Jumat 14 Aug 2020 13:58 WIB

Inggris Wajibkan Karantina 14 Hari Bagi Warga dari Prancis

Kewajiban karantina diambil karena infeksi virus corona di Prancis terlalu tinggi

Rep: Lintar Satria/ Red: Christiyaningsih
 Para pembeli yang mengenakan masker berjalan di sepanjang Oxford Street di London, Selasa, 14 Juli 2020. Kewajiban karantina diambil Inggris karena angka infeksi virus corona di Prancis terlalu tinggi. Ilustrasi.
Foto: AP / Frank Augstein
Para pembeli yang mengenakan masker berjalan di sepanjang Oxford Street di London, Selasa, 14 Juli 2020. Kewajiban karantina diambil Inggris karena angka infeksi virus corona di Prancis terlalu tinggi. Ilustrasi.

REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Inggris akan memberlakukan kewajiban karantina selama 14 hari bagi orang-orang yang tiba dari Prancis. Menteri Transportasi Inggris Grant Shapps mengatakan kebijakan itu diterapkan sebab angka infeksi virus corona di Prancis terlalu tinggi.

"Data menunjukkan kami harus menghapus Prancis, Belanda, Monako, Malta, Kepulauan Turks dan Caicos dan Aruba dalam daftar Koridor Perjalanan #viruscorona kami agar angka infeksi rendah," cicit Shaps di Twitter, Jumat (14/8).

Baca Juga

Pemerintah Inggris yang khawatir dengan gelombang kedua wabah virus corona juga sudah memasukan Belanda, Malta, dan tiga negara lain dalam daftar yang wajib melakukan swakarantina. Dalam beberapa pekan terakhir Spanyol dan Belgia sudah masuk daftar tersebut.

"Jika Anda tiba di Inggris setelah Sabtu pukul 04.00 dari destinasi-destinasi itu, Anda harus melakukan swakarantina selama 14 hari," tambah Shapps.

Kementerian Luar Negeri Prancis belum memberikan respons mengenai hal ini. Pada Kamis (13/8) kemarin untuk kedua kalinya secara berturut-turut Prancis mengumumkan lebih dari 2.500 kasus infeksi dalam satu hari.

Terakhir kali Prancis mengumumkan jumlah kasus infeksi harian Covid-19 setinggi itu pada pertengahan April lalu ketika mereka menerapkan salah satu karantina nasional yang paling ketat di Eropa.

Diberlakukannya kembali karantina wilayah memukul destinasi liburan warga Inggris pada musim panas. Begitu pula dengan industri pariwisata yang berusaha bertahan. Perdana Menteri Inggris Boris Johnson mengatakan pemerintahannya tidak akan segan-segan memberlakukan kembali pembatasan baru karena bahaya penyebaran virus dari luar negeri tinggi.

Pendekatan ini sangat berbeda dari pendekatan Johnson pada awal tahun ini ketika Inggris salah satu negara yang paling lambat dalam menerapkan karantina nasional di awal pandemi. Kala itu banyak kasus diperkirakan berasal dari warga yang baru pulang liburan dari Italia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement