Kamis 20 Aug 2020 18:25 WIB

PBB: 45 Migran Gelap Tewas di Laut Mediterania

Anak-anak migran juga tewas di laut Mediterania akibat kapal meledak

Rep: Fergi Nadira/ Red: Nur Aini
Migran dan pengungsi dari beberapa negara Afrika berbeda terdampar di laut Mediterania menunggu dievakuasi, Jumat (10/1).
Foto: Santi Palacios/AP Photo
Migran dan pengungsi dari beberapa negara Afrika berbeda terdampar di laut Mediterania menunggu dievakuasi, Jumat (10/1).

REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK -- Dalam laporan PBB Rabu (19/8), sekurangnya 45 migran gelap, termasuk lima anak telah tewas karena kapal yang mereka tumpangi meledak di lepas pantai Mediterania. Insiden tersebut terjadi pada Senin (17/8) yang termasuk dalam kecelakaan kapal terbesar yang tercatat di lepas pantai Libya sepanjang tahun 2020.

Badan Pengungsi PBB (UNHCR) dan Organisasi Internasional untuk Migrasi (IOM) mengatakan, kapal menampung sekitar 80 orang, sementara beberapa orang yang selamat kebanyakan dari Senegal, Mali, Chad, dan Ghana. Mereka diselamatkan oleh nelayan setempat dan kemudian ditahan setelah turun.

Baca Juga

"Mereka melaporkan kepada staf IOM bahwa 45 orang lainnya, termasuk lima anak, kehilangan nyawa mereka ketika mesin kapal meledak di lepas pantai Zwara," ujar UNHCR dan IOM dalam sebuah pernyataan bersama dikutip Anadolu Agency, Kamis (20/8). Setidaknya 302 migran dan pengungsi telah tenggelam di rute tersebut sepanjang tahun ini, dan perkiraan jumlah kematian kemungkinan jauh lebih tinggi.

Kedua organisasi tersebut juga menyerukan peninjauan pendekatan negara terhadap situasi setelah insiden di Mediterania. PBB juga menegaskan bahwa ada kebutuhan mendesak untuk memperkuat kapasitas pencarian dan penyelamatan saat ini di sana untuk menanggapi panggilan darurat.

Seperti dilansir BBC, lebih dari 300 orang diketahui tewas saat mencoba menyeberangi laut dari Libya ke Eropa tahun ini, dengan angka sebenarnya diyakini jauh lebih tinggi. Sejak penggulingan dan pembunuhan mantan pemimpinnya, Muammar Gaddafi pada 2011, Libya telah menjadi negara transit utama bagi para migran.

Tetapi kondisi bagi para migran di sana berbahaya, UNHCR dan IOM memperingatkan mereka berisiko terdampak konflik yang sedang berlangsung, pelanggaran hak asasi manusia yang parah, dan penahanan sewenang-wenang setelah pendaratan. Ada laporan tentang para migran yang diperlakukan secara mengerikan di Libya, terutama jika mereka jatuh ke tangan milisi dan pedagang manusia, yang melecehkan mereka dan mencoba memeras uang dari mereka.

Mediterania adalah jalur yang paling disukai oleh para migran dari Afrika, kebanyakan dari Libya, yang mencoba menyeberang ke Eropa melalui Italia dan Malta. Penyeberangan meningkat secara signifikan selama bulan-bulan musim panas, dengan LSM dari berbagai negara melakukan sejumlah operasi penyelamatan di laut.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement