Jumat 14 Aug 2020 15:26 WIB

Menyimak Emosi Marah dalam Pidato Jokowi di Sidang Tahunan

Pidato Jokowi di Sidang Tahunan tegaskan jajarannya untuk gerak cepat atasi pandemi.

Red: Indira Rezkisari
Presiden Joko Widodo menyampaikan pidato dalam rangka penyampaian laporan kinerja lembaga-lembaga negara dan pidato dalam rangka HUT ke-75 Kemerdekaan RI pada sidang tahunan MPR dan Sidang Bersama DPR-DPD di Komplek Parlemen, Senayan, Jakarta, Jumat (14/8).Prayogi/Republika.
Foto: Republika/Prayogi
Presiden Joko Widodo menyampaikan pidato dalam rangka penyampaian laporan kinerja lembaga-lembaga negara dan pidato dalam rangka HUT ke-75 Kemerdekaan RI pada sidang tahunan MPR dan Sidang Bersama DPR-DPD di Komplek Parlemen, Senayan, Jakarta, Jumat (14/8).Prayogi/Republika.

REPUBLIKA.CO.ID, oleh Antara, Dessy Suciati Saputri

Presiden Joko Widodo terlihat santai ketika menyampaikan pidato kenegaraan pada Sidang Tahunan MPR, Sidang Bersama DPR-DPD dan Pidato Kenegaraan di Ruang Sidang Gedung Nusantara, Kompleks Parlemen, Jakarta, Jumat (14/8), kata pakar bahasa tubuh dan mikroekspresi Monica Kumalasari. "Jokowi terlihat lebih santai dan relaks, membangun kontak mata dengan penonton yang hadir hampir setiap saat," kata Monica.

Baca Juga

Presiden kali ini mengenakan baju adat Sabu dari Nusa Tenggara Timur, yang menurut Monica bisa diartikan sebagai komitmen mendukung Indonesia yang punya kebudayaan beragam.

Pidato diawali Jokowi dengan menggunakan metafora mengenai kondisi pandemi lewat analogi komputer. Ia mengatakan, metafora adalah cara tercepat untuk menyampaikan pesan yang bisa diterima secara mudah oleh semua lapisan masyarakat.

Monica menangkap beberapa ekspresi mikro ketika Joko Widodo menyampaikan beberapa kalimat, termasuk emosi marah, sedih dan kesal. Ketika menyampaikan soal perlunya memprioritaskan penguatan kapasitas SDM, pengembangan rumah sakit, balai kesehatan juga industri obat dan alat kesehatan, Monica melihat Jokowi menunjukkan gerak bibir dengan emosi kemarahan.

Campuran ekspresi antara marah, sedih dan kesal dapat dilihat ketika presiden bicara soal membangun ekosistem nasional kondusif untuk memperluas kesempatan kerja yang berkualitas. "Kita ingin semua harus bekerja. Kita ingin semua sejahtera," kata Jokowi. Monica berpendapat, campuran emosi marah, sedih dan kesal secara subtil terlihat ketika presiden mengucapkan kata sejahtera.

"Dari emosi bawah sadar yang ditampilkan tersebut, terlihat berkesuaian dengan berita yang sempat heboh saat Sidang kabinet 18 juni 2020 di mana Jokowi mengancam reshuffle kabinetnya. Yaitu Kementerian Kesehatan dan Kemenko Perekonomian," katanya.

Satu hal lain yang dianalisis Monica adalah ketika Jokowi bicara soal kinerja Mahkamah Agung yang disebut sangat positif. "Keberhasilan MA tersebut juga berkat dukungan dari Komisi Yudisial sesuai kewenangannya,” katanya.

Monica menuturkan, pada kalimat tersebut muncul mikroeskpresi halus dengan gerakan bibir yang menunjukkan ekspresi marah dan sedih. "Ketidaksinkronan antara pesan verbal dengan non-verbal ini perlu dikaji lebih dalam lagi," kata Monica.

Sementara itu, pengamat komunikasi politik Hendri Satrio berpendapat pidato Presiden Jokowi di sidang tahunan disampaikan untuk mengajak jajarannya bergerak cepat dalam mengatasi krisis akibat pandemi Covid-19. "Presiden Jokowi ingin jajarannya bergerak cepat dan melakukan lompatan besar dalam mengatasi krisis," kata Hendri.

Presiden Jokowi, katanya, juga ingin semuanya sadar bahwa saat ini momentum paling tepat untuk bertolak dari krisis melalui era baru yang lebih baik, terutama di sisi ekonomi. "Ekonomi itu kalau kuartal ketiga kita minus, maka kita masak ke resesi. Kalau resesi repot sekali. Pak Jokowi ingin kita segera bertolak secara cepat, ini dibajak momentumnya agar semuanya bisa bertolak dengan cepat dan melesat," ucap Hendri.

Anggota Komisi I DPR RI Muhammad Farhan mengatakan bahwa pidato kenegaraan dari Presiden Jokowi mengandung pesan yang kuat. "Saya menyimak bahwa pak Presiden menunjukkan pesan yang kuat bahwa kita bisa menghadapi tantangan akibat pandemi Covid-19 sekarang ini," ujar Farhan.

Berdasarkan isi pidato, Farhan menyimpulkan ada dua tantangan besar yang dihadapi Indonesia selama masa pandemi yakni masalah kesehatan publik dan perekonomian rakyat. Kedua hal tersebut, kata Farhan, kemudian akan berujung pada masalah kesejahteraan sosial seperti pendidikan, fasilitas umum dan layanan publik.

Dari sisi ekonomi, ia menilai jika Jokowi akan fokus pada perekonomian agar Indonesia dapat bertahan di tengah pandemi. "Kelihatannya Pak Jokowi akan fokus pada kebijakan fiskal dan moneter, serta mendorong sektor pertanian untuk jadi motor penggerak sektor riil ekonomi," kata Farhan.

Farhan juga mengatakan okowi memuji kekompakan lembaga negara yang mampu menjalankan perannya dengan sangat responsif dalam menghadapi kondisi luar biasa. "DPR merespons baik permintaan Presiden, demikian juga dengan BPK dan MA serta MK yang menjalankan peran yang sangat responsif menghadapi kondisi luar biasa ini," ujar Farhan.

"Walaupun tidak sempurna, kita berhasil bertahan, tanpa kolaps, menjaga keutuhan NKRI sepanjang pandemi Covid-19 dan Presiden punya komitmen kuat untuk mensukseskan Pilkada 2020," kata Farhan melanjutkan.

Presiden menyinggung banyak hal dalam pidatonya di sidang tahunan DPR/MPR hari ini. Salah satunya mengenai kerja keras pemerintah menghadapi pandemi Covid-19 saat ini. Untuk mengatasi krisis kesehatan dan ekonomi dampak dari pandemi, pemerintah melakukan perubahan rumusan program kerja sesuai dengan situasi terkini.

Selain itu, pemerintah juga berupaya melakukan realokasi anggaran dalam waktu singkat. “Pemerintah cepat melakukan perubahan rumusan program; menyesuaikan program kerja dengan situasi terkini; melakukan realokasi anggaran dalam waktu singkat; menerbitkan Perppu No.1 Tahun 2020, yang kemudian disetujui oleh DPR menjadi UU No.2 Tahun 2020; bersinergi dengan BI, OJK, dan LPS untuk memulihkan perekonomian,” ujar Jokowi.

Di bidang ekonomi, Jokowi menyampaikan berbagai bantuan sosial telah disiapkan dan disalurkan kepada masyarakat yang sangat terdampak pandemi ini. Di antaranya seperti bantuan sembako, bansos tunai, subsidi dan diskon tarif listrik, BLT desa, subsidi gaji, bantuan modal darurat, restrukturisasi kredit bagi UMKM, program prakerja, dan lainnya.

“Membantu pembelian produk-produk mereka; membantu tenaga kerja yang menjadi korban PHK, antara lain melalui bantuan sosial dan program prakerja. Sesuatu yang tidak mudah,” tambah dia.

Agar perekonomian pulih kembali, Presiden kemudian mengajak masyarakat agar bangga dan membeli produk-produk dalam negeri. “Kemajuan ekonomi jelas membutuhkan semangat kebangsaan yang kuat. Kita harus bangga terhadap produk Indonesia. Kita harus membeli produk dalam negeri,” ucap dia.

Ketua DPR RI Puan Maharani juga menyampaikan pidatonya di sidang tahunan hari ini. Puan mengajak seluruh pihak dengan mewarisi semangat dan jiwa proklamasi untuk dapat bersatu membangun kekuatan bangsa dan negara.

"Agar kita dapat menentukan nasib bangsa dan tanah air di dalam tangan kita sendiri. Kita kuat karena bersatu, bersatu karena kuat," kata Puan Maharani. Ketua DPR RI itu lantas mengutip pernyataan Bung Karno, "Perjuanganku lebih mudah karena mengusir penjajah. Perjuanganmu akan lebih sulit karena melawan bangsamu sendiri."

Pesan tersebut tentu menyiratkan betapa pentingnya persatuan bangsa dalam membangun Indonesia. Oleh karena itu, kebersamaan seluruh anak bangsa dalam membangun Indonesia begitu diperlukan.

"Diperlukan gotong royong dari semua anak bangsa. Kebersamaan yang bersumber dari cinta pada tanah air dan cinta pada bangsa Indonesia sebagai bangsa yang berpancasila dan berbhinneka tunggal ika," katanya.

"Kerja bersama, gotong royong kita semua, MPR RI, DPR RI, DPD RI, dan Pemerintah, masing-masing mengambil satu usaha, satu amal, dan satu pekerjaan untuk kepentingan bersama, yaitu Indonesia," katanya.

"Semua untuk Indonesia, Indonesia untuk semua," kata Puan Maharani menekankan.

Selain bersatu dan gotong royong, dalam pidatonya, Puan juga mengingatkan pentingnya pembangunan di segala bidang kehidupan negara dan masyarakat untuk menuju arah dan cita-cita kemerdekaan, seperti yang tertuang dalam pembukaan Undang-Undang Dasar NRI Tahun 1945.

Tujuan pembangunan yang dilaksanakan pemerintah RI secara tegas telah diguratkan dalam pembukaan UUD NRI Tahun 1945 pada alinea keempat. Dalam mewujudkan tersebut, Puan memandang perlu politik pembangunan untuk dapat mengelola, mengatur, dan mengendalikan sumber daya bangsa dan negara yang diarahkan untuk membangun kekuatan nasional.

"Pembangunan tanpa arah politik yang jelas, ibarat kapal tanpa kompas. Pembangunan tanpa dipimpin oleh visi dan misi politik pembangunan yang jelas, ibarat kapal tanpa nahkoda, yang akan hancur karena membentur karang atau tenggelam karena diterjang badai," ujarnya.

photo
Pemerintahan Presiden Joko Widodo menyiapkan 9 jurus untuk mencegah perlambatan ekonomi nasional di tengah merebaknya wabah corona atau Covid-19. - (Tim Infografis Republika.co.id)

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement