh tersebut dilaksanakan di sanggar karena terdapat fasilitas wifi gratis dan menyediakan ponsel pintar bagi siswa yang kesulitan biaya untuk kebutuhan belajar daring. Republika/Putra M. Akbar
Foto: Republika/Putra M. Akbar
Sejumlah siswa saat melaksanakan pembelajaran jarak jauh di Sanggar Suluk Nusantara, Depok, Jawa Barat, Selasa (11/8). Pembelajaran jarak jauh tersebut dilaksanakan di sanggar karena terdapat fasilitas wifi gratis dan menyediakan ponsel pintar bagi siswa yang kesulitan biaya untuk kebutuhan belajar daring. Republika/Putra M. Akbar

 

JAKARTA -- Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) mengungkapkan bahwa saat ini para guru telah lebih kreatif dalam memberikan pelajaran bagi anak-anak dalam Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ). Wasekjen PGRI Dudung Abdul Qodir menjelaskan sekarang para guru telah banyak menggunakan berbagai alat teknologi, seperti Google Meet, Google Classroom dan Zoom untuk mengajari para siswa.

Baca Juga

"Yang tadinya tidak tersentuh teknologi, kemudian terkaget-kaget dengan virus corona, sekarang sudah mulai bertransformasi. Tadinya hanya upload tugas dengan WhatsApp, sekarang sudah meningkat, mengajar melalui Zoom, Google Classroom, dan Google Meet," jelas Dudung kepada Republika.co.id, Selasa (11/8).

Para guru juga mulai berpikir kreatif mencari sebuah terobosan bagaimana menyelenggarakan sebuah pembelajaran yang menyenangkan, efektif, dan bermakna, yang bisa dinikmati para siswa. Di samping pembelajaran secara daring, para guru kreatif melakukan pelaksanaan pembelajaran di luar jaringan (luring). Ada guru yang datang berkeliling ke rumah-rumah siswa, mengajar privat beberapa siswa yang tinggal berdekatan, serta murid belajar privat dengan datang ke sekolah.

"Ini adalah kreativitas yang harus dihargai dan dihormati sebagai proses pengabdian dari guru-guru untuk bangsa dan negara Indonesia," kata Dudung.

Sementara itu, adanya kurikulum darurat tentunya tidak bisa dianggap efektif dalam memberikan pelajaran kepada para siswa. Dudung menjelaskan, berdasarkan diskusi bersama Menteri Pendidikan dan Kebudayaan era Presiden Soeharto, Prof. Wardiman Djojonegoro, disebutkan bahwa diperlukan waktu 50 tahun lagi untuk mencapai target tujuan pendidikan seperti yang kita harapkan. Itupun ketika delapan standar nasional pendidikan sudah tercapai. "Di era normal saja kita masih perlu kerja keras, apalagi seperti sekarang ini," ujarnya. 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement